Mantra Penebusan Sang ”Penyihir” Maroko, Hakim Ziyech
Penyerang sayap, Hakim Ziyech, menjalani jatuh-bangun kehidupan bersama timnas Maroko. Sempat terdepak, bahkan pensiun dini, sang "penyihir" tampil lebih kuat dan membawa tim "Singa Atlas" menembus semifinal Piala Dunia.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·5 menit baca
Awal Februari 2022, konflik dengan pelatih Maroko, Vahid Halilhodziz, berujung jatuhnya karier internasional Hakim Ziyech ke lembah terdalam. Ziyech pun memutuskan pensiun dini dari tim ”Singa Atlas”. Tujuh bulan berselang, nasib Ziyech berubah 180 derajat. Pemain berjuluk Sang ”Penyihir” itu kini menjadi mantra kunci keajaiban Maroko, tim yang sempat tidak diperhitungkan, menjadi salah satu semifinalis Piala Dunia Qatar 2022.
Tiga tahun lalu, Maroko asuhan Herve Renard sedang berusaha mematahkan kutukan di Piala Afrika. Sejak kalah 1-2 dari Tunisia dalam final Piala Afrika Tunisia 2004, Maroko hanya sekali lolos dari penyisihan grup, yaitu terhenti di perempat final Piala Afrika Gabon 2017. Pada enam edisi sebelumnya, mereka empat kali tersisih di fase grup (2006, 2008, 2012, dan 2013), sekali tidak lolos (2010), dan sekali didiskualifikasi (2015).
Pada Piala Afrika Mesir 2019, Maroko kembali mencapai fase gugur. Menghadapi Benin dalam 16 besar di Stadion Al Salam, Kairo, pada 5 Juli 2019, Maroko memiliki harapan untuk melangkah jauh. Apalagi, kepercayaan diri mereka tengah tinggi seusai memuncaki Grup A dengan mengungguli Pantai Gading, Afrika Selatan, dan Namibia.
Akan tetapi, Benin justru mampu memimpin lebih dulu, sebelum Maroko menyamakan kedudukan. Pada menit ke-96, Maroko mendapatkan peluang emas untuk mengunci laga berkat hadiah penalti. Ziyech maju sebagai algojo. Pemain kelahiran Belanda, 19 Maret 1993, itu berkesempatan menjadi pahlawan timnya untuk melaju ke perempat final. Dia mengambil ancang-ancang normal, tak gugup, dan cenderung percaya diri, saat akan menendang bola dengan kaki kiri andalan.
Namun, dalam sekejap, ekspresi Ziyech berubah. Dia terpaku dengan kedua tangan memegangi kepalanya. Ia tak percaya karena bola hasil tendangan kerasnya membentur tiang. Kegagalan itu menjadi awal petaka Maroko. Setelah kedudukan tetap imbang 1-1 hingga babak tambahan waktu tuntas, laga berlanjut ke adu penalti. Maroko, yang lebih diunggulkan, lantas kalah 1-4.
Setelah tersingkir dari Piala Afrika 2019, semesta kian tidak berpihak ke Ziyech. Hadirnya Halilhodzic, pelatih yang menggantikan Renard per 15 Agustus 2019, membuat hari-hari Ziyech bersama Maroko kian memburuk. Sikap keras Halilhodzic menyebabkan Ziyech, yang dianggap indisipliner, tidak berdaya.
Terusir dari timnas
Ziyech, yang waktu itu berstatus bintang klub Belanda, Ajax Amsterdam, ”terusir” dari tim nasional Maroko. ”Perilakunya (Ziyech) tidak mencerminkan pemimpin (pemain bintang) yang seharusnya memberikan contoh positif. Dia datang terlambat dan setelah itu menolak bekerja (pemanasan). Tidak ada gunanya lagi. Bagi saya, perilaku seperti itu tidak bisa ditoleransi,” ujar Halilhodzic dilansir The Athletics, Minggu (11/12/2022).
Nama Ziyech pun tidak masuk skuad untuk Piala Afrika Kamerun 2021. Tak lama, ia pun memutuskan pensiun dari timnas dalam usia yang belum genap 29 tahun. ”Saya memahami keinginan mereka (masyarakat Maroko), tetapi saya tidak akan lagi kembali ke timnas,” ungkap Ziyech kepada Abu Dhabi Sports TV, 8 Februari 2021.
Roda kehidupan Ziyech lantas berbalik tatkala Halilhodzic didepak dan digantikan Walid Regragui per 31 Agustus 2022. Setelah dibujuk, ia bersedia kembali membela Maroko. Dia memulai ”debut kedua” ketika Maroko menang 2-0 atas Cile pada laga uji coba, 23 September 2022.
Keputusan Regragui memanggil Ziyech berbuah hasil positif. Ziyech membukukan satu asis ketika Maroko mengalahkan Belgia, 2-0, pada penyisihan grup. Gol indahnya dengan cara mencungkil bola lewat satu sentuhan pada laga versus Kanada (2-1) membuat Maroko memuncaki Grup F.
Akan tetapi, kinerja Ziyech untuk membantu pertahanan dinilai yang paling mengesankan. Sebagai pemain bernaluri menyerang, dia tidaklah malas membantu lini belakang demi memperkuat pertahanan Maroko. Itulah salah satu rahasia kuatnya pertahanan Maroko, tim yang baru kebobolan satu gol dari lima laga di Qatar.
Anda mesti memberinya cinta dan kepercayaan diri. Jika itu yang dilakukan, dia bersedia mati untuk Anda. Itulah yang saya berikan kepadanya dan dia membalas kepercayaan tersebut. (Walid Regragui)
Dukungan Ziyech kepada bek sayap Achraf Hakimi di sisi kanan permainan timnya menjadi vital. Adaptasi Ziyech untuk merotasi posisinya di sisi kiri pertahanan Spanyol pada babak 16 besar membuat Hakimi tak pernah kewalahan meladeni pergerakan Jordi Alba dan Dani Olmo. Lalu, saat Spanyol mengganti Gavi dan Pedri, Ziyech menyesuaikan diri dengan bergerak lebih ke dalam untuk membantu Azzedine Ounahi di lini tengah.
Performa apik itu kembali diperlihatkan Ziyech pada laga melawan Portugal di perempat final. ”Dia (Ziyech) adalah pesepak bola yang kurang dimengerti. Bagi saya, dia luar biasa. Banyak orang berbicara tentang dia sebagai orang yang sulit diatur. Anda mesti memberinya cinta dan kepercayaan diri. Jika itu yang dilakukan, dia bersedia mati untuk Anda. Itulah yang saya berikan kepadanya dan dia membalas kepercayaan tersebut,” tutur Regragui dikutip The Indian Express.
Evolusi Griezmann
Perancis, lawan Maroko dalam semifinal di Stadion Al Bayt, Al Khor, Kamis (15/12/2022) dini hari WIB, juga punya kisah menarik mengenai pemainnya, Antoine Griezmann. Pemain berusia 31 tahun itu memainkan peran baru, yaitu dari pemburu gol, menjadi kreator gol rekan-rekannya di lini depan.
Pada Piala Eropa Perancis 2016, Griezmann masih ditempatkan sebagai ujung tombak serangan yang ulung. Terbukti, dia dinobatkan sebagai top skor turnamen itu dengan enam gol. Usai Perancis kalah 0-1 dari Portugal di final ajang tersebut, dirinya mulai menjalani peran baru.
Dengan kemunculan penyerang berbakat, Kylian Mbappe, Griezmann beradaptasi menjadi pendukung bintang muda tersebut. Peran baru Griezmann berkontribusi besar membawa tim ”Ayam Jantan” menjuarai Piala Dunia Rusia 2018 dengan mengalahkan Kroasia 4-2 di laga pamungkas.
Maka, di Piala Dunia 2022, Griezmann bukan lagi seorang predator tajam, melainkan pemberi umpan yang dinamis. Tak heran, dari lima laga Piala Dunia kali ini, dia belum mencetak satu gol pun. Akan tetapi, jumlah asisnya adalah tiga buah. Tiada pemain lainnya yang mencetak lebih banyak asis ketimbang dirinya di Qatar. Satu asis disumbangkannya saat Perancis menang 2-1 atas Denmark di penyisihan, dua lainnya dibukukan tatkala ”Les Bleus” menang 2-1 atas Inggris di perempat final.
”Peran saya cukup bebas. Dengan tiga pemain di depan, saya memiliki lebih banyak kemungkinan dan pilihan. Mungkin, saya tidak terlalu dekat dengan area lawan (kotak penalti). Saya tidak akan melakukan 50 tembakan ke gawang per pertandingan, tetapi saya tidak khawatir tentang mencetak gol. Saya pikir tim lebih membutuhkan saya di jantung aksi (lini tengah). Kami membutuhkan keseimbangan tersebut,” ungkap Griezmann. (AFP/REUTERS)