Argentina menjadi negara kedua yang memastikan tempat di perempat final Piala Dunia Qatar 2022. “La Albiceleste” unggul di saat para pemain Australia bermain sangat naif dengan memeragakan permainan yang terlalu terbuka.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·5 menit baca
AL RAYYAN, MINGGU – Para pemain Argentina tertawa lepas seusai mengamankan tempat di perempat final Piala Dunia Qatar 2022. “La Albiceleste” melaju setelah menundukkan Australia 2-1 dalam laga yang berlangsung sengit di Stadion Ahmed bin Ali, Minggu (4/11/2022) dini hari. Kendati ada disparitas besar dalam hal kualitas skuad dengan Argentina, Australia bersikap naif karena mencoba bermain terbuka menghadapi juara Copa America tersebut.
Walau begitu, pilihan Australia untuk bermain terbuka itu membuat pertandingan berlangsung sangat menarik. Serang-menyerang tersaji antara Argentina dengan Australia sepanjang laga. Pelatih Australia Graham Arnold mengerti betul apa konsekuensi dari pilihan strateginya untuk meladeni Argentina secara terbuka.
Namun, Arnold punya pemikiran lain. Baginya, Piala Dunia adalah momen langka yang hanya ada empat tahun sekali. Secara pribadi, Arnold punya kenangan manis ketika pernah membantu Australia mengalahkan Argentina 4-1 pada ajang Piala Emas Bicentennial yang diselenggarakan di Sydney, Australia, tahun 1988. Kemenangan Australia tersebut cukup fenomenal mengingat Argentina saat itu masih diperkuat legenda sepak bola, Diego Maradona.
Kemenangan atas Argentina di masa lampau itu membuat Arnold yakin bahwa mengalahkan Argentina bukanlah hal yang muskil. Maka, Arnold tidak ingin para pemainnya hanya bertahan dan diam menunggu para pemain Argentina meneror pertahanan mereka. Sebelum laga, dalam konferensi pers, Arnold memastikan para pemainnya akan tampil heroik sejak menit pertama untuk mencuri gol lebih dulu.
Ia kemudian menepati kata-katanya. Arnold menepikan segala risiko dan berpegang teguh pada keputusannya untuk menginstruksikan para pemain Australia bermain dengan semangat yang berkobar.
Tampil agresif
Sejak laga dimulai, Australia mencoba tampil agresif dan menekan. “Socceroos” menerapkan blok pertahanan medium untuk menekan para pemain Argentina saat mencoba membangun serangan dari area pertahanan.
Tidak ayal, pilihan Arnold ini membuat Australia bersalin rupa. Bila di laga penyisihan grup Australia masih berpikir ulang untuk bermain terbuka, kali ini mereka tanpa ragu aktif berlari dan terkesan terburu-buru dalam menekan pemain Argentina.
Lupa diri
Memori manis masa lalu membuat Arnold dan Australia lupa diri. Mereka bukanlah tim dengan kualitas pemain mumpuni untuk memperagakan permainan seterbuka itu.
Kami akan menghadapi rival hebat, Belanda. Tapi mereka juga harus mempertimbangkan kami. (Emiliano Martinez)
Jurang disparitas kualitas skuad Argentina dan Australia bak bumi dan langit. Tidak banyak pemain Australia di Piala Dunia kali ini yang mencicipi atmosfer kompetisi Eropa. Empat dari 11 pemain mula Australia saat melawan Denmark di laga sebelumnya bahkan bermain di liga kasta kedua, termasuk striker Mitchell Duke yang membela klub divisi dua Jepang, Fagiano Okayama.
Kondisi itu berbeda jauh dengan susunan pemain mula Argentina yang seluruhnya merumput di liga top Eropa. Atas dasar perbedaan kualitas tim inilah perusahaan penyedia data statistik pertandingan sepak bola, Opta, memperkirakan peluang Australia bisa menang atas Argentina hanya 5 persen.
“Kami sudah memberikan segalanya, tetapi itu tidak cukup,” kata penyerang Australia, Jackson Irvine, sembari menangis, seusai laga itu.
Dalam beberapa kesempatan, para pemain Australia juga terlampau berani memainkan bola di area pertahanan mereka sendiri. Cara bermain itu terlihat saat Argentina sukses memperlebar keunggulan menjadi 2-0 melalui gol Julian Alvarez di menit ke-57. Kiper Australia, Mathew Ryan, gagal lepas dari upaya counterpressing para pemain Argentina sehingga kehilangan bola dan membuka jalan bagi Alvarez mencetak gol.
Laga 1000 Messi
Argentina sebelumnya sudah lebih dulu memimpin berkat gol megabintang Lionel Messi di menit ke-57. Messi mencatatkan penampilan ke-1000 bersama timnas Argentina di laga ini.
Gol yang menandai momen spesial tersebut sekaligus memperlihatkan daya magis Messi yang tetap mampu menembak, meski hanya mendapat ruang tembak dan waktu yang amat terbatas. Gol ini adalah kali pertama Messi mencetak gol di fase gugur Piala Dunia.
Selain itu, menurut catatan Opta yang diterima Kompas, tambahan satu gol itu membuat koleksi gol Messi bersama Argentina menjadi 789 gol. Adapun di Piala Dunia, torehan gol Messi sudah mencapai sembilan gol. Messi semakin mendekati rekor pencetak gol terbanyak Argentina di Piala Dunia yang masih digenggam oleh Gabriel Batistuta dengan 10 gol.
“Saya sangat senang bisa mengambil langkah maju dan mencapai tujuan lain. Ini adalah pertandingan yang sangat kuat dan sulit. Kami tahu akan seperti ini,” kata Messi seusai laga, dikutip dari ESPN.
Australia memang amat gigih dalam mengejar ketertinggalan. Meski tertinggal 0-2, para pemain Australia tidak patah arang dan justru bermain lebih militan. Separuh nyawa Australia seperti hidup kembali di menit ke-76 saat sepakan Craig Goodwin mengenai Enzo Fernandez dan membuat bola berbelok tanpa mampu diantisipasi kiper Argentina, Emiliano Martinez.
Kesetanan
Setelah gol yang menipiskan keunggulan Argentina itu, para pemain Australia bak tampil kesetanan. Mereka menggempur habis-habisan pertahanan Argentina layaknya tim papan atas. Bek kiri Australia, Aziz Behich, sempat mempertontonkan kepiawaiannya dengan melewati empat pemain Argentina.
Momen itu membuat Behich dijuluki sebagai “Messi selama lima detik” karena manuvernya yang menyerupai Messi. Ketika sudah berada di dalam kotak penalti, Behich mencoba menembak, tetapi sayang bola masih dapat diblok oleh Lisandro Martinez. Hingga laga usai, Australia gagal menciptakan keajaiban. Mereka harus merelakan satu tempat di perempat final menjadi milik Argentina.
Di laga selanjutnya, Argentina sudah dinanti Belanda yang melaju ke perempat final usai membekap Amerika Serikat 3-1. Emiliano Martinez menilai Belanda sebagai lawan yang berat. “Kami akan menghadapi rival hebat, Belanda. Tapi mereka juga harus mempertimbangkan kami,” katanya. (AFP/REUTERS)