Australia tidak ingin cepat puas diri dengan lolos ke babak 16 besar. Mereka berambisi melanjutkan kejutan ketika berjumpa Argentina.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR dari Doha, Qatar
·5 menit baca
DOHA, KOMPAS – Australia adalah salah satu tim kuda hitam yang sukses membalikkan prediksi demi bisa melaju ke babak 16 besar. Socceroos mengakhiri laga Grup D dengan perolehan poin yang sama dengan Perancis, tetapi hanya kalah dari selisih gol.
Dengan kemampuan yang dimiliki Australia sudah sepatutnya Argentina tidak meremehkan kekuatan tim yang mewakili Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) itu ketika berjumpa pada babak 16 besar, Minggu (4/12/2022) pukul 02.00 WIB, di Stadion Ahmad Bin Ali, Al Rayyan. Jika tidak waspada, Argentina bisa menjadi tim ketiga yang mengalami efek serangan kejut Socceroos.
Pelatih Australia Graham Arnold menuturkan, skuad Australia akan menghadapi pengalaman perdana mereka menghadapi salah satu tim terbaik dunia pada fase gugur Piala Dunia. Meski begitu, ia meminta anak asuhannya untuk tidak gentar ketika berhadapan pemain-pemain berkualitas dunia yang dimiliki Argentina.
"Mereka harus berani, terutama berani untuk menguasai bola dan menyerang Argentina. Melawan Argentina, kami tidak hanya berbicara tentang fokus selama 90 menit, tetapi fokus pada setiap detik laga karena jika kami kehilangan fokus satu detik saja, maka mereka akan menghukum kami," ucap Arnold dalam konferensi pers jelang laga, Jumat (2/12/2022), di Doha.
Sulit rasanya untuk mencari sisi istimewa dari permainan Socceroos. Mereka bermain terlampau pragmatis dengan bertahan total dan menghukum lawan berkat satu peluang berbahaya.
Australia tampil bertahan, kemudian mereka memanfaatkan celah yang terbuka di pertahanan lawan untuk menciptakan gol kemenangan. Gaya permainan Australia, seperti mereka menunggu momen tepat untuk memberikan serangan kejut kepada lawannya.
Hal itu ditunjukkan ketika menumbangkan Tunisia dan Denmark dengan skor minimalis, 1-0.
Secara total, dalam tiga laga di Grup D, Australia selalu kalah penguasaan bola dari Perancis, Tunisia, dan Denmark dengan rerata hanya 36 persen penguasaan bola. Mereka juga bisa meraih enam poin meski hanya mencetak tiga gol.
Dengan skuad sederhana yang tidak satu pun berlabel bintang, pilihan taktik Arnold adalah langkah bijak. Mencari kemenangan tentu jauh lebih penting dibandingkan memaksa permainan menyerang dan mendominasi.
Mereka harus berani, terutama berani untuk menguasai bola dan menyerang Argentina.
Sementara itu, Australia juga tidak ingin hanya sekedar tampil di babak 16 besar untuk menyamai capaian terbaik mereka pada pentas Piala Dunia. Itu pernah dicapai Socceroos pada Piala Dunia Jerman 2006.
Mitchell Duke dan kawan-kawan memiliki ambisi untuk menciptakan kemenangan perdana mereka atas duta Amerika Selatan pada Piala Dunia. Menurut catatan Opta, Australia telah empat kali jumpa wakil zona CONMEBOL dengan hasil sekali seri dan tiga kali menelan kekalahan.
Australia punya modal itu dengan tingkat efektivitas serangan yang baik. Mereka tidak perlu banyak menciptakan peluang karena rerata hanya membutuhkan 2,3 tembakan mengarah ke gawang untuk menghasilkan sebuah gol di Qatar.
"Kami tidak hanya ingin memetik pengalaman di laga nanti. Kami akan berusaha tampil dengan performa terbaik untuk mendapat hasil positif," kata bek tengah, Harry Souttar.
Cara bermain dengan mengandalkan pertahanan kokoh dan serangan balik mematikan itu yang amat diantisipasi Argentina dari Australia. La Albiceleste masih punya kenangan buruk menghadapi tim yang punya efektivitas baik dalam serangan balik, seperti ketika tumbang 1-2 dari Arab Saudi pada laga perdana.
Pelatih Argentina Lionel Scaloni mengatakan, Australia adalah tim yang memiliki tradisi di Piala Dunia serta dihuni perpaduan pemain muda dan berpengalaman yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Oleh karena itu, tambah Scaloni, anak asuhannya harus melupakan predikat sebagai tim yang lebih diunggulkan di laga babak 16 besar itu.
"Kami tidak boleh terlalu percaya diri dan wajib tampil dengan kemampuan terbaik. Australia adalah tim yang bermain secara kolektif, sehingga itu yang membuat mereka sulit diantisipasi," kata Scaloni dalam konferensi pers jelang laga, Jumat (2/12), di Doha.
Untuk menghentikan ancaman Australia, Scaloni bisa bergantung kepada Nicolas Otamendi yang tengah tampil dengan performa terbaiknya di babak penyisihan Qatar 2022. Ia adalah pemain yang paling banyak memenangi duel defensif di Piala Dunia 2022 dengan koleksi 22 kemenangan duel.
Ia juga menunjukkan keputusan dan tingkat presisi tinggi untuk melakukan tekel. Pasalnya, ia mencatatkan 88 persen tingkat keberhasilan tekel. Ia melakukan 22 tekel sukses dari 25 percobaan.
Pada latihan resmi jelang laga, Jumat malam, di Lapangan Universitas Qatar, pemain bintang Argentina, yaitu Angel Di Maria, tidak ikut serta. Ia mengalami cedera pada pertandingan kontra Polandia.
Adapun 25 pemain lainnya turut serta menjalani latihan teknik dan taktik yang dijalankan Scaloni. Latihan skuad La Albiceleste terlambat sekitar enam menit dari jadwal yang seharusnya.
Pada awal enam menit itu, hanya ada 13 pemain yang hadir di lapangan. Mereka lebih dulu memainkan gim dengan mengoper bola di udara.
Setelah gim itu berjalan, 12 pemain lainnya, termasuk Lionel Messi menyusul hadir di lapangan. Alih-alih ikut bergabung, mereka hanya menyaksikan rekannya melanjutkan gim operan itu.
Selanjutnya, menu latihan sesungguhnya berjalan yang dimulai dengan operan yang melibatkan tiga orang. Lalu, latihan teknik operan dengan sasaran gawang mini dan keseimbangan menggunakan gymball.
Rodrigo De Paul, gelandang Argentina, menuturkan, kelelahan menjadi permasalahan yang wajib diatasi dirinya dan rekan setim jelang pertandingan perdelapan final. Skuad La Albiceleste hanya punya waktu istirahat dua hari setelah menghadapi Polandia.
"Ini waktu yang tidak biasa. Namun, secara keseluruhan kami merasa baik-baik saja. Kelelahan tidak boleh menjadi alasan karena kami harus tampil dengan kemampuan terbaik," ucap De Paul yang bermain penuh di tiga laga babak penyisihan.