Kemenangan ”Socceroos” Setelah 12 Tahun Penantian di Piala Dunia
Australia menyalakan lagi peluang lolos ke fase gugur setelah di laga kedua penyisihan Grup D Piala Dunia Qatar menang 1-0 atas Tunisia di Stadion Al Janoub, Al Wakrah.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·3 menit baca
AP PHOTO/RICARDO MAZALAN
Kiper Tunisia Aymen Dahmen gagal mengantisipasi bola dari tendangan pemain Australia Mitchell Duke yang menjadi gol dalam laga penyisihan Grup D Piala Dunia Qatar di Stadion Al-Janoub, Al-Wakrah, Qatar, Sabtu (26/11/2022).
AL-WAKRAH, SABTU — Australia mengakhiri penantian kemenangan selama 12 tahun setelah mengempaskan Tunisia dengan skor 1-0 pada laga kedua penyisihan Grup D Piala Dunia Qatar di Stadion Al-Janoub, Al-Wakrah, Sabtu (26/11/2022). Kemenangan terakhir Australia di Piala Dunia didapat dari Serbia, 2-1, di Afrika Selatan 2010.
Kemenangan itu membuka peluang ”Socceroos”, julukan Australia, untuk lolos ke fase gugur. Di laga sebelumnya, Australia takluk 1-4 dari Perancis, juara Piala Dunia Rusia 2018. Kemenangan atas Tunisia menempatkan Australia di posisi kedua klasemen sementara Grup D dengan poin 3 dari dua laga.
Perancis masih memuncaki Grup D dengan 3 poin, sedangkan Denmark di urutan ketiga dengan poin 1. Perancis dan Denmark berhadapan pada Minggu (27/11/2022) dini hari sehingga posisi di klasemen segera berubah. Adapun Tunisia tertekan di dasar klasemen dengan poin 1. Pada laga sebelumnya, Tunisia imbang tanpa gol dengan Denmark. Tunisia masih punya peluang lolos dengan syarat amat berat, yakni mengalahkan Perancis, dan membutuhkan bantuan Denmark untuk mengalahkan Perancis dan Australia.
Melawan Tunisia, Australia bermain lebih berani dan lepas. Tunisia memang kalah kelas ketimbang Perancis yang juara dunia 1998 dan 2018. Australia lebih dominan terhadap Tunisia. Hal itu terbukti secara statistik, Australia unggul penguasaan bola, yakni 46 persen berbanding 38 persen. Bandingkan saat melawan Perancis, penguasaan bola Australia hanya 35 persen berbanding 56 persen.
Ekspresi Pelatih Australia Graham Arnold saat memberikan instruksi kepada para pemainnya dalam pertandingan penyisihan Grup D Piala Dunia Qatar melawan Tunisia di Stadion Al-Janoub di Al-Wakrah, Qatar, Sabtu (26/11/2022).
Tim asuhan Graham Arnold ini melesakkan tembakan lebih banyak, 12 tembakan berbanding Tunisia yang cuma 5 tembakan. Ada 4 tembakan Australia yang mengarah ke gawang, juga lebih banyak dari Tunisia yang 2 tembakan. Australia juga lebih agresif dalam umpan termasuk terkena 3 off-side dan 3 kartu kuning.
Di sisi lain, ”Elang Kartago”, julukan Tunisia, tampil tidak segagah saat menghadapi Denmark. Tunisia seolah kehilangan semangat dan inisiatif untuk menyerang. Barisan tengah Tunisia kurang berani bertarung dengan Australia sehingga lebih banyak diserang. Tunisia menunggu Australia lengah untuk serangan balik. Namun, pola ini ternyata tidak berhasil seperti saat menghadapi Denmark.
Piala Dunia selalu menghadirkan kejutan. Misalnya, tim lebih kuat ternyata bisa dikalahkan.
Mitchell Duke yang mencetak gol teramung pada menit ke-23 merayakan dengan tangan membentuk huruf J. Gol itu didedikasikan bagi anaknya, Jaxson, yang turut menonton laga. Kemenangan itu disambut secara emosional, tak hanya oleh Duke, tapi juga rekan setim dan ofisial. Langkah mereka masih terbuka, setidaknya mengulang Piala Dunia Jerman 2006 saat Australia terhenti di 16 besar oleh Italia yang kemudian menjadi juara.
”Sebelum laga, sebenarnya saya mengirim pesan ke keluarga dan meyakinkan mereka bahwa akan mencetak gol hari ini,” kata Duke. Jika itu terwujud, gol akan dirayakan untuk sang putra tercinta. Kehadiran Jaxson menambah kepercayaan diri Duke untuk memberikan permainan terbaik bagi tim nasional. Duke bersyukur karena menjadi bagian dari sejarah kemenangan setelah 12 tahun.
Dua pemain Tunisia, Youssef Msakni (kanan) dan Aissa Laidouni, mencoba mengamankan bola dibayangi pemain Australia Jackson Irvine dari dalam pertandingan penyisihan Grup D Piala Dunia Qatar di Stadion Al-Janoub di Al-Wakrah, Qatar, Sabtu (26/11/2022).
Gol itu membungkam Stadion Al-Janoub yang berkapasitas 41.823 kursi. Mayoritas penonton berbaju merah, tanda sebagai pendukung atau fans Tunisia. Adapun sekelompok kecil pendukung Australia berbaju kuning akhirnya yang berteriak dan bergembira di akhir laga di antara lautan merah yang termenung.
Pelatih Tunisia Jalel Kadri mengakui tim bermain buruk di babak pertama. Mereka kurang ketat mengawal pergerakan trisula Duke, Craig Goodwinn, dan Riley McGree. Gol pertama yang memenangkan Australia itu merupakan skema kerja sama apik trisula itu dengan kiper sekaligus kapten, Mathew Ryan.
”Di babak pertama kami tidak bermain efektif dan efisien. Di babak kedua kami membaik, tetapi tidak dapat mengonversi semua peluang,” kata Kadri.
Australia juga dipandang dinaungi keberuntungan. Australia sempat berbuat kesalahan kecil yang menimbulkan peluang emas bagi Tunisia. Misalnya, tendangan berbahaya Mohamed Drager tidak sempat dicegah oleh bek Harry Souttar. Namun, tembakan itu melenceng.
Kadri melanjutkan, peluang Tunisia belum habis meski harus menghadapi Perancis. ”Piala Dunia selalu menghadirkan kejutan. Misalnya, tim lebih kuat ternyata bisa dikalahkan,” ujarnya. ”Kami masih punya satu laga lagi dan harus bermain sepenuh hati,” kata Kadri. (AFP)