Pada setiap laga Argentina di Piala Dunia Qatar 2022, mayoritas fans Argentina yang bukan warga negara itu selalu memuja Lionel Messi, seperti memuja dan mengultuskan legenda Diego Maradona.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·3 menit baca
Mereka "menguduskan" dia dengan mengelukan namanya, ketika lelaki itu mendekati kerumunan fans sepak bola di belakang gawang seusai laga.
"Messi! Messi! Messi!"
Nama itu seolah terangkat dan mengetuk langit karena teriakan mereka yang bukan sekadar cinta melainkan tergila-gila. Mereka seolah anggota sekte yang tersihir oleh karisma dewa pujaan.
Siapa dia? Lionel Andres Messi, megabintang Argentina, yang namanya digemakan pada setiap laga laga Grup C Piala Dunia Qatar 2022. Nama Messi melesat seperti meteor di angkasa saat La Albiceleste memenuhi harapan mereka.
Argentina dikejutkan oleh kekalahan 1-2 dari Arab Saudi di laga pertama. Namun, Messi menjadi juru selamat saat Argentina menang 2-0 atas Meksiko dan Polandia. Kemenangan atas Polandia di Stadion 974, Doha, Rabu (30/11/2022), memastikan satu tempat di 16 besar dengan status juara Grup C. Argentina ditantang Australia, urutan kedua Grup D.
Dalam pandangan Ryan Benson, jurnalis The Analyst, yang menjadi saksi laga Argentina-Polandia, pengultusan Messi dirasa lebih tepat disematkan kepada lautan manusia daripada fans Argentina. Tidak diragukan, jersei dan busana beraroma ‘Negeri Tango’ menjadi yang terpopuler dan banyak digunakan di kawasan ibu kota Doha selama dua minggu terakhir.
Apakah pemandangan serupa juga akan terjadi tanpa kehadiran Messi?
Di Qatar, mayoritas fans Argentina bukanlah rakyat Argentina. Mereka adalah para pekerja migran yang hadir di stadion untuk Messi. Kini, Messi dan Argentina masih bertahan di Piala Dunia. Apakah ini takdir?
Para pemuja terus mendorong Messi untuk melampaui "ketuhanan" legenda Diego Armando Maradona. Keduanya hanya dipisahkan oleh trofi Piala Dunia. Messi yang dijuluki pemain terhebat sepanjang masa, belum bisa menyamai Maradona yang menjuarai Piala Dunia Meksiko 1986.
Piala Dunia Qatar 2022 dipercaya menjadi kesempatan terakhir Messi sebagai penahbisan kekultusannya. Padahal, sebagian pemujanya mungkin tidak peduli apabila Messi gagal, seperti pada final Piala Dunia Brasil 2014 . Messi tetap sosok yang punya "jemaat" sendiri, seperti Maradona yang mangkat dua tahun lalu.
Para pemuja terus mendorong Messi untuk melampaui "ketuhanan" legenda Diego Armando Maradona.
Di Stadion Kriket Asian Town, pinggiran Doha, laga-laga diperlihatkan melalui layar lebar. Setiap laga Argentina disiarkan, hampir semua yang hadir adalah fans La Albiceleste dan banyak yang memakai jersei Argentina dengan nomor 10 dan nama Messi di punggung. Para pekerja migran dari Asia Selatan, terutama Bangladesh, adalah umat "Argentina" yang begitu memuja Maradona dan Messi.
Mungkin ini yang pernah diucapkan oleh Maradona saat masih hidup, sepak bola terutama bagi orang Argentina bukan sekadar olahraga atau sekadar gaya hidup, melainkan hidup itu sendiri. Sepak bola menjadi agama. Stadion atau lapangan adalah gereja. Permainan adalah ritus. Aturan adalah kitab suci. Pemain adalah pemuka, bahkan dituhankan.
Di Argentina sejak 30 Oktober 1998 telah berdiri Gereja Maradona yang biarpun dianggap sebagai parodi agama, tetapi masih langgeng. Mereka punya hukum sendiri yang memparodikan 10 Perintah Allah. Jemaatnya tidak menempatkan Gereja Maradona dalam naungan Gereja Katolik Roma, tetapi menyandingkannya dalam nilai-nilai berkehidupan.
Messi dianggap belum memberikan segalanya meski catatan-catatan prestasinya telah melampaui Maradona. Jika 34 gol dari 91 laga Maradona sudah dianggap sang dewa telah memberikan segalanya bagi Argentina, bagaimana dengan rekor 93 laga dari 168 laga oleh Messi yang masih berjalan? Bagaimana dengan trofi Liga Champions, Ballon d’Or, medali emas Olimpiade, bahkan Copa America yang sudah dikoleksi Messi tetapi belum dimiliki mendiang Maradona?
Jauh di dalam lubuk hatinya, Messi mungkin ingin menukar semua trofi itu dengan Piala Dunia sehingga tak berada dalam bayang Maradona. Yang mengherankan, bagaimana mungkin nama Maradona begitu harum di penjuru bumi daripada Pele (Brasil) yang meraih tiga Piala Dunia? Mungkin ini "sihir" dari Argentina yang masih akan terus menjadi misteri. (AFP)