Situasi rumit dihadapi Jerman demi bisa lolos ke babak 16 besar. Apa pun yang terjadi, "Die Mannschaft" wajib menang agar terhindar dari sejarah terburuk di Piala Dunia.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·4 menit baca
Jerman harus menang dari Kosta Rika dan berharap Spanyol mengalahkan Jepang untuk lolos ke babak 16 besar.
Jika Jepang kembali membuat kejutan dan mengalahkan Spanyol, Jerman harus menang minimal 8-0 untuk menggeser Spanyol dari posisi kedua Grup E.
Suasana tim Jerman semakin baik setelah mampu menahan imbang Spanyol.
DOHA, KOMPAS – Jerman dituntut tampil sempurna demi mengemas kemenangan perdana di Piala Dunia 2022 ketika menghadapi Kosta Rika, Jumat (2/12/2022) pukul 02.00 WIB, di Stadion Al Bayt, Al Khor. Meski demikian, tiga poin belum menjamin “Die Mannschaft” bisa melaju ke babak 16 besar. Mereka bergantung pula pada laga Spanyol lawan Jepang yang bermain di waktu yang sama.
Jika Spanyol bisa mengalahkan Jepang, maka kemenangan atas Kosta Rika cukup untuk memastikan Jerman menduduki peringkat kedua di Grup E. Tetapi, apabila Jepang bisa kembali menghadirkan kejutan dengan menahan imbang atau mengalahkan “La Furia Roja”, julukan Spanyol, situasi Jerman akan menjadi rumit.
Jerman harus mencetak kemenangan minimal dengan skor 2-0 gol agar lolos, jika laga Spanyol dan Jepang berakhir imbang dengan skor 1-1. Semakin besar skor imbang di laga yang berlangsung di Stadion Internasional Khalifa, Doha, itu, semakin banyak gol harus dicetak Jerman ke gawang Kosta Rika.
Hal itu didasari perhitungan klasemen akhir babak penyisihan Piala Dunia 2022 mengutamakan selisih gol dari seluruh laga, jumlah gol keseluruhan, baru memperhatikan rekor pertemuan dua tim yang mengumpulkan poin akhir setara.
Oleh karena itu, seandainya Jepang menang minimal dengan keunggulan satu gol, maka Die Mannschaft harus unggul minimal 8-0 atas Kosta Rika untuk bisa mengudeta posisi Spanyol di peringkat kedua Grup E.
Pelatih Jerman Hans-Dieter Flick enggan terlalu memikirkan beragam situasi yang perlu diperhitungkan anak asuhannya agar bisa lolos ke babak 16 besar. Menurut dia, yang terpenting semua pemain Jerman tampil dengan kemampuan terbaik dan tidak lagi melakukan kesalahan yang memberikan lawan kesempatan untuk menghukum mereka.
“Kami akan menyerang dan menekan sejak awal, melawan Kosta Rika yang akan bertahan. Kami harus bisa menemukan solusi untuk menghadapi pertahanan berlapis mereka, sekaligus jangan lagi melakukan kesalahan kecil seperti di laga pertama,” kata Flick pada konferensi pers jelang laga di Doha, Rabu (30/11/2022).
Mantan pelatih Bayern Muenchen itu menambahkan, “Kami enggan membicarakan berapa gol yang kami kejar karena itu menunjukkan tidak respek kepada lawan. Atensi utama kami adalah meraih kemenangan, meski untuk lolos kami bergantung pada hasil laga lain”.
Untuk membongkar pertahanan berlapis Kosta Rika, Flick tetap akan mengandalkan Jamal Musiala dan Serge Gnabry. Ia pun masih mempertimbangkan untuk kembali memainkan Kai Havertz yang tidak diturukan melawan Spanyol akibat menderita flu.
“Semua pemain depan, seperti Thomas (Mueller), Niclas (Fuellkrug), Leroy (Sane), dan Mario (Goetze), berpeluang diturunkan. Semua pemain harus memberikan 100 persen kemampuan mereka,” ucapnya.
Lebih tenang
Jelang menghadapi Kosta Rika, wajah Flick di sesi konferensi pers terlihat lebih tenang dibandingkan pada kesempatan yang sama sebelum melawan Spanyol. Juru taktik yang mempersembahkan “treble winner” bagi Bayern itu sudah tidak pelit untuk tersenyum ketika mendengar dan menjawab pertanyaan jurnalis.
Kami harus bisa menemukan solusi untuk menghadapi pertahanan berlapis mereka, sekaligus jangan lagi melakukan kesalahan kecil seperti di laga pertama.
Lukas Klostermann, bek sayap Jerman, mengakui situasi di dalam tim Jerman jauh lebih positif usai menahan imbang Spanyol. Saat kalah dari Jepang, suasana di dalam skuad sangat tegang dan raut kekecewaan terlihat di seluruh wajah pemain.
“Seri melawan Spanyol sangat meningkatkan semangat dan kondisi moral kami. Itu membantu kami sangat bersemangat untuk menjalani laga terakhir. Kami yakin bisa meraih kemenangan,” ujar Klostermann.
Selain mengejar tiket 16 besar, Flick tentu tidak ingin menjadi pelatih Jerman pertama yang gagal membawa Die Mannschaft meraih kemenangan di babak penyisihan Piala Dunia. Format fase grup pertama kali diperkenalkan pada Piala Dunia 1950 di Brasil.
Sejak saat itu, capaian terburuk Jerman adalah hanya meraup satu kemenangan dari tiga laga babak penyisihan di Rusia 2018. Hasil itu membuat Jerman angkat koper lebih dini dari Rusia. Flick menegaskan, hasil empat tahun lalu tidak akan memengaruhi skuadnya karena mayoritas pemain saat ini adalah generasi baru yang punya motivasi berlipat untuk melaju ke babak 16 besar.
Kenangan 2014
Adapun Kosta Rika mempersiapkan diri melawan Jerman dengan bermodal kenangan di Brasil 2014. Kala itu, Kosta Rika bisa menembus ke fase gugur usai menyingkirkan dua tim Eropa, yaitu Italia dan Inggris.
Capaian delapan tahun lalu itu belum sepenuhnya terhapus dari ingatan skuad berkuluk “Los Ticos” itu. Enam pemain di edisi 2014 masih tampil di Qatar. Mereka adalah kiper Keylor Navas, Bryan Ruiz, Celso Borges, Joel Campbell, Yeltsin Tejeda, dan Oscar Duerte.
“Kami punya gen khusus ketika tampil di Piala Dunia karena bisa melakukan hal berbeda yang tidak dibayangkan sebelumnya. Sejarah membuktikan kami bisa tampil baik menghadapi tekanan tim lawan yang lebih dinggulkan,” ujar Pelatih Kosta Rika Luis Fernando Suarez.
Untuk bisa menembus fase gugur, seperti di Italia 1990 dan Brasil 2014, Kosta Rika memiliki dua peluang. Pertama, kemenangan atas Jerman sudah menjadi jaminan mereka akan lolos ke babak 16 besar. Kedua, jika mereka bisa menahan Die Mannschaft, Navas dan kawan-kawan juga bisa tetap lolos apabila Spanyol menumbangkan Jepang.
“Kami senang bisa pada posisi untuk menentukan nasib kami, serta akan memengaruhi juga takdir Jerman di Piala Dunia. Pemain telah menampilkan permainan yang meningkat di laga kedua, sehingga saya berharap kami bisa kembali tampil dengan performa terbaik melawan Jerman,” tutur Suarez.