Ghana begitu efektif saat menyerang sampai menciptakan rekor gol dalam sejarah mereka di Piala Dunia. Korsel turut menjadi korban efektivitas itu.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·5 menit baca
Ghana mencapai efektivitas permainan tertinggi karena melakukan perubahan. Mereka menciptakan 3 gol hanya dari 7 percobaan tembakan.
Setelah kalah dari Portugal pada laga pertama, Ghana mengubah formasi pemain saat melawan Korea Selatan. Perubahan itu memaksimalkan para pemain Ghana yang bersinar di Eropa.
Korea Selatan bermain lebih agresif pada babak kedua dan melakukan pergantian dua pemain sekaligus. Hasilnya Korea Selatan mencetak dua gol di babak kedua.
AL RAYYAN, SENIN — Ghana hanya butuh tiga kali lebih sedikit tembakan dibandingkan Korea Selatan untuk menjinakkan agresivitas tim lawan. Skuad ”Bintang Hitam” mencapai efektivitas level tertinggi berkat perubahan sistem. Pelatih Otto Addo mampu memaksimalkan bakat besar pemainnya.
Ghana menghindari eliminasi dari Grup H seusai menang 3-2 di Stadion Education City, kota Al Rayyan, pada Senin (28/11/2022). Gol pembuka diciptakan bek Mohammed Salisu, sementara sepasang gol penentu kemenangan dicetak gelandang serang muda Mohammed Kudus (22).
Rasanya sangat menyenangkan. Kami sangat menginginkan tiga poin ini dan kami berhasil mendapatkannya. Semua bermain di puncak permainannya hari ini. Mereka bisa bangkit dan menjadikan skor 2-2, tetapi kami punya energi lebih besar untuk bisa unggul lagi.
”Rasanya sangat menyenangkan. Kami sangat menginginkan tiga poin ini dan kami berhasil mendapatkannya. Semua bermain di puncak permainannya hari ini. Mereka bisa bangkit dan menjadikan skor 2-2, tetapi kami punya energi lebih besar untuk bisa unggul lagi,” ujar Kudus.
Ghana menang karena sangat efektif di depan gawang ”Ksatria Taegeuk”, julukan Korsel. Mereka menciptakan 3 gol hanya dari 7 percobaan tembakan. Adapun sepasang gol sebelum turun minum, dari Salisu dan Kudus, berasal dari dua tendangan pertama Ghana di laga itu.
Efektivitas Bintang Hitam sampai mampu menorehkan sejarah. Menurut Opta, Ghana baru pertama kalinya mencetak tiga gol dalam satu laga Piala Dunia. Adapun mereka selalu berhasil mencetak gol dalam tujuh laga terakhir di Piala Dunia.
Di sisi lain, Korsel mampu tampil agresif dengan penguasaan bola 63,1 persen. Son Heung-min dan rekan-rekan mencatat total 22 tembakan, tetapi hanya berhasil memasukkan dua gol lewat penyerang Cho Gue-Sung. Sebanyak 15 tembakan di antaranya tidak tepat sasaran.
Ghana mencapai potensi terbaik berkat perubahan sistem. Setelah kalah di laga pembuka versus Portugal 1-2, Addo mengganti formasi dari 5-3-2 menjadi 4-2-3-1. Tiga pemain baru sekaligus dimasukkan sejak menit awal, yaitu penyerang Jordan Ayew serta dua bek sayap Tariq Lamptey dan Gideon Mensah.
Formasi itu memaksimalkan potensi para pemain mereka yang bersinar di kompetisi Eropa. Kudus contohnya. Pemain Ajax Amsterdam itu bermain di sisi kiri pada laga sebelumnya. Dia mengisi posisi sayap kanan, di bawah ujung tombak Inaki Williams.
Kudus lebih sering berada di kotak penalti, mendampingi Williams. Dia tidak perlu lagi sering menjemput bola dari lini tengah. Hasilnya dua gol dihasilkannya di dalam kotak penalti. Pergerakan menusuk pemain kidal itu lebih tajam dari sisi kanan.
Dua pemain Liga Inggris, Ayew (Crystal Palace) dan gelandang Thomas Partey (Arsenal), juga lebih nyaman. Partey, sang jenderal lini tengah, dikelilingi pemain di depan dan belakang yang siap menerima bola. Ayew, yang menyumbang satu asis untuk Kudus, bisa memberi umpan silang lebih efektif karena lebih banyak pemain di kotak penalti.
”Ghana adalah negara yang besar dalam sepak bola. Mereka tidak punya nama besar seperti generasi Michael Essien dan rekan-rekan. Namun, di awal Piala Dunia ini, mereka mulai memperlihatkan potensi barunya. Mereka menunjukkan keinginan bertarung,” kata mantan pemain yang selalu menjadi duta sepak bola Afrika, Didier Drogba, kepada BBC.
Pertarungan efektivitas dan agresivitas kedua tim dipenuhi drama. Puncaknya adalah pada injury time selama 10 menit ketika Korsel mengejar ketinggalan satu gol. Tim asuhan Paulo Bento itu terus mengepung pertahanan Ghana dengan hujan umpan silang dari segala arah.
Cho nyaris saja membuat hattrick, tetapi upaya tendangannya masih bisa digagalkan kiper Ati-Zigi. Pada detik-detik terakhir, Ksatria Taegeuk sebenarnya punya peluang menyamakan kedudukan lewat tendangan sudut.
Namun, wasit Anthony Taylor meniup peluit panjang karena injury time sudah memasuki menit ke-11. Para pemain dan pelatih Korsel protes keras. Bento sampai memaki-maki sang wasit. Alhasil, sang pelatih diganjar kartu merah.
Di luar hasil, Korsel lebih mendominasi permainan. Mereka sudah aktif menyerang dengan kombinasi umpan pendek bertempo tinggi sejak menit awal. Son dan rekan-rekan bahkan berhasil menciptakan 4 tembakan hanya dalam 10 menit pertama.
Namun, Ghana mampu unggul lebih dulu pada menit ke-24. Salisu mencetak gol dari skema bola mati, memanfaatkan kemelut di pertahanan Korsel. Meskipun bola sempat terkena tangan Andrew Ayew, VAR tidak menganulir gol itu. Salisu menggandakan keunggulan 12 menit berselang.
Bento menginstruksikan anak asuhnya lebih agresif di babak kedua. Dia memasukkan dua pemain sekaligus, gelandang Lee Kang-In dan Na Sang-Ho. Tidak lama setelah pergantian, Korsel mencetak dua gol beruntun yang hanya berjarak tiga menit lewat sundulan Cho. Salah satunya dari asis Kang-In.
Cho, yang hanya tampil 16 menit melawan Uruguay, menjadi bintang paling bersinar Korsel. Dia tidak berhenti berlari mencari ruang di kotak penalti Ghana. Kegigihan itu berbuah manis ketika dia mendapat umpan silang yang bisa dijangkau.
Cho bermain seperti titisan legenda hidup Korsel, Ahn Jung-hwan. Dia menjadi pemain Korsel pertama yang mencetak lebih dari satu gol di laga Piala Dunia. Dia juga menjadi pemain Asia pertama yang mencetak dua gol sundulan dalam satu pertandingan di Piala Dunia.
Namun, dua gol balasan itu ternyata tidak cukup membuat Korsel bangkit. Tujuh menit setelah skor seimbang, Kudus lagi-lagi menghukum pertahanan lawan. Kudus sama seperti babak pertama, mencetak gol hasil dari umpan silang. Bek Korsel tidak fokus menjaganya karena pergerakan Williams.
Dengan hasil itu, Ghana dan Korsel sama-sama masih memiliki kesempatan melaju ke 16 besar. Mereka akan menentukan nasib di laga terakhir grup. Ghana berhadapan dengan Uruguay, sementara Korsel menantang tim unggulan juara Brasil. (AP/REUTERS)