Uruguay dalam kondisi tak ideal seiring hasil imbang melawan Korea Selatan di laga pertama. Meski begitu, kekuatan Uruguay tidak bisa diremehkan seiring mentalitas ”Garra Charrua” yang tertanam di hati mereka.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
Pemain Uruguay memiliki semangat tinggi dalam hati untuk memenangi laga menghadapi Portugal. Skuad Uruguay dikenal militan dan tak kenal menyerah.
Portugal sedang dalam keadaan moral yang tinggi karena baru saja meraih kemenangan 3-2 atas Ghana di laga pertama.
Kedua tim pernah bertemu pada babak 16 besar Piala Dunia Rusia 2018. Namun, dalam laga tersebut Uruguay mengalahkan Portugal.
LUSAIL, MINGGU — Meski diterjang situasi buruk, Uruguay tidak akan pernah patah arang. Semangat Garra Charrua itulah yang terpendam dalam hati setiap pemain Uruguay. Walau dicibir karena performa buruk di laga pertama, Uruguay berjanji bakal memberikan perlawanan hingga titik darah penghabisan saat bertemu Portugal di Stadion Lusail Iconic, Qatar, Selasa (29/11/2022) pukul 02.00 WIB.
Dalam beberapa edisi Piala Dunia, pemain Uruguay dikenal dengan penampilan militan dan tak kenal menyerahnya. Kita masih ingat bagaimana penyerang Uruguay, Luis Suarez, menghalau bola dengan tangan agar pemain Ghana tidak bisa mencetak gol di Piala Dunia 2010.
Suarez terkena kartu merah, tetapi tindakannya itu menyelamatkan Uruguay dari kekalahan. Uruguay pada akhirnya memaksakan laga hingga ke babak adu penalti dan berhasil menang 4-2 untuk melenggang ke semifinal turnamen.
Sekilas upaya Suarez itu terlihat licik, tetapi itulah semangat Garra Charrua atau lazim diterjemahkan sebagai ”Cakar Charrua”. Charrua di sini merujuk pada penduduk asli di wilayah Uruguay yang berjuang habis-habisan mengusir penjajah Spanyol di masa lampau.
Istilah Garra Charrua, seiring berjalannya waktu, dikenal sebagai konsep itu menjelaskan kegigihan, sikap ulet, dan semangat pantang menyerah orang-orang Uruguay dalam mencapai hal yang mustahil. Mereka tidak jarang bersedia melakukan apa saja untuk mencapai tujuan.
”Garra Charrua adalah sesuatu yang kami banggakan. Bahkan di saat orang lain berpikir kami tidak mampu melakukannya,” ujar penyerang legendaris Uruguay, Diego Forlan.
Portugal sedang dalam keadaan moral yang tinggi karena baru saja meraih kemenangan 3-2 atas Ghana di laga pertama. Tidak seperti Portugal, kondisi Uruguay saat ini tidak ideal karena ditahan imbang Korea Selatan 0-0 di pertandingan pertama.
Hasil imbang itu menjadi istimewa untuk Korea Selatan. Untuk pertama kalinya, ”Ksatria Taegeuk” mampu mengimbangi Uruguay. Padahal, dalam dua pertemuan sebelumnya di Piala Dunia, Uruguay selalu mampu menang atas Korea Selatan. Penyerang Uruguay yang biasanya klinis di depan gawang mendadak kehilangan insting dan ketajamannya dalam mencetak gol.
Dalam 20 menit pertama, kami kesulitan melawan Korea Selatan. Kami tidak bisa merebut bola dari mereka. Kami tidak bisa mendapatkan tekanan dan kehilangan presisi.
”Dalam 20 menit pertama, kami kesulitan melawan Korea Selatan. Kami tidak bisa merebut bola dari mereka. Kami tidak bisa mendapatkan tekanan dan kehilangan presisi,” kata Pelatih Uruguay Diego Alonso.
Memasuki babak kedua, Uruguay mulai lebih banyak menguasai bola. Namun, mereka selalu berhati-hati dan kurang berani mengambil inisiatif serangan meskipun memiliki pemain yang lebih berpengalaman.
Tak pelak, hasil imbang itu memicu kekecewaan dari pendukung Uruguay. Selain itu, di laga nanti Portugal di atas kertas lebih diunggulkan. Uruguay tidak boleh menelan kekalahan dari Portugal agar kelolosan mereka ke fase gugur tidak ditentukan dari pertandingan lainnya pada laga pamungkas grup. Di pertandingan terakhir, Uruguay akan menghadapi Ghana.
Dalam kondisi terdesak ini, semangat atau mentalitas Garra Charrua berpotensi kembali muncul dalam diri pemain Uruguay. Inilah yang mesti diwaspadai Portugal.
Pelatih Portugal Fernando Santos menyampaikan, para pemainnya berada dalam kondisi siap tempur. Kedua negara pernah bertemu pada babak 16 besar Piala Dunia Rusia 2018. Saat itu, Portugal takluk 1-2 dari Uruguay. Pertemuan nanti menjadi momentum yang tepat bagi Portugal untuk membalas kekalahan tersebut.
”Tidak ada yang saya khawatirkan karena saya tahu para pemain saya bisa melakukan lebih baik. Tapi itulah sepak bola. Saya sangat yakin bahwa mereka dapat tampil jauh lebih baik nanti,” kata Santos.
Pertahanan kokoh
Satu hal yang bisa menjadi kekuatan Uruguay dalam membendung agresivitas lini depan Portugal adalah lini pertahanan mereka yang kokoh dan sulit ditembus lawan. Menurut catatan Opta yang diterima Kompas, Uruguay tak kebobolan di lima laga terakhir fase grup mereka di Piala Dunia.
Pencapaian itu bukan sembarangan karena tidak ada negara yang pernah melakukannya dalam enam laga fase grup secara beruntun di sepanjang sejarah Piala Dunia. Uruguay tetap kokoh kendati tidak diperkuat bek tangguh Barcelona, Ronald Araujo, yang cedera.
Saat melawan Ghana, serangan Portugal lebih banyak dibangun melalui sisi sayap kiri dengan persentase mencapai 51 persen. Penyerang Atletico Madrid, Joao Felix, menjadi motor serangan di sayap kiri. Ia mencetak satu gol di laga tersebut.
Bila mengambil pendekatan yang sama, Felix nantinya akan beradu dengan duet bek veteran Uruguay, Diego Godin dan Martin Caceres, yang menjaga sisi kanan pertahanan Uruguay. Alonso berharap para pemainnya bisa tampil lebih baik dibandingkan saat ditahan imbang Korea Selatan.
”Jelas pertandingan kedua ini adalah kuncinya. Demikian pula pertandingan yang ketiga. Mengenai apakah kami akan lolos atau tidak (ke fase gugur), itu bergantung pada kami,” ujarnya. (AP/REUTERS)