Jepang berpotensi mengawali kebangkitan kedua negara-negara Asia di Piala Dunia. Keberhasilan Jepang mengatasi Kosta Rika dan neraih tiket fase gugur akan menginspirasi negara Asia lainnya untuk meraih kesuksesan serupa.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·5 menit baca
AR RAYYAN, SABTU – Piala Dunia Qatar 2022 menjadi panggung bagi para wakil Asia setelah sekian lama tunduk pada “imperialisme” sepak bola Barat. Jepang akan memulai gelombang kebangkitan kedua sepak bola Asia saat menghadapi Kosta Rika di Stadion Ahmed Bin Ali, Minggu (27/11/2022) pukul 17.00 WIB. Keberhasilan Jepang meraih tiket fase gugur bisa menginspirasi semangat juang tim-tim Asia lainnya.
Di bagian pembuka bukunya, Aksi Massa, pejuang kemerdekaan Indonesia, Tan Malaka, memekikkan kalimat “Asia sudah bangkit!”. Dalam bukunya itu, Tan membayangkan negara-negara Asia yang sudah lama terkungkung dalam imperialisme bangsa-bangsa Barat, kemudian menemukan kesadaran dan berhasil merebut kemerdekaan.
Imajinasi Tan itu ternyata mampu mewujud menjadi kenyataan beberapa tahun kemudian. Setelah Perang Dunia kedua usai, gelombang kemunculan bangsa-bangsa Asia bermekaran bak bunga di musim semi. Bangsa-bangsa Asia lantas bangkit dan negara-negara merdeka baru bermunculan untuk menentukan nasib mereka sendiri.
Tidak disangka, kebangkitan negara-negara Asia melawan benteng imperialisme Barat yang terjadi lebih dari tujuh dekade lalu itu juga hadir di atas rumput hijau Piala Dunia Qatar. Sepak bola Asia, yang sejak dulu dipandang sebelah mata, tidak penting, dan remeh, mulai mampu mengangkangi keangkuhan Barat.
Gelombang kebangkitan itu dimulai dari kemenangan dramatis 2-1 Arab Saudi atas Argentina. Tertinggal di babak pertama, Arab Saudi mampu memutarbalikkan prediksi dengan membungkam Lionel Messi dan rekan-rekannya. Kemenangan itu membuat seluruh dunia terperangah. Kisah David menghadapi Goliath tiba-tiba tercipta di kolong jagat.
Tidak lama setelah itu, giliran bangsa Asia Timur, Jepang, membuat dunia sepak bola terhenyak seusai mengalahkan juara dunia empat kali, Jerman. Sebagaimana Arab Saudi, kemenangan Jepang juga diraih dengan penuh drama. Tertinggal 0-1 di babak pertama, Pelatih Jepang Hajime Moriyasu melakukan dua pergantian pemain yang krusial di babak kedua hingga mampu mengungguli Jerman 2-1 hingga akhir laga.
Sudah lama sepak bola Asia tidak mengalami euforia kebangkitan seperti ini sejak Korea Selatan mampu menembus semi inal Piala Dunia 2002 di rumah sendiri. Setelah momentum itu, persepak-bolaan Asia kembali inferior di hadapan negara-negara Barat. Laju terjauh yang bisa digapai negara-negara Asia hanya sampai di babak 16 besar.
Tim “Samurai Biru” hendak kembali meraih kemenangan untuk menyegel tiket lolos ke babak 16 besar secara lebih cepat. Mereka seolah-olah ingin membuktikan bahwa kemenangan atas Jerman bukanlah tercipta karena kebetulan belaka.
Usai kemenangan menakjubkan Arab Saudi dan Jepang, memori kolektif terhadap keberhasilan Korea Selatan itu secara tidak disadari meresap ke alam bawah sadar para pesepak bola Asia. Mereka seperti percaya bahwa negara-negara Eropa bukanlah lawan yang tidak bisa dikalahkan.
Seperti yang dijabarkan Tan dalam Aksi Massa, mustahil revolusi dan kemerdekaan bisa diraih bila setiap bangsa Asia hanya berjuang sendiri. Perlu adanya keinginan kuat bersama dari bangsa-bangsa Asia untuk mencapai tujuan bersama, yaitu merebut kemerdekaan dan kebebasan. Menurut Tan, Aksi Massa berasal dari orang banyak untuk memenuhi kehendak ekonomi dan politik mereka.
Menginspirasi
Buah pemikiran Tan nyatanya relevan hingga sekarang. Keberhasilan satu negara Asia bisa memicu semangat perjuangan negara Asia lainnya. Hal itu terjadi dalam kemenangan bersejarah Jepang atas Jerman. Menurut pemain sayap kiri Jepang, Kaouru Mitoma, kemenangan mengejutkan Arab Saudi atas Argentina menginspirasi para pemain Jepang untuk melakukan hal yang serupa.
“Kami menyaksikan Arab Saudi melawan Argentina. Mereka memenangkan pertandingan itu dan kami pikir kami bisa memiliki permainan yang hebat di sini juga. Itu sangat menginspirasi saya dan tim,” kata Mitoma, dikutip dari Goal.
Kini, Jepang bersiap melanjutkan perjuangan di Piala Dunia dengan menghadapi Kosta Rika di laga kedua Grup E. Tim “Samurai Biru” hendak kembali meraih kemenangan untuk menyegel tiket lolos ke babak 16 besar secara lebih cepat. Mereka seolah-olah ingin membuktikan bahwa kemenangan atas Jerman bukanlah tercipta karena kebetulan belaka.
Selain itu, bila berhasil kembali meraih kemenangan, Jepang akan menginspirasi negara Asia lainnya seperti Iran dan Korea Selatan yang tengah berjuang lolos ke fase 16 besar. Adapun Qatar sudah lebih dulu dipastikan gagal lolos dari fase grup setelah menelan dua kekalahan beruntun.
Kebalikan dengan Jepang yang sedang dalam motivasi tinggi usai mencetak sejarah, Kosta Rika tengah dirundung duka usai kalah telak 0-7 dari Spanyol di laga sebelumnya. Pada laga itu, para pemain Kosta Rika tampil buruk karena kalah segala-galanya dari barisan muda Spanyol. Mereka bahkan gagal melesakkan satu pun tembakan. Menurut catatan Opta, Kosta Rika menjadi satu-satunya tim di Piala Dunia yang gagal melesakkan tembakan ke gawang lawan sejak edisi 1966 di Inggris.
Kosta Rika semakin tidak diunggulkan mengingat buruknya rekor pertemuan mereka saat menghadapi Jepang. Dalam empat pertemuan terakhir, Kosta Rika kalah tiga kali dan sekali meraih hasil imbang dari Jepang. Dalam tiga kemenangannya, Jepang selalu berhasil melesakkan tiga gol ke gawang Kosta Rika.
Kendati lebih diunggulkan, Hajime meminta para pemainnya lekas melupakan kemenangan atas Jerman untuk mengalihkan fokus ke laga melawan Kosta Rika. Bek Jepang, Hiroki Sakai, mengatakan, tidak sulit bagi para pemain Jepang untuk mengalihkan fokus karena baginya setiap negara yang berpartisipasi di Piala Dunia adalah lawan kuat.
“Tentu saja pertandingan pertama Kosta Rika sangat mengecewakan, 0-7. Tapi, Kosta Rika memiliki kekuatan yang bagus. Jadi, kami memberikan yang maksimal nanti,” kata Sakai dikutip dari Kyodo News.
Sementara Pelatih Kosta Rika Luis Fernando Suarez, menyampaikan, timnya banyak melakukan kesalahan saat digilas Spanyol. Banyak hal yang mesti diperbaiki Kosta Rika. Sebelum melakukannya, Suarez mengarahkan para pemainnya untuk segera melupakan kekalahan menyakitkan dari Spanyol.