Argentina dipaksa untuk bangkit dari rasa sakit akibat kekalahan yang sudah lama tak diderita. Meski unggul kualitas dan rekor pertemuan atas Meksiko, Tata Martino berpotensi menghadirkan luka baru bagi Argentina.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
Skuad Argentina berusaha melupakan kekalahan yang perih dari Arab Saudi. Kekalahan itu hanya bisa diobati dengan mengalahkan Meksiko pada laga kedua Grup C.
Hasil pertandingan melawan Meksiko adalah kunci nasib Argentina ke depan di ajang Piala Dunia Qatar 2022.
Meksiko punya jurus ampuh membungkam Argentina, yaitu pelatih Gerardo ”Tata” Martino yang pernah menjadi pelatih Argentina.
DOHA, KOMPAS – Kekalahan dari Arab Saudi masih sulit diterima oleh Argentina. Mereka telah mengerahkan segalanya, tetapi dihukum akibat dua serangan balik sang lawan. Akibat nasib buruk di laga perdana, skuad ”La Albiceleste” perlu segera menemukan pelerai lara yang hanya bisa didapatkan dengan raihan tiga poin kala menjamu Meksiko, Minggu (27/11/2022) pukul 02.00 WIB, di Stadion Lusail, kota Lusail.
Jika kembali kalah, Argentina akan membuka sendiri sejarah kelam dalam keikutsertaan mereka di Piala Dunia. Mereka belum pernah kalah dalam dua laga awal beruntun di pesta sepak bola terakbar sejagad.
Jelang kontra Meksiko, Pelatih Argentina Lionel Scaloni harus memugar kembali keping-kepingan semangat dan kepercayaan diri skuadnya yang hancur setelah tumbang di laga pembuka. Arab Saudi tidak hanya menghadirkan salah satu kejutan terbesar dalam sejarah Piala Dunia, tetapi juga mengakhiri rekor tak terkalahkan Argentina dalam 36 pertandingan.
Dalam konferensi pers jelang laga melawan Meksiko, Jumat (25/11/2022), di Doha, penyerang Argentina, Lautaro Martinez, mengakui, timnya merasakan kesedihan dan kekecewaan yang amat pekat seusai kalah dari Arab Saudi. Ia menuturkan, pertandingan melawan Meksiko juga tidak akan berjalan mudah.
Itu didasari kualitas Meksiko yang baik, lalu, tambahnya, skuad Argentina sudah lama tidak merasakan perasaan beratnya menerima kekalahan karena tiba di Qatar dengan rekor tak terkalahkan terpanjang dalam sejarah mereka.
Kami sudah sangat lama tidak merasakan perasaan sakit (akibat kalah) ini, tetapi saya pastikan kami adalah tim yang bersatu. Di Piala Dunia, kami tidak boleh terlalu lama memikirkan kekalahan karena waktu pertandingan berdurasi singkat.
”Kami sudah sangat lama tidak merasakan perasaan sakit (akibat kalah) ini, tetapi saya pastikan kami adalah tim yang bersatu. Di Piala Dunia, kami tidak boleh terlalu lama memikirkan kekalahan karena waktu pertandingan berdurasi singkat,” ucap dia.
Pemain Inter Milan itu menegaskan, timnya menganggap laga melawan ”El Tri” sebagai partai final. Pasalnya, hasil di pertandingan kedua itu akan menentukan langkah mereka.
”Hasil melawan Meksiko adalah kunci bagi masa depan kami di turnamen ini. Kami ingin memberikan pendukung kebahagiaan, termasuk mengenang (Diego) Maradona dengan cara terbaik,” kata Martinez, yang menyebut hari wafatnya legenda sepak bola Argentina itu pada 25 November 2020.
Sementara itu, Scaloni menyatakan, dirinya menjauhkan anak asuhannya dari media satu hari setelah pertandingan untuk menjaga fokus. Ia pun meminta para pemainnya untuk tidak larut dalam kekecewaan yang terjadi di Stadion Lusail, Selasa (22/11) lalu.
Ia menuturkan, pemain-pemain senior, terutama sang kapten, Lionel Messi, telah berbicara dengan semua pemain untuk tetap tenang demi menghadapi dua laga tersisa.
”Kami akan menghadapi dua pertandingan sangat penting yang dimulai melawan Meksiko. Nasib kami amat ditentukan oleh kami sendiri, sehingga kami harus bermain dengan performa terbaik,” kata Scaloni.
Argentina patut tenang jelang menghadapi Meksiko. Mereka menggenggam segalanya untuk bisa El Tri.
Menurut catatan Opta, La Albiceleste unggul mutlak dalam 10 laga terakhir melawan Meksiko dengan rekor tujuh kemenangan dan tiga kali seri. Kekalahan terakhir Argentina tercipta pada Copa America edisi 2004.
Selain itu, La Albiceleste juga selalu menang di tiga pertemuan dengan Meksiko pada pentas Piala Dunia. Dimulai kekalahan 3-6 di edisi Uruguay 1930, lalu 1-2 di Jerman 2006, serta yang terkini tumbang 1-3 pada Afrika Selatan 2010.
Untuk menjaga rekor positif itu, Scaloni mengungkapkan, Argentina tetap akan tampil menyerang. Tidak ada perubahan dalam skema dan taktik yang akan diterapkan Scaloni.
”Gaya dan identitas permainan kami tetap sama. Untuk susunan pemain, saya akan menentukannya setelah latihan terakhir kami (Jumat malam),” kata Scaloni.
Beberapa nama yang tetap dipertahankan Scaloni dalam susunan pemain utama untuk menghadapi Meksiko adalah Martinez, Lionel Messi, Angel Di Maria, Nicolas Otamendi, dan Emiliano Martinez. Nama-nama lainnya mungkin terjadi rotasi seiring penampilan buruk di pertandingan melawan Arab Saudi.
Namun, Meksiko punya senjata yang bisa membungkam Argentina, yakni sang pelatih Gerardo ”Tata” Martino. Sebelum era Scaloni, Martino adalah salah satu pelatih terbaik La Albiceleste dalam satu dekade terakhir dengan capaian dua kali menembus final Copa America. Martino menangani Argentina pada 2014 hingga 2016.
Tak hanya Argentina, Martino juga mengenal baik Messi. Itu tercipta karena satu musim menangani Barcelona pada musim 2013-2014.
Hubungan Messi dan Martino pun amat baik. Bahkan, Martino adalah pemain Newell’s Old Boys yang paling digemari Messi ketika memulai karier junior di akademi klub itu pada 1995.
Hirving Lozano, penyerang sayap Meksiko, menilai, Argentina tetap tim terkuat di Grup C. Meski begitu, kata Lozano, timnya amat termotivasi bisa membalikkan kemustahilan, seperti yang dilakukan Arab Saudi.
”Ini adalah kesempatan terbesar kami untuk bisa mengakhiri rekor buruk menghadapi Argentina. Hasil Arab Saudi menginspirasi kami serta kami juga memiliki pelatih yang mengenal baik Argentina, jadi kami akan menjalankan apa yang direncanakan pelatih,” ujar Lozano, pemain Napoli.
Ketika Argentina dan Meksiko mengejar kemenangan pertama di Qatar, Arab Saudi berpeluang melanjutkan kejutan untuk menjadi tim pertama yang meraih tiket ke 16 besar dari Grup C. Tim berjuluk ”Si Alap-alap Hijau” itu perlu mengalahkan Polandia, Sabtu (26/11) pukul 20.00 WIB, di Stadion Education City, Doha.
Qatar tersingkir
Sementara itu, tuan rumah Qatar menjadi tim pertama yang dipastikan tersingkir dari persaingan fase grup Piala Dunia 2022. Sekaligus, Qatar adalah tim tuan rumah pertama yang menelan kekalahan di dua laga awal Piala Dunia. Itu dipastikan menyusul kekalahan dari Senegal, 1-3, pada laga kedua di Stadion Al Thumama, Jumat malam.
Senegal mencetak tiga gol melalui Boulaye Dia ('41), Famara Diedhiou ('48), dan Bamba Dieng ('84). Adapun gol perdana Qatar di ajang Piala Dunia dicetak oleh pemain pengganti, Mohammed Mustard ('84). Dengan hasil itu, Senegal membuka asa lolos ke babak 16 besar. Mereka akan menghadapi Ekuador di laga pamungkas, Selasa (29/11).
”Kami harus mengapresiasi perjuangan para pemain yang tampil lebih baik dibandingkan laga pertama. Kami akan terus berusaha tampil maksimal di laga terakhir melawan Belanda, yang tentu akan lebih sulit,” ujar Pelatih Qatar Felix Sanchez.