Tim Gurem, Bertarunglah seperti Arab Saudi
Tawa dan tangisan dalam laga Arab Saudi versus Argentina hanya dipisahkan oleh jarak sentimeter. Keberanian Arab Saudi membuahkan keberuntungan.
- Argentina terjebak 10 kali offside selama 90 menit lawan Arab Saudi, lebih banyak dari jumlah offside mereka di seluruh laga Piala Dunia Rusia 2018.
- Arab Saudi mencetak 2 gol hanya dari nilai xG 0,1, sementara Argentina mencetak 1 gol dari nilai xG 2,2.
- Raja Salman menjadikan hari Rabu sebagai libur nasional seusai Arab Saudi menang atas Argentina.
Mungkin saja, kapten Argentina, Lionel Messi, yang berpesta pada akhir laga. Namun, takdir berubah akibat pengaruh kasus offside yang terpaut jarak beberapa sentimeter. Messi tertunduk lesu, sementara para pemain Arab Saudi bersujud syukur. Arab Saudi beruntung? Pasti. Akan tetapi, keberuntungan itu tidak jatuh dari langit.
Argentina terjebak 10 kali offside dalam 90 menit lawan Arab Saudi, lebih banyak dari jumlah offside mereka di seluruh laga Piala Dunia Rusia 2018 (6 kali). Ada yang tipis, juga yang jelas offside. Tim asuhan Lionel Scaloni itu kurang beruntung. Video asisten wasit (VAR) bisa menangkap semuanya.
Baca juga : Keberanian "Alap-Alap Arab" Menyambar Kelengahan Argentina
Tim ”Tango” bahkan harus merelakan tiga gol mereka dianulir akibat offside. Jika pemain mereka lebih mundur beberapa sentimeter, mungkin Argentina sudah unggul 4-0 pada paruh pertama. Ditambah gol Messi dari titik penalti pada awal laga. “Hanya beberapa inci, tetapi itulah teknologi,” kata Scaloni tentang laga di Stadion Lusail, Al Daayen, Selasa (22/11/2022) itu.
Andai itu terjadi, mungkin Arab Saudi sudah kehilangan semangat setelah turun minum. Mereka akan mengikuti nasib dua tim Asia lain, Qatar dan Iran, yang kalah di laga pembuka grup. Hanya saja, yang terjadi sebaliknya. Mereka bisa menahan skor hanya tertinggal satu gol.
Keberuntungan datang berkat ”perjudian” Pelatih Herve Renard. Istilah paling cocok menggambarkan itu adalah high risk high return (risiko tinggi menghasilkan keuntungan tinggi). Perangkap offside yang menjebak Messi dan rekan-rekan sudah direncanakan sejak awal. Mereka bermain dengan lini pertahanan tinggi. Jarak pemain paling depan dengan belakang juga dibuat sepadat mungkin.
Baca juga : Jangan Menangis Dulu, Argentina
Akibat terperangkap berkali-kali, pemain Argentina seolah mengalami trauma setiap menyerang. Angel Di Maria, penyerang sayap Argentina, sampai ragu setiap bola jatuh di kakinya. Dia harus melirik dulu ke arah asisten wasit untuk memastikan offside atau tidak.
Risiko strategi Renard amat tinggi. Jika ada satu pemain bertahan yang kurang kompak, mereka sudah pasti menjadi bulan-bulanan para predator Argentina. Pilihannya, kalah telak atau bisa mencuri kemenangan. Renard memilih ”berjudi” dibandingkan kekalahan yang hampir pasti didapat jika hanya ”parkir bus”.
Lalu, keajaiban tercipta di paruh kedua lewat dua gol ajaib dari Al-Shehri dan Al Dawsari yang total hanya bernilai xG (expected goals) 0,1. Arti dari angka xG itu adalah idealnya Shehri dan Dawsari butuh percobaan 20 kali lebih banyak untuk bisa mencetak 2 gol. Namun, xG juga ”kalah” oleh keberuntungan mereka malam itu.
Kami telah membuat sejarah untuk sepak bola Saudi. (Kisah) ini akan bertahan selamanya. Itulah yang paling penting.
”Perjudian” berakhir sepadan. Arab Saudi menjadi tim Asia pertama yang mampu mengalahkan Argentina, 2-1, dalam sejarah Piala Dunia. ”Kami telah membuat sejarah untuk sepak bola Saudi. (Kisah) ini akan bertahan selamanya. Itulah yang paling penting,” kata Renard.
Baca juga : Setia Mendukung Argentina dari Indonesia
Peristiwa kemenangan itu begitu bersejarah. Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz al-Saud sampai menetapkan hari Rabu sebagai libur nasional di negaranya. Dia ingin rakyatnya bisa menikmati manis kejayaan yang jarang terjadi itu.
”Saya tidak bisa berkata-kata. Saya tidak bisa menjelaskan betapa bahagianya saya karena tidak menyangka kami akan menang. Hasil imbang sudah sangat fantastis melawan tim seperti Argentina. Saya butuh waktu sampai bisa mencerna apa yang baru saja terjadi,” kata penggemar Arab Saudi, Sultan Alharthi.
Terbunuh ketakutan
Tim gurem semestinya belajar dari pertunjukan ”Alap-alap Arab”. Piala Dunia hanya datang empat tahun sekali. Kesempatan langka itu seharusnya dimanfaatkan untuk menunjukkan identitas mereka. Bukan mencari aman di lapangan karena takut malu.
Seperti dilakukan tim tuan rumah Qatar. Pelatih Felix Sanchez Bas tidak mengerti apa yang terjadi kepada anak asuhnya saat kalah 0-2 dari Ekuador. Mereka tampak seperti tim sepak bola yang baru dibentuk sehari sebelum laga. Tim asuhan Sanchez bermain tanpa ide yang jelas.
Baca juga : Liuk Tango Penjinak ”Alap-alap Arab”
Setengah skuad Qatar berasal dari klub Al-Sadd. Klub yang pernah dilatih mantan gelandang timnas Spanyol, Xavi Hernandez, itu memainkan filosofi tiki-taka. Mereka terlihat ingin bermain dengan cara tersebut sepanjang laga. Namun, semua dilakukan tidak maksimal.
”Saya tidak akan mengatakan kami naif. Saya lebih percaya ini soal kegugupan. Mungkin kami memiliki terlalu banyak keraguan. Kami harus melupakan tekanan dan lebih kompetitif lagi. Saya tahu tim ini bisa melakukannya,” kata Sanchez.
Umpan-umpan tim juara Asia itu hanya mencari aman. Mayoritas dilakukan di separuh lapangan sendiri. Anak asuh Sanchez tidak berani mengambil risiko untuk umpan terobosan. Pergerakan mereka juga statis, mudah dibaca. Mereka seolah takut dipermalukan tim tamu di depan publik sendiri.
Hasilnya antiklimaks. Sudah kalah, mereka juga mengecewakan para pendukung. Sebagian penonton tuan rumah terlihat mengosongkan tribune sebelum laga berakhir. Padahal, ekspektasi terhadap mereka sangat besar. Sebelumnya, tidak ada tuan rumah yang kalah di laga pembuka Piala Dunia.
Baca juga: Karpet Merah untuk Argentina
Iran mengalami kisah tidak jauh berbeda. Mereka ditumbangkan Inggris 2-6 karena bertahan terlalu dalam. Saking dalamnya, tim asuhan Pelatih Carlos Queiroz itu tidak bisa mengeluarkan ciri khas mereka, yaitu serangan balik. Para pemain Inggris juga sangat nyaman menyerang tanpa khawatir diserang balik.
”Perjudian” Arab Saudi bisa menginspirasi tim guram lainnya. Tidak perlu takut ketika mereka sudah ”dibunuh” sejak di atas kertas, sebelum laga. Cukup menampilkan yang terbaik. Biar Dewi Fortuna mengatur sisanya. Sebab, keberuntungan bermula dari keberanian. (AP/REUTERS)