Tite menjelma sebagai sosok yang amat sentral di timnas Brasil. Para pemain ingin memberi kado perpisahan manis baginya di Piala Dunia. Upaya itu akan dimulai dengan menantang Serbia pada laga perdana.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
LUSAIL, RABU — Bagi sebagian besar penggawa tim nasional Brasil, keberadaan Tite sangatlah penting. Sang pelatih adalah tokoh sentral di tim itu. Pendekatan personalnya membuat mereka bersedia melakukan hal apa pun agar ”profesor”, sebutan sang pelatih, mendapat kado indah sebelum melepas jabatannya di akhir Piala Dunia.
Upaya mewujudkan misi itu akan dimulai saat Brasil bertemu Serbia di Stadion Lusail, Qatar, Jumat (25/11/2022) pukul 02.00 WIB. Tim ”Samba” menatap laga itu dengan modal bagus, yaitu tak terkalahkan di 15 laga terakhir penyisihan grup Piala Dunia. Sebanyak 12 laga di antaranya bahkan mereka lewati dengan kemenangan.
Sebagian laga itu mereka raih bersama Tite. Pelatih yang menangani Brasil sejak 2016 itu bagaikan seorang ayah bagi para pemain Brasil. Ia piawai menyentuh perasaan terdalam pemainnya. Selain pandai memotivasi pemainnya, Tite memperlakukan mereka seperti keluarga sendiri. Tidak pelak, kebersamaan itu menjadi kunci Brasil menjuarai Copa Amerika pada 2019. Brasil harus menunggu selama 12 tahun untuk merebut gelar itu kembali.
”Hal terpenting yang saya pelajari darinya berkaitan dengan sentuhan manusiawinya. Dia pria baik yang memperlakukan semua orang dengan cara yang sama, mulai dari kiper hingga pesuruh. Dia sangat perhatian. Hal terpenting, dia adalah seseorang yang kami sukai karena kehangatan yang ada di dalam dirinya,” ucap Fred, gelandang Brasil.
Hubungan spesial itu membuat Tite tidak tergantikan di timnas Brasil sejauh ini. Tite juga memimpin Brasil di Piala Dunia Rusia 2018. Sangat jarang ada pelatih Brasil yang bisa memimpin tim itu dalam dua edisi Piala Dunia secara berturut-turut. Selain Tite, pelatih Brasil lainnya yang bisa melakukannya adalah Tele Santana pada Piala Dunia 1982 dan 1986.
Brasil setidaknya harus mewaspadai pergerakan gelandang lawan, Dusan Tadic, yang merupakan pencipta asis nomor dua terbanyak di kualifikasi Piala Dunia 2022 zona Eropa. Ia mengemas total enam asis dari delapan laga.
Di Rusia, Tite membawa Brasil hingga perempat final seusai kalah dari Belgia, 1-2. Pada Piala Dunia keduanya, di Qatar, Tite mengaku lebih memahami bagaimana cara membawa timnya tampil bagus di Piala Dunia.
Belajar banyak
Ia belajar banyak di laga pembuka Brasil pada 2018. Saat itu, ”Selecao” ditahan Swiss, 1-1. Meskipun para pemain Brasil banyak dilanggar, Tite meminta pemainnya menahan diri, tidak protes kepada wasit agar tak terkena hukuman kartu. Tite mengakui keliru lantaran Brasil dirugikan dengan keputusan wasit.
”Saya lebih tahu bagaimana memusatkan perhatian sekarang. Jika (pengalaman melawan Swiss) terjadi lagi, Anda perlu mengeluh dengan hormat dan berbicara kepada wasit. Kami sudah menerapkan hal ini ketika melawan Ekuador tahun itu. Kami telah belajar banyak (Piala Dunia Rusia),” kata Tite dikutip dari The Guardian.
Penyerang Brasil, Richarlison, berkata, timnya akan melakukan segalanya untuk memberikan kado perpisahan terindah untuk Tite, yaitu gelar juara dunia untuk keenam kalinya. Brasil adalah favorit juara. Mereka punya tren menawan, yaitu hanya sekali kalah sejak 2019. Satu-satunya kekalahan mereka adalah dari rival abadinya, Argentina, di final Copa America 2021.
”Suka atau tidak suka, ini adalah Piala Dunia terakhir Tite. Kami akan melakukan semua hal yang kami bisa agar dia pergi dengan senyuman di wajahnya,” ucap Richarlison tentang Tite yang kontraknya berakhir setelah Piala Dunia.
Melawan Serbia pada laga perdana membangkitkan ingatan Brasil pada Piala Dunia 2018. Saat itu, Brasil juga berada satu grup dengan Serbia dan menang 2-0. Meskipun begitu, Serbia saat ini bukan lawan yang bisa diremehkan.
Waspadai Tadic
Brasil setidaknya harus mewaspadai pergerakan gelandang lawan, Dusan Tadic, yang merupakan pencipta asis nomor dua terbanyak di kualifikasi Piala Dunia 2022 zona Eropa. Ia mengemas total enam asis dari delapan laga. Selain itu, Serbia memiliki striker oportunis, yaitu Dusan Vlahovic (Juventus).
Lini depan Serbia kian berbahaya dengan kehadiran penyerang Fulham, Aleksandar Mitrovic, yang saat ini sedang naik daun di Liga Inggris. Mitrovic tampil impresif musim ini dengan mencetak sembilan gol dari 12 laga. Vlahovic dan Mitrovic menjadi kunci keberhasilan Serbia promosi ke Divisi A Liga Nasional Eropa.
Menurut catatan Opta yang diterima Kompas, Serbia belum pernah lolos dari penyisihan grup pada tiga Piala Dunia terakhir mereka, yaitu edisi 2006, 2010, dan 2018. Namun, tahun ini, Mitrovic yakin timnya bisa memenuhi target lolos ke fase gugur apabila bermain kompak
”Mereka (Brasil) sangat kuat dan banyak bintang besar. Yang kami perlu (untuk lolos) adalah atmosfer luar biasa dalam tim. Itulah hal terpenting yang kami butuhkan untuk sukses di turnamen ini,” kata Mitrovic.
Mereka patut optimistis karena tak terkalahkan dalam delapan laga dengan mengemas enam kemenangan dan dua hasil imbang di kualifikasi. Serbia bahkan mengungguli Portugal. Dalam enam laga terakhir, Serbia juga tampil mengesankan dengan meraih lima kemenangan dan sekali hasil imbang. (REUTERS)