Peluang Argentina belum habis meski kalah 1-2 dari Arab Saudi di laga perdana penyisihan Grup C Piala Dunia Qatar 2022.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·6 menit baca
JAKARTA, KOMPAS Kemenangan Arab Saudi 2-1 (0-1) atas Argentina pada laga pembuka Grup C Piala Dunia Qatar di Stadion Lusail, Al Daayen, Selasa (22/11/2022), membalik segala prediksi dan keyakinan. Namun, peluang Argentina belum habis meski kian sulit karena harus menang atas Meksiko dan Polandia untuk berburu trofi ketiga Piala Dunia.
Diva dunia Madonna pernah mempopulerkan lagu Don’t Cry for Me Argentina dalam film Evita. Lagu itu terinspirasi dari kehidupan mendiang Ibu Negara Argentina Evita Peron. Madonna berperan sebagai Evita dalam film yang dirilis pada 1997 itu. Lagu itu amat populer dan kerap menjadi dasar pertimbangan sejumlah analis sepak bola untuk membesarkan hati Argentina ketika terseok di turnamen.
Pada Piala Dunia Qatar 2022, Argentina jangan menangis dahulu karena peluang masih ada, tetapi harus menang atas Meksiko dan Polandia guna lolos ke fase gugur.
Segala prediksi mutlak mengunggulkan Argentina yang unggul segalanya di atas Arab Saudi. Sempat diprediksi, laga-laga penyisihan Grup C akan dijalani oleh Argentina seperti melangkah di atas karpet merah. Namun, pertandingan di Stadion Lusail yang penuh sesak dengan pendukung Argentina ternyata menyajikan hal sebaliknya.
Menempati ranking ke-2 FIFA tidak membuat La Albiceleste, julukan Argentina, bisa otomatis mendominasi permainan as-Suqur Al-Arabiyyah atau Si Alap-alap Arab, julukan Arab Saudi. Rekor empat laga pertemuan kedua tim dengan dua kemenangan bagi Argentina dan dua laga imbang juga tidak bisa menjadi jaminan Arab Saudi selalu inferior di depan Argentina.
Kemenangan tim asuhan Herve Renard itu terjadi secara elegan dan luar biasa terhadap Argentina, juara Piala Dunia 1978 dan 1986. Argentina yang diperkuat 24 pemain dari liga top Eropa ternyata takluk oleh tim 100 persen domestik Arab Saudi, yang ditopang 11 pemain klub Al Hilal.
Sebelum laga, Herve Renard menyadari, timnya dalam posisi tidak diunggulkan. Jika memang harus demikian, Arab Saudi berusaha agar kalah secara terhormat dengan kebobolan satu gol atau menahan imbang Argentina. "Tidak ada gunanya pergi ke piala dunia jika tidak punya ambisi dan kehormatan," kata Renard dalam jumpa pers sebelum laga.
Namun, nasib berkata lain. Mereka akhirnya bisa berjaya atas Argentina, sesuatu yang mungkin sempat tidak percaya oleh siapa pun, termasuk Renard sendiri. Kemenangan itu menjaga kehormatan Arab Saudi yang menurut The Analyst Opta menjadi negara dari Asia yang pertama yang mampu mengalahkan Argentina pada ajang Piala Dunia.
Kami harus segera berbenah karena lawan berikutnya kuat (Meksiko).
Arab Saudi menang atas Argentina dalam laga kelima. Negara lain non-Eropa yang pernah mengalahkan Argentina di laga perdana penyisihan grup ialah Kamerun dengan skor 0-1 pada Piala Dunia Italia 1990.
Pada Piala Dunia Brasil 2014 dan Piala Dunia Rusia 2018, tim Eropa yang mengalahkan Argentina menjadi juara atau setidaknya finalis. Jerman menang 1-0 atas Argentina di Brasil. Di Rusia, Kroasia menang 3-0 atas Argentina pada laga kedua penyisihan Grup D. Perancis menghentikan Argentina dengan skor 4-3 di 16 besar. Perancis menang 4-2 atas Kroasia pada final Rusia 2018.
Kemenangan Arab Saudi di Qatar menghentikan keperkasaan Argentina yang belum kalah pada 36 laga terakhir sejak semifinal Copa America Brasil pada 2 Juli 2019. Dua gol Arab Saudi dari penyerang Saleh Ahshehri menit ke-48 dan gelandang Salem Aldawsari menit ke-53 juga menghentikan kehebatan kiper Emiliano Martinez yang tidak kebobolan dalam 15 laga dari 19 laga membela Argentina. Gawang peraih sarung tangan emas Copa America Brasil 2021 ternyata mampu dijebol dua kali oleh Arab Saudi pada laga ke-20 membela negara. Peluangnya mendapat anugerah sarung tangan emas piala dunia memudar.
Seusai laga, Renard mengatakan, kemenangan itu seolah segala peruntungan berpihak kepada Arab Saudi. "Kami telah membuat sejarah bagi sepak bola Arab Saudi," katanya.
Pada lima Piala Dunia yang diikuti sebelumnya, Arab Saudi nyaris selalu kalah pada laga perdana penyisihan. Masing-masing kalah 1-2 dari Belanda Pada Piala Dunia Amerika Serikat 1994, 0-1 dari Denmark pada Piala Dunia Perancis 1998, 0-8 dari Jerman di Piala Dunia Korea-Jepang 2002, imbang 2-2 dengan Tunisia pada Piala Dunia Jerman 2006, dan kalah 0-5 dari tuan rumah Rusia di edisi 2018. Kemenangan 2-1 atas Argentina di Qatar 2022 mengakhiri tren negatif Arab Saudi di turnamen.
Bagi Argentina, kekalahan itu jelas menyakitkan terutama bagi megabintang Lionel Messi yang kecewa dan seolah tak percaya. Mungkin segera terbayang getir kekalahan oleh Jerman pada final Piala Dunia Brasil 2014. Hanya trofi piala dunia yang belum diraihnya untuk menyejajarkan diri dengan mendiang Diego Maradona, kampiun Meksiko 1986.
Padahal, sampai babak pertama usai, Argentina masih unggul satu gol dari sepakan penalti Messi pada menit ke-10. Argentina juga belum frustrasi meski satu gol dibatalkan setelah pengecekan VAR dan dua gol dianulir karena offside.
Keadaan berbalik pada babak kedua karena pelatih Argentina Lionel Scaloni tidak mengubah skuadnya. Perubahan drastis diambil oleh Renard yang menarik sang kapten Salman Alfaraj dan memasukkan Nawaf Al Abid. Permainan Arab Saudi lebih hidup dan berani menyerang Argentina.
Kejutan itu hadir pada menit ke-48 melalui sepekan Alshehri. Gol itu lahir dari kehebatan sang pemain berebut bola, berduel, dan melepas tendangan yang jitu. Gol itu membuat gemuruh fans Argentina di Lusail mendadak sunyi dan getir. Namun, Scaloni tidak juga bereaksi dengan gol itu. Padahal, semangat dan kepercayaan diri Arab Saudi kian menjadi. Mereka menambah keterkejutan Argentina dengan gol kedua pada menit ke-53 oleh Aldawsari.
Scaloni baru bereaksi enam menit kemudian dengan mengganti tiga pemain sekaligus. Christian Romero digantikan Lisandro Martinez, Alejandro Gomez digantikan Julian Alvarez, dan Leandro Paredes digantikan Enzo Fernandez. Pergantian itu tidak segera mengubah arah permainan.
Argentina bisa mendominasi laga, tetapi gagal mencetak gol. Upaya terakhir Scaloni memasukkan Marcos Acuna menggantikan bek Nicolas Tagliafico gagal membalik keadaan.
Messi menjadi pemain kelima yang sukses mencetak gol pada empat piala dunia berbeda (2006, 2014, 2018, 2022). Pemain lainnya ialah Pele (Brasil), Uwee Seeler (Jerman), Miroslav Klose (Jerman) sekaligus top scorer dengan 16 gol, dan Cristiano Ronaldo (Portugal).
Messi juga hadir pada Piala Dunia 2010 sehingga Qatar menjadi edisi kelima kehadirannya dan mungkin yang terakhir. Pemain lainnya yang telah turun di lima edisi piala dunia ialah Antonio Carbajal (Mexico), Lothar Matthaus (Jerman), dan Rafael Marquez (Meksiko). Namun, capaian itu terasa getir karena kalah dari Arab Saudi yang tidak pernah diunggulkan.
"Kami bermain buruk pada babak kedua. Detail kecil mengubah segalanya. Kami harus segera memperbaiki," kata penyerang Lautaro Martinez. Golnya pada menit ke-27 dianulir karena posisi sang pemain terlanjur offside.
Scaloni mengatakan, status sebagai favorit tidak menjamin lawan gentar. "Kekalahan seperti ini bisa terjadi di piala dunia," katanya seusai laga .
Scaloni juga mengatakan, sulit memercayai kenyataan timnya kalah meski mendominasi laga. Bahkan, pada babak pertama, Arab Saudi gagal melepaskan satu tembakan pun. Arab Saudi juga melakukan yang serupa pada Perancis 1998 dan Korea-Jepang 2002. Bahkan, sebelum laga, seluruh bursa taruhan menyatakan peluang Arab Saudi menang atas Argentina cuma 8 persen.
"Kami harus segera berbenah karena lawan berikutnya kuat (Meksiko)," kata Scaloni.
Mengutip thesoccerworldcups, peluang Argentina di Qatar belum habis. Argentina bisa berpijak pada kisah ajaib Spanyol yang menjadi juara pada Piala Dunia Afrika Selatan 2010, yang memulai laga penyisihan dengan kekalahan. Saat itu, di laga perdana penyisihan, Spanyol kalah 0-1 dari Swiss. Namun, Spanyol memenangi laga-laga seterusnya sampai di final menjungkalkan Belanda dengan 1-0 untuk meraih trofi.
Tim lainnya menjadi juara dengan laga pertama imbang. Inggris melakukannya di tanah sendiri 1966 dengan laga perdana seri 0-0 kontra Uruguay. Italia berjaya di Spanyol 1982 dengan laga perdana 0-0 melawan Polandia. (AFP)