Federasi Catur Internasional Zona 3.3 Asia berupaya membangkitkan gairah catur ASEAN agar kembali berjaya. Sejumlah cara telah direncanakan seiring dengan terbentuknya Kepengurusan Dewan Konfederasi Catur ASEAN.
Oleh
YOSEPHA DEBRINA RATIH PUSPARISA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kepengurusuan Dewan Konfederasi Catur ASEAN periode 2022-2024 resmi terbentuk di Jakarta, Sabtu (19/11/2022). Seiring terbentuknya lembaga ini, Presiden Federasi Catur Internasional Zona 3.3 Asia Utut Adianto menargetkan iklim catur ASEAN kembali dilirik dunia melalui beragam cara.
Presiden Federasi Catur Internasional (FIDE) Zona 3.3 Asia, Utut Adianto mengawali kepemimpinannya dengan memilih Dewan Pengurus Konfederasi Catur ASEAN (ACC). Ia telah merencanakan sejumlah program untuk mengangkat pamor catur ASEAN dan Asia Timur.
“Intinya, kita ingin catur di ASEAN hebat lagi. ASEAN dulu salah satu pusat kekuatan catur dunia,” ujar Utut seusai konferensi pers di akhir pertemuan tahunan ACC di Jakarta, Sabtu.
Utut mengatakan, Filipina dan Indonesia pernah menjadi pusat kekuatan catur ASEAN. Masa kejayaan Filipina dikenal pada 1974-1986, sedangkan Indonesia pada 1986-2005. Namun, lambat laun kondisi berubah sehingga gaung kekuatan kedua negara tersebut, begitu pula dengan negara-negara tetangganya, tak lagi terdengar.
Meski demikian, kini iklim catur ASEAN mulai tampak karena sejumlah negara turut memperhatikan perkembangan olahraga ini, seperti Indonesia, Vietnam, Filipina, Singapura, Malaysia, Thailand, dan Myanmar. Juga negara Asia Timur, seperti Mongolia.
Selain itu, absennya cabang olahraga catur pada SEA Games 2023 di Kamboja, mendorong pengurus berupaya agar kegiatan dapat terlaksana pada ajang selanjutnya.
”Karena kalau ada SEA Games, pemerintah masing-masing negara akan memberikan pembinaan,” kata Utut yang juga menjabat Ketua Umum Persatuan Catur Seluruh Indonesia (PB Percasi).
Ia pun mendorong kolaborasi antarnegara ASEAN dalam penyelenggaraan turnamen catur. Dengan demikian ketika atlet catur saling bertandang di negara-negara regional, tentu akan menghemat biaya dan meningkatkan efisiensi pertandingan.
Utut mengatakan, Indonesia pernah menyelenggarakan kejuaraan dunia berupa turnamen Grandmaster lebih dari 30 kali. Ia berambisi untuk kembali menghidupkan turnamen internasional seperti itu melalui kerja sama dengan negara-negara ASEAN.
Kondisi tersebut mendorong FIDE Zona 3.3 untuk menyelenggarakan sejumlah turnamen dalam beberapa waktu mendatang. Zona 3.3 Asia membawahi 17 negara anggota FIDE, yaitu 11 negara Asia Tenggara: Brunei Darussalam, Filipina, Indonesia, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Singapura, Thailand, Timor Leste, dan Vietnam, ditambah enam negara Asia Timur, yakni Hong Kong, Jepang, Korea Selatan, Macau, Mongolia, dan Taiwan. Turnamen yang dilaksanakan di kawasan sendiri akan lebih murah ketimbang harus berlaga di Eropa, yang menjadi tujuan berlaga atlet catur saat ini.
Hal senada juga diutarakan Kepala Bidang Pembinaan Prestasi PB Percasi Kristianus Liem. Menurut dia, pertandingan dapat diadakan di seputar ASEAN. Selain biaya yang lebih murah, tumbuh juga sinergi antarnegara untuk memperkuat regional.
Dalam pertemuan itu, terpilih Dewan ACC yang baru. Kepengurusan itu akan dipimpin Ignatius Leong dari Singapura sebagai Presiden, dibantu Deputi Presiden Sahapol Nakvanich (Thailand) dan Maung Maun Lwin (Myanmar). Kepengurusan ACC ini melibatkan anggota negara-negara ASEAN di zona 3.3 Asia.
Dalam dinamika kepengurusan ini, Utut pun mengingatkan agar para pengurus tak mengaitkan olahraga dengan politik. Hal ini dapat menghambat kemajuan dunia olahraga.
”Jauhkan sikap berpolitik. Bukan persoalan siapa kawan, siapa lawan karena bukan itu esensinya. Esensi olahraga adalah berkompetisi, kita bukan musuh,” kata Utut.
Daya guna catur
Panggung catur internasional memang sempat terhenti karena pandemi Covid-19. Namun, tantangan tersebut dapat dilewati karena beragam inovasi.
Menurut Sekretaris Jenderal Kementerian Luar Negeri Cecep Herawan yang hadir pada pertemuan tahunan ACC tersebut, teknologi membantu para pemain catur kembali berelasi sehingga permainan dapat dilakukan secara virtual di seluruh dunia.
Ia menambahkan, makin banyak orang yang tertarik memainkan catur di ASEAN akan meningkatkan daya kreativitas, kepercayaan diri, dan tingkat ketangguhan masyarakat. Alasannya, tiap orang dapat bebas bermain sesuai dengan preferensi masing-masing, seperti taktik, pergerakan, dan strategi.
Catur mampu memompa kepercayaan diri pemain catur ASEAN. Hal ini terbentuk setelah para pemain berkompetisi dalam turnamen serta mengevaluasi kekalahan dan kelemahannya.