Tim Nasional Panahan Berharap Kuota Atlet Bertambah
Perampingan tim panahan Indonesia mengurangi peluang mendapatkan medali di panggung internasional. Kementerian Pemuda dan Olahraga diharapkan menambah kuota atlet pada 2023, bercermin dari catatan prestasi atlet.
Oleh
YOSEPHA DEBRINA RATIH PUSPARISA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Kuota atlet pada pemusatan latihan nasional panahan berkurang seiring diterapkannya Desain Besar Olahraga Nasional. Perampingan ini mengurangi peluang meraih medali, sebab minimnya atlet membatasi nomor lomba yang diikuti.
Perampingan tim nasional panahan Indonesia menyesuaikan dengan Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) yang diterapkan untuk menyeleksi atlet yang bertanding di ajang multicabang internasional, seperti SEA Games, Asian Games, dan Olimpiade. Mengutip laman Sekretariat Kabinet, Pemerintah mencoba untuk menekankan pada kualitas ketimbang kuantitas.
Pelatih pelatnas panahan Indonesia Subarno mengatakan, pemangkasan jumlah atlet panahan Indonesia terjadi saat SEA Games 2021 yang berlangsung tahun ini di Hanoi, Vietnam. Semula terdapat 16 atlet yang diajukan, tetapi hanya 10 atlet yang disetujui Kementerian Pemuda dan Olahraga untuk mewakili Indonesia.
Di Vietnam, tim panahan Indonesia berhasil meraih lima medali emas dan satu perak, sehingga menjadi juara umum. Meski demikian, Subarno menilai ada peluang lain yang terlewat karena kekurangan atlet.
“Ada dua nomor yang tak bisa diikuti, sehingga kita tak bisa mendapat medali. Padahal kami punya peluang besar di divisi recurve nomor beregu putri,” ujar Subarno di Lapangan Panahan, Gelora Bung Karno, Jakarta, Jumat (18/11/2022).
Bercermin dari prestasi para pemanah Indonesia, ia berharap, Kemenpora dapat menambah kuota atlet. Dengan demikian semua nomor pertandingan dapat diikuti atlet Indonesia, termasuk nomor beregu.
Wakil Ketua Umum II Pengurus Besar Persatuan Panahan Indonesia Alman Hudri mengatakan hal serupa. Pengurangan kuota atlet juga menghambat proses regenerasi atlet, karena Kemenpora menerapkan standar medali emas di kejuaraan Asia untuk dapat bergabung dengan timnas.
“Ini sulit buat kita, khususnya menjaring atlet muda karena sebagai cabang olahraga yang terukur, perlu melihat prestasi dan skornya. Kalau hanya berstandar medali, atlet muda akan susah untuk bisa naik ke jenjang berikutnya, jadi tidak bisa masuk pelatnas,” tutur Alman.
Sebagai solusi atas masalah ini, PB Perpani akan bekerja sama dengan sejumlah pihak untuk menjadi orang tua angkat bagi para atlet. Mereka diharapkan dapat mendukung atlet-atlet muda berpotensi yang tak didanai Kemenpora.
Alman mengatakan, pada tahun 2023 PB Perpani akan mendorong 24 atlet untuk mengikuti pelatnas. Dari jumlah itu, 16 atlet akan masuk tim utama atau lapis pertama, sedangkan delapan atlet lainnya berada di lapis kedua.
Ini sulit buat kita, khususnya menjaring atlet muda karena sebagai cabang olahraga yang terukur, perlu melihat prestasi dan skornya.
Rezza Octavia, peraih medali emas recurve perseorangan putri SEA Games Vietnam 2021 juga menyesalkan perampingan kuota atlet ini. “Menyia-nyiakan kesempatan yang ada. Harusnya ada tim beregu, itu ada medalinya. Namun enggak bisa maju, jadi perolehan medali lebih sedikit,” kata pepanah berusia 22 tahun ini.
Peraih emas recurve perseorangan putra Arif Dwi Pangestu (18) menambahkan, tambahan atlet sangat dibutuhkan. Idealnya, divisi recurve dan compound terdiri atas dua regu, masing-masing beranggotakan empat atlet putra maupun putri, sehingga setidaknya terdapat 16 atlet yang mengisi tim tersebut. Jumlah ini juga bisa menjaga suasana persaingan di dalam tim.
Selain masalah minimnya kuota, atlet juga perlu jam terbang yang tinggi akan mengasah mental bertanding. Namun, keterbatasan anggaran mengganjal atlet untuk berlatih atau beruji coba di luar negeri.
Subarno menyebut, berlatih di panggung internasional akan membantunya mengukur kemampuan tiap atlet. “Harus membiasakan mendapat musuh yang setara, sehingga kita bisa melakukan evaluasi dari hasil itu. Itu bisa dijadikan evaluasi yang valid,” ujarnya.
Sepakat dengan pernyataan Subarno, atlet-atlet timnas panahan juga berharap kemampuan mereka terasah melalui latihan di luar negeri. Rezza dan Arif mengungkap, latihan-latihan tersebut membantu mengontrol emosi, terutama kegugupan jelang pertandingan.
Selain itu, penyesuaian terhadap iklim di negara lain juga menjadi tantangan. Frekuensi berlatih tanding yang makin tinggi membantu mereka membiasakan diri terhadap situasi lingkungan setempat, seperti menentukan arah angin dan beradaptasi pada perbedaan jam istirahat antara Indonesia dengan negara tujuan.
Hal ini perlu mendapat perhatian, sebab proses adaptasi yang lambat dapat mengganggu konsentrasi atlet. Adapun fokus bermain menurun akan berpengaruh pada teknik saat berlomba.