Tim Nasional Panahan Bersiap untuk Kualifikasi Olimpiade 2024 dan Asian Games 2022
Kendati turnamen panahan tahun ini sudah berakhir, namun persiapan menghadapi turnamen tahun depan mulai berjalan. Jam terbang di berbagai negara dibutuhkan atlet untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya.
Oleh
YOSEPHA DEBRINA RATIH PUSPARISA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Tim nasional panahan Indonesia terus berlatih guna menghadapi babak kualifikasi Olimpiade 2024 dan Asian Games 2022 yang berlangsung tahun depan. Walakin, proses adaptasi para atlet ketika berlaga di negara non-tropis perlu diakomodasi.
Menurut pelatih tim nasional (timnas) panahan Subarno, pemusatan latihan nasional atau pelatnas 2022 hampir berakhir. Alhasil, tak ada target tertentu hingga akhir tahun setelah pelaksanaan Islamic Solidarity Games (ISG) 2022 di Konya, Turki pada Agustus lalu.
Kini, timnas fokus untuk meningkatkan unsur kekuatan (strength). Sebab setelah beberapa ajang internasional yang berlangsung tahun ini, termasuk Piala Dunia Panahan 2022 di Antalya, Turki serta Kejuaraan Dunia Panahan Paris 2022, Subarno dan pelatih lain menilai kapasitas kekuatan atlet berkurang. Hal ini melihat performa atlet putri yang kandas di babak perempat final atau delapan besar dunia.
“Harapannya nanti tahun 2024, para atlet sudah dalam kondisi bagus, sehingga siap untuk menghadapi ajang-ajang penting di 2023,” ujar Subarno di Lapangan Panahan, Gelora Bung Karno, Jakarta, Kamis (17/11/2022).
Ketika ditanya soal target tahun depan, Subarno mengatakan timnas mengincar tiket pra-Olimpiade yang akan berlangsung di Berlin, Jerman pada 2023. Ia optimistis, lantaran terpenuhinya durasi latihan untuk mematangkan para atlet mengikuti turnamen internasional.
Sementara, untuk Asian Games 2022, timnas berambisi mengantongi satu medali perak dan medali perunggu. Hal ini diputuskan setelah memperhitungkan beberapa kekuatan negara Asia, seperti Korea Selatan, China, Taipei, dan Jepang yang perlu diwaspadai.
Dalam persiapan turnamen-turnamen 2023, Pengurus Besar (PB) Persatuan Panahan Indonesia (Perpani) berencana mengajukan 16 atlet. Mereka terbagi atas dua divisi, yakni delapan orang divisi recurve, sedangkan lainnya masuk compound. Divisi compound yang belum diwakili putri mendorong PB Perpani mengadakan seleksi nasional untuk menggenapi kekurangan tim.
Subarno berharap, Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) menyetujui usulannya karena berkaca dari 2022 yang tak berjalan sesuai harapan. Timnas hanya diberi kuota 10 atlet untuk maju ke turnamen-turnamen.
Melihat prestasi atlet di SEA Games Vietnam kemarin, harapan kami, Kemenpora bisa melihat dan mendukung dengan menambah atlet. Sehingga 2023 akan memberi kuota sesuai harapan, bisa mengikuti semua nomor.
“Melihat prestasi atlet di SEA Games Vietnam kemarin, harapan kami, Kemenpora bisa melihat dan mendukung dengan menambah atlet. Sehingga 2023 akan memberi kuota sesuai harapan, bisa mengikuti semua nomor,” kata Subarno.
Selain itu, Subarno berpendapat, atlet-atlet panahan Indonesia tergolong kurang aktif mengikuti acara internasional. Alasannya, anggaran yang terbatas juga mengganjal mobilitas para atlet untuk bertarung di panggung internasional. Padahal berpartisipasi pada berbagai turnamen mendorong atlet Indonesia menggali pengalaman saat berlomba di tempat yang berbeda, sekaligus menghadapi lawan yang beragam pula.
Hal senada juga diungkapkan Wakil Ketua Umum II Perpani Alman Hudri. Ia berkeinginan agar Kemenpora mendukung program pembinaan cabang-cabang olahraga unggulan, termasukan panahan. Sebelumnya, ia juga baru mengetahui bahwa perusahaan-perusahaan yang membantu hanya sebatas ketika menghadapi kejuaraan atau ajang tertentu. Kondisi ini tak memaksimalkan potensi atlet yang ada.
“Karena yang penting justru dalam pemusatan latihan, termasuk pengadaan alat untuk para atlet. Di situ kunci keberhasilan pembinaan yang berkesinambungan, jadi atlet dan pelatih fokus pada tugas mereka, tak lagi memikirkan hal lain,” tutur Alman saat dihubungi terpisah.
Atlet pun mengakui semestinya dukungan tak selalu pada tujuan akhir, yakni meraih medali. Sebab pemanah juga membutuhkan pembinaan yang intens guna meningkatkan performa.
Menurut Arif Dwi Pangestu (18) dari divisi recurve, selama ini pengurus cenderung menargetkan kemenangan di tiap ajang turnamen. Padahal jam terbang juga merupakan salah satu elemen penting pendukung kemenangan untuk kompetisi-kompetisi yang lebih besar.
“Semakin kita sering (berlatih) juga akan semakin bagus. Contohnya saat mengikuti kejuaraan dunia juga tak mudah. Beruntung, tahun ini latihan atau try out sudah lebih bagus dan lebih banyak. Tahun depan akan lebih banyak lagi,” kata atlet asal Yogyakarta ini.
Perbedaan geografis
Iklim Asia Tenggara yang berbeda dengan belahan negara lain jadi tantangan para atlet mempertahankan performanya. Musim dingin menjadi perhatian para pelatih, termasuk Subarno karena atlet yang tak terbiasa dengan kondisi tersebut bisa terpengaruh performanya.
Arif pun mengiyakan jika musim dingin dapat menurunkan performanya. “Menjaga suhu tubuh tetap stabil itu susah,” kata atlet yang menyumbang dua medali emas dari nomor recurve beregu putra dan recurve tunggal putra. Hal ini berbeda dengan Indonesia yang hanya terdiri atas musim hujan dan kemarau.
Solusinya, menambah frekuensi latihan serta berpartisipasi pada turnamen internasional akan membantunya beradaptasi.
Sementara itu, atlet panahan Rezza Octavia (22) mengatakan bahwa kendala terbesarnya saat bertarung di negara lain terganjal perbedaan waktu, khususnya di Eropa. Dengan selisih waktu empat jam lebih lambat dibandingkan Indonesia, kondisi tubuh belum terbiasa dengan perbedaan tersebut.
“Di pesawat sudah lelah, sedangkan keesokan hari harus berlatih. Terkadang saat percobaan lapangan kadang terasa pusing dan mengantuk karena jet lag,” ujar Rezza yang jadi salah satu unggulan timnas untuk mengantongi medali emas di turnamen-turnamen mendatang.