Pengemas ‘Sarung Tangan Emas’ Pesta Bola Qatar
Anugerah sarung tangan emas atau kiper terbaik menjadi salah satu penghargaan yang dikejar oleh semua kiper pada Piala Dunia Qatar 2022.
Pesta bola terakbar termasuk Piala Dunia Qatar 2022 pasti akan melahirkan pemain berprestasi individu. Salah satu anugerah yang perlu dinanti ialah sarung tangan emas (golden glove) atau penjaga gawang terbaik turnamen.
Pada Piala Dunia Rusia 2018, langkah Belgia terhenti pada semifinal oleh Perancis. Namun, tujuh laga yang dijalani oleh "Setan Merah", julukan Belgia, di turnamen, sudah cukup sebagai jalan Thibaut Courtois menjadi penjaga gawang terbaik untuk menerima penghargaan sarung tangan emas. Kiper utama Real Madrid itu, membuat Belgia tidak kebobolan atau clean sheet di tiga laga dan total 28 penyelamatan.
Salah satu laga yang diingat ialah Courtois menimbulkan frustasi bagi tim kuat Brasil yang akhirnya dikalahkan 1-2 oleh Belgia. Di laga itu Courtois membuat delapan penyelamatan. Sebanyak sembilan tembakan terarah Brasil hanya berbuah satu gol. Sebaliknya Belgia membuat tiga tembakan tepat sasaran yang berbuah dua gol. Anugerah sarung tangan emas setidaknya menjadi obat pelipur lara bagi Belgia yang sampai saat ini nihil trofi mayor, yakni Piala Eropa apalagi Piala Dunia.
Mundur agak jauh ke Piala Dunia Korea-Jepang 2002. Penampilan kiper Jerman Oliver Kahn yang sangat gemilang memang gagal mengantar timnya menjadi juara sebab kalah 0-2 di final dari Brasil. Namun, Kiper Bayern Muenchen itu dianugerahi bukan hanya sarung tangan emas, melainkan juga pemain terbaik turnamen atau bola emas (golden ball).
Kahn menjadi satu-satunya penjaga gawang yang mendapat anugerah bola emas sejak penghargaan diberikan di Piala Dunia Spanyol 1982. Sarung tangan emas diberikan pertama kali di Piala Dunia AS 1994 dengan nama anugerah Lev Yashin untuk menghormati kehebatan kiper Uni Soviet itu. Nama penghargaan kemudian diubah menjadi sarung tangan emas di Piala Dunia Afrika Selatan 2010 dengan penerima kiper Spanyol Iker Casillas. Pada Brasil 2014 penerimanya kiper Jerman Manuel Neuer.
Di Qatar 2022, Neuer dan Courtois masih menjadi pilihan utama bagi negaranya. Belgia diunggulkan meski tidak seperti jago turnamen Jerman yang telah memenangi empat piala dunia dan tiga piala Eropa. Di luar nama itu, kiper-kiper utama tim favorit yakni Hugo Lloris (Perancis), Alisson Becker (Brasil), dan Emiliano Martinez (Argentina) bisa mencuri perhatian. Mungkin juga di antara Jordan Pickford (Inggris), Kasper Schmeichel (Denmark), Unai Simon (Spanyol), Rui Patricio (Portugal), Fernando Muslera (Uruguay), dan Guillermo Ochoa (Meksiko) membuat kejutan jika mampu menciptakan penyelamatan sebanyak-banyaknya untuk memastikan tim mendekati bahkan meraih piala dunia.
Baca juga : Hugo Lloris: Tak Ada Kesuksesan Tanpa Kerja Keras
Hugo Lloris (Perancis)
Kejayaan "Les Bleus", julukan Perancis di Rusia 2018 kurang lengkap tanpa rentetan anugerah individu. Pada turnamen itu, bola emas diberikan kepada kapten Kroasia Luka Modric yang dikalahkan Perancis dengan skor 4-2. Sarung tangan emas diraih Courtois yang dikalahkan Perancis di semifinal. Perancis mendapat anugerah pemain muda terbaik untuk penyerang Kylian Mbappe.
Untuk itu, kembali tampil di Qatar dengan status kiper tim juara bertahan, bisa menjadi jalan bagi Lloris yang membela Tottenham Hotspur meraih sarung tangan emas. Lloris telah menjadi perisai Perancis sejak 2008. Ia telah tampil di 139 laga untuk tim nasional dengan catatan 62 laga tanpa kebobolan.
Penampilan terbaru Lloris bersama Perancis terjadi di Grup A Liga Nasional Eropa 2021 kurun 3 Maret-25 September 2022. Dari enam laga yang dijalani Perancis, Lloris tampil pada laga pertama dengan hasil kalah 1-2 dari Denmark dan laga ketiga yang berakhir imbang 1-1 dengan Austria. Pada laga kedua dan keempat lawan Kroasia, Lloris dibangkucadangkan. Pada laga kelima dan keenam, Lloris tidak menjadi pilihan pelatih Didier Deschamps.
Meski begitu, proyeksi penampilan Lloris di Qatar sepatutnya melihat kiprahnya di Rusia 2018. Dari tujuh laga di Rusia, Lloris dibangkucadangkan pada laga ketiga Grup A kontra Denmark yang berakhir imbang tanpa gol. Pada enam laga penampilannya di Rusia, Lloris membuat tim tidak kebobolan yakni saat melawan Peru (0-1) pada fase grup, Uruguay (0-2) pada perempat final, dan Belgia (0-1) pada semifinal. Pada partai puncak, Lloris membuat 2 penyelamatan untuk memastikan kejayaan Perancis atas Kroasia meski sarung tangan emas ternyata diberikan kepada Courtois.
Baca juga : Brasil Lewati Bayang-bayang Kegagalan Penalti
Salah satu anugerah yang perlu dinanti ialah sarung tangan emas ( golden glove) atau penjaga gawang terbaik turnamen.
Allison Becker (Brasil)
Becker yang membela Liverpool ibarat jaminan bagi pelatih Adenor Leonardo Bacchi alias Tite. Jika kiper ini tidak dipasang, hasilnya apes bagi Brasil dan terbukti ketika Copa America Brasil 2021 kalah pada final dari seteru abadi Argentina.
Di Rusia 2018, kehebatan Becker tidak sampai mengantar "A Selecao", julukan Brasil, sampai ke final karena kalah di perempat final melawan tim generasi emas Belgia. Namun, dari lima laga Brasil di Rusia itu, tiga di antaranya tanpa kebobolan. Brasil hanya kebobolan di laga perdana Grup E lawan Swiss yang berakhir 1-1 dan kalah 1-2 dari Belgia. Becker membuat 10 penyelamatan selama turnamen.
Pada Copa America Brasil 2019, Becker tidak tergantikan. Empat dari enam laga Brasil tanpa kebobolan. Gawang Becker hanya jebol saat perempat final kontra Paraguay yang harus berakhir dengan adu penalti di perempat final. Selain itu, menang 3-1 atas Peru pada partai puncak. Pada turnamen ini, Becker juga menyabet anugerah sarung tangan emas.
Pada 2019, Becker yang mengawali karier senior di Internacional (Brasil), juga mendapat penghargaan kiper terbaik dunia versi FIFA, IFFHS, Globe Soccer, Liga Champions, Liga Inggris, dan Piala Yashin. Setahun sebelumnya, saat membela AS Roma (Italia), gelar kiper terbaik Serie A diraihnya bersamaan dengan gelar serupa dari Globe Soccer.
Pada Copa America Brasil 2021, Becker hanya turun di dua laga dari tujuh laga. Becker turun di laga pertama lawan Venezuela (3-0) dan laga keempat kontra Ekuador (1-1). Lima laga lainnya, Tite mempercayakan penjagaan kepada Ederson (Manchester City) yang berujung kekalahan dari Argentina di final.
Becker kembali menjadi kepercayaan Tite untuk membawa Brasil melangkah ke Qatar dalam kualifikasi zona CONMEBOL. Dari sebelas laga, Becker tidak dibawa di dua laga awal dan dibangkucadangkan di dua laga lainnya. Selain itu, empat laga persahabatan terkini Brasil, Becker sekali tidak menjadi pemain utama saat laga terakhir kontra Korea Selatan (5-1) pada 2 Juni 2022.
Baca juga : Emiliano Martinez Cemerlang, Argentina Melenggang ke Final
Emiliano Martinez (Argentina)
Martinez yang kini membela Aston Villa ibarat malaikat penyelamat gawang Argentina. Kiper 30 tahun dengan panggilan Dibu ini memang baru tampil sebanyak 19 laga bagi "La Albiceleste", tim putih-biru langit. Namun, 15 laga di antaranya, Argentina tidak kebobolan.
Meski bermain di tim medioker Liga Inggris, Aston Villa, penampilan Martinez bagi tim nasional sungguh berbeda. Argentina dalam penjagaannya menjadi tim yang sangat kuat. Copa America Brasil 2021 menjadi salah satu bukti. Dibu tampil di enam dari tujuh laga terutama tiga laga fase gugur. Pada perempat final Argentina menang 3-0 atas Ekuador. Pada semifinal menang 4-3 dalam adu penalti lawan Kolombia. Pada final menang 1-0 atas tuan rumah Brasil. Bukan keanehan apabila sarung tangan emas diraihnya.
Selepas itu, Martinez terlibat dalam delapan dari sebelas laga kualifikasi Zona CONMEBOL di mana Argentina tidak terkalahkan. Dari delapan laga itu, enam di antaranya tanpa kebobolan. Tiga laga berikutnya yakni persahabatan lawan Jamaika berakhir 3-0, menang atas juara Eropa Italia 3-0 pada Piala Juara CONMEBOL-UEFA 2022, dan persahabatan dengan Uni Emirat Arab (5-0) 16 November 2022.
Qatar menjadi piala dunia pertama bagi Dibu untuk membuktikan kemampuannya. Selama ini, Argentina kurang dikenal memiliki kiper mendunia. Mungkin status negatif itu bisa diruntuhkan oleh Martinez dengan catatan memastikan Argentina yang difavoritkan untuk juara merebut piala dunia sekaligus sarung tangan emas.
Baca juga : Manuel Neuer, Sang Revolusionis ”Manusia Laba-laba”
Manuel Neuer (Jerman)
Selama penyelenggaraan piala dunia, hanya kiper Jerman yakni Oliver Kahn yang pernah meraih sarung tangan emas sekaligus bola emas meski timnya gagal menjadi juara turnamen. Neuer menambah koleksi gelar sarung tangan emas pada piala Dunia Brasil 2014.
Neuer masih menjadi pilihan utama pelatih Hansi Flick untuk menjaga pertahanan "Die Mannschaft". Jika Jerman bersinar di Qatar, Neuer berpeluang menjadi kiper pertama dalam sejarah yang meraih dua kali sarung tangan emas di piala dunia. Pesaingnya hanya Courtois dari Belgia yang mendapat anugerah serupa di Rusia 2018.
Kapten Jerman yang bermain di Bayern Muenchen ini telah tampil di 114 laga bagi Jerman. Catatannya memang tidak mengagumkan yakni 48 laga tanpa kebobolan. Kekuatannya menurun seiring kiprah Jerman kurang greget selepas menang pada Piala Dunia Brasil 2014. Pada Piala Dunia Rusia 2018, Jerman bahkan tersingkir di fase grup yang menjadi kisah memalukan bagi tim spesialis turnamen. Di Eropa, Jerman urung bertaji di mana terakhir kali sebagai juara Pada Piala Eropa Inggris 1996.
Namun, gelar kiper terbaik sebenarnya sudah amat banyak diraih Neuer. Di luar sarung tangan emas 2014, Neuer menjadi kiper terbaik Eropa 2011, 2013-2015, dan 2020. Kiper terbaik IFFHS 2013-2016 dan 2020, kiper terbaik FIFA 2020, dan kiper terbaik Liga Champions musim 2019-2020. Gelar tambahan sarung tangan emas di Qatar akan menguatkan kebesaran namanya di jajaran kiper legendaris.
Baca juga : Tangan Para Dewa Penyelamat di Piala Eropa
Thibaut Courtois (Belgia)
Belgia memang belum pernah juara Eropa apalagi mengangkat piala dunia. Namun, Belgia cukup cemerlang untuk penghargaan individu bergengsi pada piala dunia yakni sarung tangan emas. Bahkan, anugerah perdana di edisi AS 1994 yang masih menggunakan nama Piala Lev Yashin jatuh ke kiper Belgia Michel Preud’homme.
Keberhasilan Courtois meraih sarung tangan emas di Rusia 2018 menempatkan Belgia sejajar dengan Jerman. Keduanya sama-sama telah dua kali menyabet gelar sarung tangan emas. Jerman diwakili Kahn (2002) dan Neuer (2014). Belgia diwakili Preud’homme (1994) dan Courtois (2018).
Courtois dan Neuer juga masih menjadi pilihan utama sebagai kiper tim nasional. Courtois juga berpeluang sebagai kiper pertama dunia jika meraih sarung tangan emas di Qatar. Syaratnya, ia harus lebih baik daripada saat mengantar Belgia sampai semifinal di Rusia 2018 dengan 28 penyelamatan.
Sejumlah penghargaan bergengsi juga pernah diraih Courtois. Antara lain, kiper terbaik Belgia 2011, kiper terbaik La Liga musim 2012-2013, kiper terbaik Liga Inggris musim 2016-2017, sarung tangan emas Piala Dunia 2018, kiper terbaik FIFA 2018, dan kiper terbaik IFFHS 2018. Selain itu, Courtois mendapat Piala Yashin 2022 mengalahkan Becker (Brasil).