Van Gaal Memendam Sakit Kanker demi Kejayaan Belanda
Pelatih Belanda Louis van Gaal selalu mengutamakan kepentingan sepak bola negaranya dan menepikan penderitaannya akibat kanker prostat di usia senja. Ia bahkan merahasiakan penyakitnya itu dari para pemainnya.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·4 menit baca
Pilihan KNVB memanggil kembali Van Gaal tidak meleset. Dalam 15 laga yang telah dijalaninya, Belanda menang 11 laga dan empat kali imbang di sejumlah ajang.
Di Piala Dunia Qatar, Van Gaal akan menjadi pelatih tertua, yaitu berusia 71 tahun.
Tak satu pun pemain Belanda mengetahui Van Gaal sedang berjuang dalam hidup dan mati akibat kanker prostat. LVG merahasiakan penderitaannya itu karena begitu mencintai sepak bola Belanda.
”Saya selalu melakukan apa pun untuk membantu sepak bola Belanda,” ujar Louis van Gaal, pelatih senior, dalam konferensi pers seusai ditunjuk sebagai pelatih Belanda, 17 Agustus 2021.
Van Gaal lahir di Amsterdam pada 8 Agustus 1951 dan diberi nama lengkap Aloysius Paulus Maria van Gaal. Pria yang kemudian lebih dikenal dengan nama Louis van Gaal (LVG) itu tidak akan berpikir dua kali ketika diminta kembali menangani ”De Oranje”, julukan tim nasional Belanda.
Pada 4 Agustus 2021, KNVB (Federasi Sepak Bola Belanda)meminta LVG kembali menangani Belanda. Saat ditangani Frank de Boer, tim itu kurang bertaji di Piala Eropa 2020. Sempat trengginas dengan menyapu kemenangan di Grup C, tim juara Piala Eropa 1988 itu lantas tersingkir oleh Ceko dengan dua gol tanpa balas di babak 16 besar, 27 Juni 2021.
Dua hari kemudian, KNVB mengumumkan pemecatan De Boer yang kemudian digantikan LVG. KNVB berpandangan LVG telah melatih di level teratas selama setidaknya tiga dekade. Ia pernah menangani De Oranje dua kali.
Pertama, kurun 2 September 2000-30 November 2001 dengan capaian 8 laga menang, 4 laga imbang, dan 2 laga kalah. Kedua, pada kurun 15 Agustus 2012-31 Juli 2014. Saat itu, ia berhasil membawa Belanda meraih peringkat ketiga pada Piala Dunia Brasil 2014.
Di Brasil, LVG sempat mengeluarkan taktik ”gila”. Pada 44 detik sebelum akhir perpanjangan waktu laga perempat final kontra Kosta Rika, LVG mengganti kiper utamanya, Jasper Cilessen, dengan Tim Krul. Taktik itu sukses menghentikan Kosta Rika dalam drama adu penalti. Namun, di semifinal, langkah Belanda dihentikan Argentina, juga lewat drama adu penalti.
LVG kaya pengalaman dengan melatih AZ, Ajax Amsterdam, Barcelona, Bayern Munchen, dan Manchester United. Sosoknya tidaklah sentimentil. LVG dikenal mampu mewujudkan tim yang kuat bertahan dan menyerang melalui skema kesukaannya, 4-3-3. Namun, LVG juga piawai dengan skema 3-4-3 (3-4-1-2).
Pilihan KNVB memanggil kembali LVG tidak meleset. Dalam 15 laga yang telah dijalaninya, Belanda menang 11 laga dan 4 kali imbang pada sejumlah ajang, yaitu laga kualifikasi zona Eropa untuk Piala Dunia Qatar 2022, persahabatan, dan Liga Nasional Eropa. De Oranje berangkat ke Qatar sebagai pemuncak Grup G fase kualifikasi.
LVG mengaku bolak-bolak ke rumah sakit sambil tetap mengawasi laga kualifikasi Belanda. Tak satu pun pemain Belanda yang mengetahui sang pelatih sedang berjuang dalam hidup dan mati.
Maka, Belanda tentu paling difavoritkan untuk lolos ke fase gugur dari Grup A yang juga dihuni Ekuador, Senegal, dan tuan rumah Qatar. Di Qatar, LVG akan menjadi pelatih tertua di turnamen. Namun, LVG percaya diri bahwa Belanda dapat merebut trofi.
”Kami datang untuk menjadi juara dunia,” katanya.
Merahasiakan sakit
Beberapa waktu lalu, LVG mengumumkan bahwa dirinya juga tengah berjuang dari serangan kanker prostat. Pengumuman itu mengagetkan publik Belanda, termasuk KNVB. Seusai pesta bola terakbar di Qatar, peran LVG akan digantikan Ronald Koeman.
LVG mengaku bolak-bolak ke rumah sakit sambil tetap mengawasi laga kualifikasi Belanda. Tak satu pun pemain Belanda yang mengetahui sang pelatih sedang berjuang dalam hidup dan mati. LVG merahasiakan penderitaannya itu karena begitu mencintai profesi dan sepak bola Belanda.
”Saya bahagia bersama tim. Ini hadiah bagi saya di usia lanjut,” ujar LVG.
LVG bilang, seusai laga, pada malam hari, ia pergi ke rumah sakit untuk memantau perkembangan kesehatannya. Ia pergi tanpa diketahui, terutama oleh para pemainnya. Tim berpikir sang pelatih sehat, padahal realitasnya rentan.
LVG berkeyakinan tidak akan mati tiba-tiba karena kanker prostat. ”Namun, kanker saya cukup agresif dan sudah disinari 25 kali,” ujarnya.
Tim tidak boleh mengetahui kondisi itu karena LVG berpikir penderitaannya bisa memengaruhi soliditas skuad dan permainan. Istrinya juga telah berpulang karena kanker. Untuk itu, LVG memandang penderitaannya sebagai bagian dalam perjalanan hidup di usia senja. Pengalaman itulah yang membuatnya lebih ”kaya” ketika menghadapi akhir hayat. Sebelumnya, seluruh energi positif LVG akan dibaktikan bagi penampilan Belanda.
Mungkin saja langkah De Oranje akan lebih baik daripada saat edisi 2014 atau bahkan ketika menjadi finalis 1974, 1978, dan 2010. Jika benar nanti Belanda menjadi juara, mungkin menjadi akhir membahagiakan dalam ujung kehidupan LVG.
Jika pun tidak, LVG tetap akan diingat sebagai pelatih dengan sikap hidup yang luar biasa. Ia menepikan kepentingan diri sendiri untuk sepak bola Belanda. (AFP/AP)