Aliou Cisse berambisi membawa Senegal berprestasi lebih di Piala Dunia Qatar 2022 melewati perempat final edisi Korea-Jepang 2002 atau fase grup edisi Rusia 2018. Status sebagai Raja Afrika 2021 jadi modal Singa Teranga.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·4 menit baca
Pelatih Aliou Cisse berambisi membawa Senegal melangkah jauh, yaitu melewati perempat final, pada Piala Dunia Qatar 2022. Status sebagai ”raja” Afrika 2021 menjadi modal Cisse dan tim ”Singa Teranga”.
Qatar 2022 akan menjadi pesta bola terakbar ketiga bagi Cisse. Pada edisi Korea dan Jepang 2002, ia tampil sebagai salah satu pemain. Adapun pada Rusia 2018 dan Qatar 2022, ia berperan sebagai pelatih Senegal.
Di Qatar, Senegal tergabung ke dalam Grup A, bersama tuan rumah Qatar, Ekuador, dan Belanda. Senegal datang sebagai kampiun Piala Afrika 2021. Adapun Qatar berstatus juara Piala Asia 2019, sementara Belanda merupakan runner-up Liga Nasional Eropa 2021.
Status Senegal sebagai raja Afrika terbaru akan menjadi modal berharga bagi Cisse, pelatih muda, untuk menebar ancaman kepada tim-tim lawan, tidak terkecuali untuk Belanda, tiga kali finalis Piala Dunia.
Cisse, pria kelahiran Ziquinchor, Senegal, 24 Maret 1976, berambisi membawa timnya melangkah sejauh mungkin di Qatar. Baginya, kegagalan di masa lalu bukanlah sebuah penyesalan, melainkan lecutan semangat untuk berbuat lebih baik lagi di masa depan.
Saat masih menjadi pemain, Cisse dan skuad Singa Teranga membuat kejutan dengan melangkah jauh, hingga perempat final Piala Dunia 2002. Cisse didapuk sebagai kapten Senegal yang dua dasawarsa lalu lolos perdana ke Piala Dunia.
Dalam turnamen itu, Cisse tampil empat kali dan memimpin Singa Teranga menang 1-0 atas Perancis dan imbang 3-3 dengan Uruguay di fase grup. Selanjutnya, mereka menang 2-1 atas Swedia di babak 16 besar, tetapi terhenti 0-1 oleh Turki di perempat final. Pada saat itu, Cisse berperan sebagai gelandang sekaligus jenderal pengatur serangan Senegal.
Namun, kami segera bangkit dan mempersiapkan diri lebih kuat. (Aliou Cisse)
Beberapa bulan sebelum ke Korea-Jepang, Cisse hampir membawa Senegal menjuara Piala Afrika. Mereka kalah dalam drama adu penalti melawani Kamerun di final. Tendangan Cisse adalah salah satu yang digagalkan kiper Kamerun, saat itu. Kekalahan itu membekas dan meninggalkan jejak trauma bagi Cisse yang lantas ditunjuk sebagai pelatih Senegal untuk menggantikan Alain Giresse pada 2015.
Cisse membawa Senegal melaju ke perempat final Piala Afrika 2017. Setahun kemudian, pada Piala Dunia Rusia 2018, langkah Senegal hanya sampai fase grup. ”Kami tersingkir karena lebih banyak kartu kuning daripada Jepang selama fase grup. Sangat sulit mencernanya, tetapi itulah kenyataan yang harus kami hormati dalam turnamen ini,” katanya dikutip FIFA.
Setahun berikutnya, Cisse masih menangani Senegal. Langkah Singa Teranga lebih baik di Piala Afrika 2019, yakni sampai final. Namun, mereka gagal meraih trofi akibat gol teramung Baghdad Bounedjah yang memenangkan Aljazair.
Saat itu, Cisse sempat teringat kegagalan di edisi 2002 yang berulang pada 2019. ”Namun, kami segera bangkit dan mempersiapkan diri lebih kuat,” katanya.
Keyakinan dan kesabaran itu berbuah hasil positif pada edisi 2021. Mereka menjadi juara. Di laga puncak, Senegal menang 4-2 atas Mesir dalam adu penalti. Trauma dan bayang-bayang kegagalan mereka pun sirna. Rakyat Senegal kian percaya Cisse adalah sosok paling tepat untuk melecut Singa Teranga saat ini.
Rasa Eropa
Senegal adalah negara jajahan Perancis. Jadi, wajar jika arah pengembangan sepak bola negara itu selama ini berkiblat ke Eropa. Seluruh dari 26 pemain yang dibawa Cisse ke Qatar bermain untuk liga-liga di Benua Biru.
Mayoritas dari mereka bermain di Liga Inggris (10 pemain), lalu diikuti Liga Perancis (4 pemain). Salah satu pemain kunci di tim itu adalah Sadio Mane yang kini membela Bayern Munchen.
Menurut Cisse, Singa Teranga saat ini dalam kondisi bagus dan siap ”mengaum” di Qatar.
Sang mesin gol Senegal tetap dipanggil Cisse, meskipun masih belum pulih betul dari cedera. ”Saya tidak dapat membayangkan kekuatan Senegal tanpa dirinya,” ujar Cisse beralasan.
Mane sejauh ini telah memainkan 93 laga dan menyumbang 34 gol untuk Senegal. Ia hanya butuh tampil di tujuh laga lagi untuk melampaui rekor penampilan Henri Camara (99 laga dan 29 gol). Dalam satu atau dua dekade ke depan, bisa jadi Mane akan menjadi penerus Cisse di kursi pelatih Senegal.
Terkait strategi, Cisse sangat menyukai formasi 4-3-3 menyerang dan variasinya, 4-2-3-1 serta 4-4-2. Hanya dua kali Cisse mencoba formasi menyerang dengan tiga bek tengah. Namun, hasilnya kurang baik, yaitul imbang 0-0 dengan Kongo dan 1-1 versus Eswatini di fase grup Piala Afrika 2021. Pada masing-masing laga itu, ia memakai 3-5-2 dan 3-4-3.
Sebelumnya, Cisse juga pernah mencoba formasi bertahan, yaitu 5-4-1, saat laga uji coba versus Bosnia pada 27 Maret 2018. Hasilnya imbang tanpa gol. Tak pelak, formasi empat bek yang dominan lebih memberikan jaminan kemenangan timnya sekaligus lebih teruji.
Menurut Cisse, Singa Teranga saat ini dalam kondisi bagus dan siap ”mengaum” di Qatar. ”Inilah cinta untuk negara yang memungkinkan kami sukses. Tiada rahasia. Kami hanya perlu terus berjuang,” katanya. (AFP)