Kritik yang datang dari sejumlah pihak tidak memengaruhi Qatar untuk menghadirkan Piala Dunia penuh kesan. Sepp Blatter, mantan Presiden FIFA, menuding Michel Platini berperan besar bagi terpilihnya Qatar.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·4 menit baca
DOHA, RABU — Qatar, tuan rumah Piala Dunia 2022, menanggapi berbagai sentimen negatif sejumlah pihak di Eropa, termasuk mantan Presiden FIFA Sepp Blatter, yang meragukan kemampuan negara Timur Tengah itu menggelar ajang sepak bola terbesar sejagat. Di tengah kritik, antusiasme pendukung untuk menyaksikan laga sepak bola di Qatar tetap besar.
CEO Piala Dunia Qatar 2022 Nasser al-Khater menilai kampanye negatif dari asosiasi sepak bola, mantan pemain, media, hingga Blatter adalah upaya Eropa untuk menegaskan monopoli mereka terhadap penyelenggaraan Piala Dunia. Mereka dinilai meremehkan kemampuan negara dari benua lain untuk menyelenggarakan pesta sepak bola terakbar itu.
”Negara-negara Eropa merasa mereka telah memonopoli Piala Dunia karena menjadi tuan rumah di 11 dari 22 edisi. Kampanye (negatif) itu berkaitan dengan mengkritik ukuran wilayah Qatar, isu lingkungan, warisan sepak bola, dan wacana lainnya,” kata Al-Khater seperti dikutip surat kabar Qatar, The Peninsula, edisi Rabu (9/11/2022).
Al-Khater melanjutkan, ”Mereka (Eropa) menolak bahwa negara seperti Qatar atau sebuah negara Muslim Arab bisa menyelenggarakan turnamen besar seperti Piala Dunia. Sejak awal, kami sampaikan bahwa turnamen ini mewakili semua orang Arab dan seluruh dunia Arab.”
Di tengah kritik dan wacana negatif itu, Al-Khater mengungkapkan, antusiasme publik terhadap Piala Dunia Qatar tidak terpengaruh. Hal itu terlihat dari sekitar 40 juta pemohon yang memesan tiket pertandingan. Hingga satu pekan menjelang laga pembuka 20 November, sekitar tiga juta tiket telah terjual.
”Kami mengatur kedatangan sekitar 1,2 juta fans. Saya tegaskan, prioritas utama kami adalah membuat turnamen sangat sukses. Kami menanggapi kritik dengan cara yang jelas melalui media sehingga kami berharap pihak lain juga menilai kami secara profesional,” katanya.
Qatar menghabiskan sekitar 200 miliar dollar AS (Rp 3.126 triliun) untuk membangun ribuan proyek insfrastruktur untuk menyukseskan Piala Dunia ke-22. Termasuk membangun delapan stadion berteknologi mutakhir serta jaringan transportasi umum, seperti metro Doha dan trem Lusail.
Presiden FIFA Gianni Infantino juga memindahkan kantornya dari Swiss ke Qatar sejak tahun lalu. Kebijakan itu pertama kali dilakukan oleh orang nomor satu di FIFA. Alasan Infantino adalah untuk membantu persiapan Qatar.
Menyesal
Sebelumnya, Presiden FIFA periode 1998-2015 Sepp Blatter mengakui dirinya menyesal memilih Qatar ketimbang Amerika Serikat menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022.
”(Pemilihan) Qatar adalah sebuah kesalahan. Pilihan itu buruk. (Qatar) terlalu kecil untuk sebuah negara. Sepak bola dan Piala Dunia terlalu besar untuk mereka,” ujar Blatter dalam wawancara dengan media Swiss, Tages Anzeiger, Selasa (8/11/2022).
Prioritas utama kami adalah membuat turnamen sangat sukses. Kami menanggapi kritik dengan cara yang jelas melalui media sehingga kami berharap pihak lain juga menilai kami secara profesional.
Pada proses penentuan tuan rumah Piala Dunia 2018 dan 2022, November 2010, Komite Eksekutif FIFA awalnya menyepakati AS sebagai tuan rumah edisi 2022 bersama Rusia untuk Piala Dunia 2018. Namun, menurut Blatter, rencana itu digagalkan oleh Michel Platini, Presiden UEFA saat itu.
Blatter menganggap Platini memengaruhi empat pemilik suara dari Eropa untuk mengalihkan suara dari AS ke Qatar. Hasil pemungutan suara yang melibatkan 24 pemilik suara pengurus utama FIFA, Qatar unggul 14 suara berbanding 8 suara untuk AS. Dua anggota Komite Eksekutif FIFA, Reynald Temarii (Polinesia Perancis) dan Amos Adamu (Nigeria) memilih abstain.
”Platini berkata kepada saya, dirinya diundang ke Istana Elysee (kediaman Presiden Perancis) saat Presiden Perancis (Nicolas) Sarkozy melakukan jamuan makan siang dengan Pangeran Qatar,” ucap Blatter, yang mundur dari kursi Presiden FIFA akibat kasus korupsi yang diungkap Biro Investigasi Federal (FBI) AS, November 2015.
Guido Tognoni, mantan penasihat Blatter, mengatakan, pemilihan Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022 sulit dijelaskan. Komite Eksekutif dinilainya tidak berpikir jernih dengan memilih negara Timur Tengah itu.
”Karena itu, saya selalu bilang saat kita menyalahkan Qatar, (justru) FIFA yang harus disalahkan. Sistemnya adalah FIFA,” ujar Tognoni dalam seri dokumenter asli Netflix, "FIFA Uncovered", yang dirilis Rabu (9/11/2022).
Dukungan
Federasi Sepak Bola Amerika Selatan (Conmebol) dan Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) memberikan dukungan kepada Qatar. Dalam pernyataan resmi, sepuluh asosiasi anggota Conmebol sepakat Piala Dunia 2022 harus dipisahkan dari gangguan bernuansa politik dan ideologi tertentu yang meragukan penyelenggaraan di Qatar.
”Sudah waktunya mengakhiri ketidaksetujuan dan bertarung dengan sesuatu yang telah berlalu. Biarkan pertandingan dimulai untuk kebanggaan perayaan semua orang,” demikian pernyataan Conmebol.
Adapun Presiden AFC Sheikh Salman bin Ibrahim al-Khalifa menyambut kedatangan kembali Piala Dunia di Asia setelah 20 tahun. Menurut dia, Qatar 2022 perlu dukungan semua pihak karena menjadi pesta bersama setelah dunia bangkit dari pandemi Covid-19.
”Tidak ada olahraga lain memiliki kekuatan unik untuk membawa kita semua ke semangat positif tentang kebahagian, antusiasme, dan optimisme selain sepak bola. Tidak ada kompetisi lain selain Piala Dunia yang bisa menyebarkan pesan inklusif dan perdamaian di masa-masa sulit ini,” kata Al-Khalifa pada laman AFC. (REUTERS)