Jelang pembukaan Piala Dunia Qatar 2022, tuan rumah masih menghadapi kritik dan keraguan dalam hak asasi manusia. Isu keselamatan kaum LGBT+ menjadi perhatian karena konstitusi Qatar yang tidak akomodatif.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·4 menit baca
AFP/JEWEL SAMAD
Warga berjalan melintasi deretan tiang bendera peserta Piala Dunia Qatar 2022 di Doha, 25 Oktober 2022. Turnamen terakbar sepak bola ini akan berlangsung di Qatar kurun 18 November-18 Desember 2022.
Pernyataan duta Piala Dunia Qatar 2022 Khalid Salman tentang homoseksualitas sebagai kerusakan pikiran menuai kontroversi. Indikasi bahwa pesta bola terakbar perdana di Jazirah Arab yang dimulai sembilan hari lagi itu tidak ramah bagi semua orang menguat. Padahal, semangat turnamen ini terbuka dan antidiskriminasi.
Salman, yang juga mantan pemain tim nasional Qatar mengatakan, homoseksualitas sebagai kerusakan pikiran dalam wawancara dengan televisi publik Jerman ZDF, hampir sepekan lalu. Sepak mula pesta bola itu ditandai laga Grup A antara tuan rumah Qatar dan Ekuador, Minggu (18/11/2022) pukul 23.00 WIB.
Dalam wawancara itu, Salman mendapat pertanyaan tentang pandangan Qatar terhadap homoseksualitas. Menjadi gay atau LGBT+ adalah haram dalam hukum Islam, yang dianut sebagai konstitusi negeri di Teluk Persia (Teluk Arab) itu. Salman berkeberatan jika membiarkan anak-anak melihat dan berinteraksi dengan LGBT+.
Terlepas dari ajaran Islam yang dianut Salman yang mengharamkan homoseksualitas, dirinya merasa LGBT+ dilarang karena berbahaya dalam hal lainnya yakni merusak pikiran. Orang-orang yang datang untuk piala dunia harus menerima aturan terkait LGBT+ di negeri itu.
AFP/KIRILL KUDRYAVTSEV
Polisi berjaga di dinding pariwara Piala Dunia Qatar 2022 di luar Main Media Center, Doha, Qatar, 3 November 2022. Jelang pembukaan turnamen pada 18 November 2022, Qatar menghadap kritik dan skeptisisme antara lain kematian buruh migran dan hak-hak kaum LGBT.
“Selama piala dunia, banyak orang akan datang. Mari bicara tentang gay,” ujar Salman dalam wawancara di Heute Journal, program berita ZDF.
“(Homoseksualitas) itu haram, Anda tahu artinya haram?,” kata Salman kepada pewawancara. “Saya memang bukan seorang muslim yang ketat, tetapi mengapa saya mengharamkan hal itu? Itu adalah kerusakan dalam pikiran,” ujarnya lagi.
Salman melanjutkan, dirinya perlu berbicara demikian untuk mendukung hukum yang berlaku di Qatar. Hal itu juga sesuai kapasitasnya sebagai duta Piala Dunia Qatar 2022. Duta diharapkan memanfaatkan kekuatan sepak bola untuk mendorong perubahan sosial positif di Qatar secara khusus dan dunia
“Yang terpenting, semua orang diterima tetapi mereka juga harus menerima aturan negeri kami,” kata Salman. Wawancara lengkap yang merupakan bagian dari film dokumenter segera ditayangkan ZDF.
Kami selalu mengatakan bahwa semua orang diterima tetapi kami meminta rasa saling menghormati untuk budaya kami.
AFP/KARIM JAAFAR
Foto yang diambil pada 20 Oktober 2022 memperlihatkan orang-orang beraktivitas di dekat jam hitung mundur Piala Dunia Qatar 2022 di Doha.
Pernyataan Salman itu menambah kritik dan keraguan terhadap Piala Dunia Qatar 2022. Sekitar 1,2 jiwa pengunjung internasional akan hadir ke pesta bola kurun sebulan itu. Negeri emirat di seberang Iran itu terus menghadapi kritik sejak terpilih sebagai tuan rumah oleh FIFA pada Desember 2010 karena pandangan yang konservatif.
Penunjukan Qatar membuka tabir gelap FIFA yang koruptif termasuk melibatkan Sepp Blatter yang akhirnya dilengserkan dari kursi presiden. Selain itu, Michel Platini, legenda Perancis terjungkal dari jabatan Presiden UEFA. Bahkan, piala dunia juga diwarnai kematian ribuan buruh migran yang dipekerjakan Qatar untuk membangun seluruh prasarana dan sarana.
Namun, pernyataan Salman itu terlalu mengerucut dan menyerang kaum LGBT+. Rasha Younes dari program hak LGBT Human Rights Watch memandang pernyataan Salman berbahaya. “Pernyataan Salman bahwa ketertarikan sesama jenis dalah kerusakan dalam pikiran adalah berbahaya dan tidak dapat diterima,” katanya.
Warga berjalan melintasi spanduk Piala Dunia Qatar 2022 di pantai di Doha, 3 November 2022. Pembukaan turnamen berlangsung pada 18 November 2022 yang akan ditandai dengan laga Grup A antara tuan rumah Qatar dan Ekuador.
Pendapat senada diutarakan oleh Menteri Dalam Negeri Jerman Nancy Faeser. “Ada pernyataan yang mengerikan dan inilah alasan mengapa perlu terus berupaya agar pandangan bisa berubah,” ujarnya.
Kementerian yang dipimpin Faeser juga bertanggung jawab terhadap olahraga. Faeser melanjutkan, sepekan lalu telah berkunjung dan Perdana Menteri Qatar Khalid bin Khalifa bin Abdul Aziz Al Thani menjamin keselamatan pengunjung atau fans sepak bola tidak masalah dari mana mereka berasal, siapa yang dicintai, dan keyakinan yang dianut. “Setahu saya belum ada yang berubah dari pendapat perdana menteri,” katanya.
Di Washington, juru bicara Kementerian Luar Negeri AS Ned Price mengatakan, AS berhubungan baik dengan Qatar dan akan mendiskusikan berbagai ketertarikan dan kerja sama kedua negara. “Juga untuk mendiskusikan kepentingan dan nilai toleransi, keberagaman, dan penghormatan terhadap semua orang terlepas dari siapa mereka dan siapa yang mereka cintai,” ujarnya.
AFP/GABRIEL BOUYS
Spanduk raksasa bergambar kapten tim nasional Inggris Harry Kane (kiri) digantung di sebuah bangunan di Doha, Qatar, 23 Oktober 2022.
Adapun penyelenggara berulang kali menyatakan, semua orang bakal diterima. CEO Piala Dunia Qatar 2022 Nasser Al Khater pernah mengaku mendukung hak-hak LGBT+ bisa diterima di negeri tersebut. Namun, di sisi lain, pengunjung juga perlu menghormati norma budaya Qatar yang berbeda. “Kami selalu mengatakan bahwa semua orang diterima tetapi kami meminta rasa saling menghormati untuk budaya kami,” katanya.
Kecaman juga datang dari fans sepak bola di laga Bayern Munchen kontra Werder Bremen di Allianz Arena, Jerman, Rabu (9/11/2022) dini hari WIB. Dalam laga itu, fans membentangkan spanduk panjang yang jika diterjemahkan kira-kira menjadi “Merusak Pikiran? Persetan kau, Khalid”.
Di Zurih, Swiss, sejumlah aktivis The All Out berunjuk rasa di depan museum FIFA dengan tuntutan FIFA dan Qatar menjamin hak-hak dan keselamatan LGBT+. FIFA dianggap belum mengambil langkah konkret untuk menekan Qatar agar tidak mengkriminalisasi LGBT+. Kebijakan diskriminatif mengancam keselamatan fans sepak bola, pemain, dan komunitas LGBT+.
Juru bicara FIFA menyatakan badan tersebut tetap tidak menerima diskriminasi dalam hal apapun termasuk isu orientasi seksual. “Qatar berkomitmen penuh bahwa semua orang dapat menikmati turnamen dalam keamanan dan kenyamanan termasuk komunitas LGBT+,” ujarnya. (AP/AFP/REUTERS)