Arsenal kembali ke puncak klasemen Liga Inggris seusai membekap Chelsea di markasnya sendiri. Kemenangan ini meneguhkan dominasi Manajer Arsenal Mikel Arteta setiap kali bertandang ke Stamford Bridge.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
LONDON, MINGGU — Arsenal memperpanjang dominasinya atas Chelsea di Stadion Stamford Bridge berkat kemenangan tipis, 1-0, Minggu (6/11/2022) malam. Melalui laga itu, Manajer Arsenal Mikel Arteta menunjukkan sebuah tim bisa sangat menakutkan jika para pemainnya mau mengekang egonya.
Gol semata wayang kemenangan Arsenal dicetak bek Gabriel Magalhaes pada menit ke-63. Berkat kemenangan ini, Arteta dan timnya bisa menjaga hasil positif setiap kali bertandang ke Chelsea. Ia dan Arsenal mengukir tiga kemenangan beruntun atas Chelsea pada ajang Liga Inggris di Stamford Bridge.
Mengacu data Opta yang didapat Kompas, tiga kemenangan beruntun di markas rivalnya itu adalah yang pertama bagi tim ”Meriam” sejak April 1974. ”Menang di stadion ini melawan lawan-lawan ini (Chelsea) adalah hal luar biasa. Ini langkah lainnya bagi tim ini dan bagi para pemain untuk tetap percaya mereka bisa melakukannya dan di bawah tekanan melawan tim besar,” kata Arteta seusai pertandingan itu.
Meskipun tampil di rumah sendiri, Chelsea bak terpenjara. ”Si Biru” tidak mampu meladeni tekanan tinggi skuad Arsenal. Pergerakan tanpa bola para pemain Arsenal membuat Chelsea kesulitan mengembangkan permainannya. Berkat raihan tiga poin, tim Meriam pun kembali ke puncak klasemen sementara Liga Inggris, unggul dua poin dari Manchester City.
Bek sayap kiri, Oleksandr Zinchenko, yang kembali dimainkan di laga ini aktif membantu mengisi kekosongan di lini tengah Arsenal sehingga membuat Granit Xhaka bisa lebih maju membantu serangan. Secara keseluruhan, Arsenal lebih mendominasi dalam menyerang. Mereka memiliki expected goal (angka harapan mencetak gol) sebesar 2,11.
Aubameyang, yang terisolasi, sempat merasa frustrasi. Pada laga yang teramat emosional baginya ini, ia bahkan menerima kartu kuning di menit ke-27 karena melanggar Ben White.
Artinya, Arsenal semestinya bisa mencetak lebih dari satu gol. Namun, ketidakefektifan dalam penyelesaian akhir membuat sejumlah peluang emas terbuang sia-sia.
Kembali ke puncak
Meskipun demikian, kemenangan 1-0 udah cukup membuat Arsenal kembali ke puncak klasemen sementara Liga Inggris. Arsenal saat ini mengoleksi 34 poin atau unggul dua poin dari Manchester City di peringkat kedua. Sehari sebelumnya, City juga mengamankan poin penuh dengan mengalahkan Fulham, 2-1.
Selain mengembalikan posisi ke puncak klasemen, kemenangan ini amat berarti bagi Arteta yang mencari pembuktian di derbi London ini. Laga ini kembali mempertemukan Arteta dengan mantan pemainnya, Pierre-Emerick Aubameyang, dalam satu lapangan.
Hubungan mereka merenggang karena masalah indisipliner Aubameyang. Sang striker lantas hengkang dari Arsenal ke Barcelona, awal tahun ini. Perselisihan antara Aubameyang dan Arteta lantas menjalar hingga ke luar lapangan berbulan-bulan setelah kepindahannya ke Barca.
Sebuah video yang beredar di media sosial bulan lalu, misalnya, berisikan kritikan Aubameyang kepada Arteta. Dalam video itu, Aubameyang mengatakan, Arteta tidak mampu mengelola karakter besar dari seorang pemain bintang.
Namun, lewat kemenangan ketiga secara beruntun di Stamford Bridge, Arteta seakan hendak mengatakan bahwa pandangan Aubameyang terhadap dirinya adalah keliru. Ia membuktikan bahwa metode yang digunakannya tepat. Dengan pendekatan disiplin Arteta, kini tak lagi ada pemain yang merasa lebih besar dan berjasa dibandingkan dengan rekan-rekannya.
”Sekarang, semua orang melihat diri mereka sendiri karena Mikel (Arteta) melakukan itu pada kapten tim (Aubameyang). Apa yang akan dia lakukan dengan pemain lain? Semua orang takut dengan posisi mereka karena ini terjadi pada Aubameyang,” kata gelandang Arsenal, Mohamed Elneny.
Eleneny menambahkan, semua pemain Arsenal saat ini tidak berani bertindak indisipliner karena akan mendapat masalah yang serupa Aubameyang. Maka dari itu, setiap pemain menghargai satu sama lain. Hanya ada satu ”matahari” di ruang ganti, yaitu Arteta dan visinya terhadap tim.
Sebaliknya, pada laga ini, Aubameyang gagal menunjukkan kualitas dan ketajamannya. Ia kesulitan bermanuver dan menciptakan peluang karena dikawal oleh dua hingga tiga pemain Arsenal sepanjang laga. Aubameyang hanya mencatatkan delapan sentuhan di kotak penalti Arsenal dan satu tembakan.
Aubameyang, yang terisolasi, sempat merasa frustrasi. Pada laga yang teramat emosional baginya ini, ia bahkan menerima kartu kuning di menit ke-27 karena melanggar Ben White secara kasar. Ia kemudian digantikan oleh Armando Broja pada menit ke-64 karena tidak berkembang sepanjang laga.
”Arsenal tampil lebih baik di babak kedua. Mereka mendominasi hampir keseluruhan jalannya laga. Chelsea tidak terorganisir dan gagal memegang kendali permainan. Aubameyang sungguh kesulitan. Broja yang menggantikannya juga tidak mampu menahan bola. Secara keseluruhan, Arsenal mampu mengatasi tekanan dan membalikkannya jadi rasa percaya diri yang tinggi,” ujar pengamat Liga Inggris dan mantan kiper Fulham dan Middlesbrough, Mark Schwarzer.
Tekanan ke Potter
Di sisi lain, bagi Chelsea, penampilan mengecewakan ini menambah tekanan bagi Manajer Graham Potter, apalagi mereka baru saja menelan kekalahan, 1-4, dari mantan tim Potter, Brighton and Hove Albion, pekan lalu. Kekalahan dari Arsenal membuat Chelsea belum meraih satu pun kemenangan dari empat laga terakhir di Liga Inggris.
”Kami terengah-engah, tetapi saya pikir Anda bisa melihat perbedaan antara tim dalam kepercayaan dan struktur. Pada akhirnya, meski tidak bagus untuk dikatakan, Arsenal pantas memenangi pertandingan secara keseluruhan. Jadi, kamu harus mengambil itu dan menggunakannya sebagai motivasi untuk meningkatkan performa,” kata Potter. (AP/REUTERS)