Setelah menjalani 16 laga tanpa terkalahkan, Real Madrid akhirnya merasakan noda pada laga melawan RB Leipzig. Carlo Ancelotti dianggap tak memainkan kekuatan penuh lantaran sudah memastikan tiket ke fase gugur.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
LEIPZIG, RABU — Kiprah tak terkalahkan Real Madrid musim ini terhenti di laga ke-17. Setelah memetik 16 kemenangan dan empat hasil imbang, Madrid akhirnya merasakan kekalahan dengan skor 2-3 di tangan RB Leipzig, Rabu (26/10/2022) dini hari WIB. Mereka tampil tanpa determinasi setelah lebih dulu mengantongi tiket babak 16 besar Liga Champions Eropa.
”Kami datang dengan tertidur, tanpa intensitas atau agresivitas. Kami gagal dalam banyak operan dan kontrol bola. Ini bukan permainan yang bagus,” kata penjaga gawang Madrid, Thibaut Courtois, seusai laga itu. Ia terlihat sedikit kesal lantaran menganggap rekan-rekan setimnya bermain ala kadarnya.
Padahal, penampilan Madrid musim ini cukup superior dengan tidak terkalahkan dalam 16 pertandingan di seluruh kompetisi. ”Los Blancos” memetik 14 kemenangan dan dua kali hasil imbang, satu di antaranya Liga Spanyol dan satu di Liga Champions.
Kepastian telah mendapatkan tiket babak 16 besar Liga Champions membuat Pelatih Real Madrid Carlo Ancelotti tidak begitu menganggap penting laga kontra RB Leipzig. Juru taktik asal Italia itu memilih tidak mengambil risiko dengan mengistirahatkan pemain-pemain kunci, seperti Luka Modric, Federico Valverde, dan pemenang penghargaan Ballon d’Or, Karim Benzema.
Sebagai gantinya, Ancelotti memercayakan trio lini depan kepada Vinicius Junior, Rodrygo Goes, dan Marco Asensio. Di posisi bek sayap kanan diisi oleh Lucas Vazquez karena Dani Ceballos cedera. Ancelotti juga tidak memainkan bek senior, David Alaba, sejak awal dan menggantinya dengan Nacho Fernandez.
”Kekalahan ini tidak terlalu menyakiti kami. Kami masih memiliki kesempatan lain untuk finis pertama di (Santiago) Bernabeu. Tim harus terus melaju,” kata Ancelotti, dikutip dari Football Espana.
Kendati kalah, Madrid masih memimpin Grup F dengan 10 poin. Namun, hasil minor ini membuat posisi Madrid terancam karena selisih poin mereka dengan RB Leipzig di peringkat kedua hanya satu poin. Oleh sebab itu, Madrid wajib memetik kemenangan saat menjamu Celtic di laga pamungkas grup.
Kekesalan Courtois
Kekesalan Courtois cukup beralasan mengingat penampilan para pemain Madrid yang di bawah standar. RB Leipzig mendominasi babak pertama hingga mampu unggul 2-0 melalui Josko Gvardio dan Christopher Nkunku dalam waktu 18 menit. Pemain Leipzig juga mampu membuat Madrid tidak nyaman dengan terus menggempur pertahanan sejak laga dimulai. Leipzig tercatat tampil lebih dominan dengan 14 tembakan ke gawang, berbanding 12 milik Madrid.
”Dua gol pertama membuat segalanya sulit bagi kami. Mereka keluar dengan kuat dan memiliki banyak intensitas di setengah jam pertama,” kata Vazquez.
Courtois sedikit menyayangkan Ancelotti yang tak kunjung melakukan perubahan dengan mengganti pemain yang tampil di bawah standar. Dua bek sayap, Vazquez dan Antonio Ruediger, turut bertanggung jawab atas rapuhnya lini belakang Madrid dengan begitu mudahnya ditembus barisan penyerang Leipzig. Data Whoscored menunjukkan, Leipzig lebih dominan melancarkan serangan dari dua sisi sayap, yaitu dengan persentase 38 persen.
Ancelotti baru melakukan pergantian pemain ketika laga tersisa 20 menit. Dalam kurun waktu itu, Madrid tertinggal 1-2. Vinicius sempat membangkitkan asa Madrid melalui golnya di menit ke-44. Nacho dan Vazquez yang kurang berkembang digantikan masing-masing oleh Alaba dan Dani Carvajal.
Saya tidak melihat para pemain bermain dengan santai. Kami tidak fokus selama set piece, kami biasanya lebih asertif. Kami hampir membuat skor menjadi 2- 2. Kami tidak kekurangan intensitas.
Adapun untuk meningkatkan intensitas serangan, Ancelotti memasukkan Eden Hazard. Pergantian pemain justru membuat Madrid lengah dan Timo Werner mencetak gol untuk memperlebar keunggulan menjadi 3-1. Madrid akhirnya bisa memperkecil ketertinggalan menjadi 3-2 melalui penalti Rodrygo di pengujung laga.
”Sebagai penjaga gawang, saya perhatikan kami seperti tidak bermain. Kami kehilangan banyak duel karena kurangnya intensitas. Padahal, ada pemain lain di bangku cadangan jika Anda tidak bisa berbuat lebih banyak,” kata Courtois.
Di sisi lain, Ancelotti tak begitu mempermasalahkan kritikan dari Courtois. Menurut dia, setiap orang bebas memiliki pendapatnya masing-masing. Ancelotti juga menolak dianggap tak memprioritaskan laga menghadapi Leipzig lantaran telah menggenggam tiket babak 16 besar.
”Saya tidak melihat para pemain bermain dengan santai. Kami tidak fokus selama set piece, kami biasanya lebih asertif. Kami hampir membuat skor menjadi 2-2. Kami tidak kekurangan intensitas,” katanya. (REUTERS)