Balasan Kenaifan Xavi
Xavi Hernandez belum bisa mengembalikan tuah Barcelona di Liga Champions. Permainan ofensif dan dominan justru menjauhkan Barca dari tiket ke babak 16 besar.
BARCELONA, KAMIS — Memasuki musim kedua menangani Barcelona, tangan dingin Xavi Hernandez lambat laun mulai diakui karena mampu mengembalikan identitas permainan menyerang ”Blaugrana” yang sempat menghilang. Tetapi, sifat naif juru taktik berusia 42 tahun itu juga menjadi penghambat Barca berkembang, terutama ketika tampil di ajang Liga Champions.
Dalam empat pertandingan yang telah dilalui di fase grup Liga Champions musim ini, Barca baru mengemas satu kemenangan ketika menjalani laga perdana dengan melibas Viktoria Plzen 5-1 di Stadion Spotify Camp Nou. Selanjutnya, mereka tumbang dalam dua duel tandang menghadapi Bayern Muenchen dan Inter Milan.
Baca juga : Parade Kebodohan Barcelona
Ketika dianggap punya peluang untuk membalas kekalahan 0-1 dari Inter pada laga di Stadion Camp Nou, Kamis (13/10/2022) dini hari WIB, Robert Lewandowski dan kawan-kawan juga harus puas berbagi poin dengan tamu dari Italia. Alhasil, Blaugrana berada di ambang tersisih dari Liga Champions dan berpotensi hanya bisa melanjutkan petualangan di Eropa pada ajang Liga Europa. Capaian yang sama seperti mereka catatkan di musim lalu.
Secara keseluruhan, catatan Xavi selama menangani Barca di Liga Champions amat buruk. Kemenangan kontra Plzen menjadi satu-satunya hasil positif dari enam laga di kompetisi antarklub paling bergengsi di Eropa itu. Pada dua laga pamungkas fase grup musim lalu bersama Xavi, Barca mengemas hasil imbang tanpa gol versus Benfica dan tumbang 0-3 dari Bayern.
Buruknya performa Barca itu tidak lepas dari kenaifan Xavi yang bersikukuh Barca wajib tampil menyerang untuk mengalahkan lawan-lawan mereka. Kekalahan dari Bayern dan kegagalan mengalahkan Inter pada dua duel terakhir menunjukkan pendekatan strategi Xavi sangat keliru.
Pada tiga laga itu, Xavi menurunkan formasi 4-3-3 dengan delapan pemain yang serupa. Perombakan hanya dilakukan Xavi untuk dua posisi bek tengah dan bek sayap kanan karena badai cedera yang silih berganti dialami pemain di posisi itu.
Baca juga : Luapan Emosi Barcelona
Delapan pemain itu, di antaranya Lewandowski, Ousmane Dembele, Pedri, Marcos Alonso, dan Marc-Ander ter Stegen, merupakan pemain andalan Xavi yang tidak tergantikan ketika menghadapi laga-laga penting musim ini. Mereka bisa menerapkan taktik menyerang yang mengutamakan dominasi penguasaan bola ala Xavi dengan baik.
Barca tampil lebih superior dari sisi permainan dengan catatan 54 persen peluang dan kreasi 18 peluang pada lawatan ke kandang Bayern, Stadion Allianz, bulan lalu. Tetapi, Barca pulang dengan kepala tertunduk usai dibenamkan 0-2.
Dua laga melawan Inter pun tercipta situasi yang sama. Barca mencatatkan rerata 67 persen penguasaan bola pada dua laga itu dan menghasilkan akumulasi 32 tembakan. Lagi-lagi hasil yang didapat mengecewakan. Mereka kalah 0-1 di Giuseppe Meaza, lalu ditahan imbang 3-3 di Camp Nou.
Meski kurang cermat dalam adu taktik dengan Pelatih Bayern Julian Nagelsmann dan Pelatih Inter Simone Inzaghi, Xavi menganggap kegagalan timnya menang pada tiga laga beruntun di Grup C Liga Champions musim ini lebih disebabkan faktor ketidakberuntungan.
Baca juga : Barcelona Masuki Periode Paceklik Gol
”Liga Champions musim ini sangat kejam bagi kami. Kami pantas mendapat hasil lebih baik dari laga di Muenchen, kemudian di Milan, dan ketika tampil di hadapan pendukung yang spektakuler (kontra Inter),” kata Xavi seusai laga dilansir UEFA.
Tanggung jawab penuh
Lebih lanjut, Xavi mengakui, Barca masih butuh waktu lebih lama untuk kembali menjadi salah satu kekuatan yang disegani di kancah Eropa. Menurut dia, semua pihak di Blaugrana harus melakukan intropeksi diri untuk membenahi kegagalan di tiga laga terakhir.
Jika (Gerard) Pique atau (Sergio) Busquets dianggap gagal, saya juga gagal sebagai pelatih. Saya siap bertanggung jawab penuh.
”Sepak bola adalah permainan yang rentan kesalahan dan itu kami tunjukkan pada proses bertahan yang memudahkan Inter mencetak gol di babak kedua. Jika (Gerard) Pique atau (Sergio) Busquets dianggap gagal, saya juga gagal sebagai pelatih. Saya siap bertanggung jawab penuh,” ucapnya.
Sementara itu, Lewandowski, yang mencetak dua gol di babak kedua yang membantu Barca dua kali menyamakan ketertinggalan dari Inter, menuturkan, timnya terlalu fokus mengejar banyak gol sehingga melupakan tugas penting di pertahanan untuk meredam serangan balik cepat Inter. Mantan penyerang Bayern itu menganggap krisis pemain di posisi bek tengah menjadi penyebab Barca tidak bisa memenuhi ambisi mengalahkan Inter di Camp Nou.
Baca juga : Xavi Dirundung Teka-Teki
”Kami memiliki banyak pemain cedera dalam beberapa pekan terakhir. Bukan hal yang mudah untuk mengganti susunan pemain setiap waktu. Kami kekurangan stabilitas dan itu muncul pada laga-laga di Liga Champions,” ujar Lewandowski.
Usai imbang melawan Inter, pemain Barca sangat kecewa. Hal itu ditunjukkan dengan tidak ada satu pun pemain yang keluar stadion melalui mixed zone sehingga tidak ada pemain yang bisa diwawancara oleh media sebelum mereka kembali ke rumah masing-masing.
Kandidat juara Liga Europa
Setelah menjalani empat laga, Barca berada di peringkat ketiga dengan empat poin. Peluang mereka untuk lolos ke babak 16 besar memerlukan keajaiban.
Mereka memang masih berselisih tiga poin dengan Inter yang duduk di peringkat kedua, tetapi kemenangan di dua laga terakhir menghadapi Bayern dan Plzen belum bisa memastikan Barca mendampingi Bayern ke fase gugur. Pasalnya, Inter cukup mengalahkan Plzen di Giuseppe Meazza pada laga kelima, 26 Oktober mendatang, untuk melengkapi wakil Grup C di babak 16 besar.
Pelatih Inter Simone Inzaghi bertekad menyempurnakan dua performa gemilang kontra Barca dengan menyegel tiket ke babak 16 besar. ”Kami hanya perlu satu kemenangan lagi. Kami akan memberikan kebahagiaan untuk fans ketika menghadapi Viktoria Plzen di kandang,” ujar Inzaghi seperti dikutip La Gazzetta dello Sport.
Baca juga: Tuntutan Remedi Inzaghi
Kondisi itu membuat situs analisis data olahraga, FiveThirtyEight, memprediksi peluang Barca lolos ke babak 16 besar Liga Champions hanya 7 persen. Di sisi lain,FiveThirtyeight justru telah memasukkan Barca sebagai kandidat terkuat juara Liga Europa dengan potensi 19 persen.
Jumlah itu melampaui persentase peluang juara tim besar Eropa lainnya yang telah lebih dulu tampil di Liga Europa, seperti Arsenal (14 persen) dan Manchester United (4 persen). Jika bertahan di posisi tiga pada peringkat akhir Grup C, Blaugrana akan tampil di babak play-off babak 16 besar Liga Europa menghadapi peringkat kedua fase grup kompetisi kasta kedua antarklub Eropa itu. (AFP)