Indonesia tidak kehabisan lifter berbakat di kelas 49 kg putri. Setelah era Windy Cantika Aisah, tongkat estafet kemungkinan akan dilanjutkan oleh Luluk Diana Tri Wijayana.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH, Christina Mutiarani Jeinifer Sinadia
·5 menit baca
BOGOR, KOMPAS — Persaingan angkat besi kelas 49 kilogram putri Indonesia bakal sengit. Betapa tidak, belum habis era Windy Cantika Aisah yang baru berusia 20 tahun sudah muncul Luluk Diana Tri Wijayana yang masih berusia 17 tahun dan tidak kalah potensial. Dalam Kejuaraan Nasional Senior Angkat Besi 2022, laju Luluk menjadi yang terbaik tak terbendung dan menunjukkan grafik menanjak dibandingkan ajang nasional sebelumnya.
Dalam kelas 49 kg putri Kejuaraan Nasional 2022 di Hotel Lorin, Sentul, Bogor, Jawa Barat, Selasa (25/10/2022), Luluk meraih tiga emas yang masing-masing untuk snatch 76 kg, clean and jerk 96 kg, dan total angkatan 172 kg. Lifter asal Jawa Timur itu melampaui jauh para pesaingnya, antara lain lifter Kalimantan Selatan Riska Nur Amanda yang meraih tiga perak (snatch 75 kg, clean and jerk 85, total angkatan 160 kg) dan lifter DKI Jakarta Indah Safitri yang meraih tiga perunggu (60 kg, 75 kg, 135 kg).
Capaian Luluk itu pun jauh lebih baik dibandingkan saat dirinya menjadi yang terbaik dalam kelas 49 kg putri Kejuaraan Nasional Remaja Yunior 2022 di Yogyakarta, 27-30 September, yakni snatch 75 kg, clean and jerk 95 kg, dan total angkatan 170 kg. Waktu itu, dia merebut enam emas, yakni tiga emas kategori remaja dan tiga emas yunior. Prestasi itu menahbiskannya sebagai lifter terbaik pada ajang tahunan tersebut.
Mampu meningkatkan angkatan masing-masing 1 kg di snatch maupun clean and jerk bukan perkara gampang. Apalagi jarak antara kejuaraan senior dan kejuaraan remaja yunior hanya sekitar satu bulan. ”Sebenarnya, saya masih merasa lelah. Sebab, sebulan kemarin, saya tampil di Yogya. Walau sudah cukup lama, tubuh rasanya masih kurang bugar,” ungkap Luluk.
Namun, Luluk mampu menunjukkan performa positif itu dalam kejuaraan senior perdananya. Itu bukti bahwa lifter kelahiran 9 Agustus 2005 tersebut memiliki bakat keahlian dan mental luar biasa. ”Saya punya motivasi besar untuk bisa bersaing dengan para senior di pelatnas (pemusatan latihan nasional). Kalau mereka bisa, kenapa saya tidak,” ucap Luluk yang memelihara mimpi besar meraih medali Olimpiade tersebut.
Awal kemunculan
Sejatinya, Luluk tidak benar-benar baru dalam blantika angkat besi nasional. Dia pernah dipanggil ke pelatnas di Jakarta selama dua pekan untuk mengikuti Kejuaraan Dunia Remaja Daring 2020. Namun, namanya mulai berkibar ketika merebut emas 49 kg putri Kejuaraan Dunia Remaja 2022 di Leon, Guanajuato, Meksiko, 14 Juni lalu. Waktu itu, dia mencatat snatch 75 kg, clean and jerk 95 kg, dan total angkatan 170 kg.
Memang, grafik Luluk masih di bawah lifter 49 kg andalan Indonesia, Cantika yang memegang rekor nasional, yakni snatch 87 kg (pada Kejuaraan Asia di Tashkent, Uzbekistan, 21 April 2021), clean and jerk 110 kg (pada Olimpiade Tokyo, 24 Juli 2021), dan total angkatan 194 kg (pada Olimpiade Tokyo). Artinya, rekor pribadi Luluk masih tertinggal 11 kg di snatch, 14 kg di clean and jerk, dan 22 kg di total angkatan.
Tetapi, saya tidak terlalu peduli. Saya ingin fokus saja dengan latihan saya dan terus berusaha lebih baik agar meningkat secara bertahap. Target terdekat saya juga tidak muluk-muluk, setidaknya bisa gabung dengan tim SEA Games 2023 dahulu.
Akan tetapi, Luluk tidak berkecil hati. Sebab, dia sadar bahwa Cantika lebih dahulu dan telah cukup lama bergabung ke pelatnas. Itu pastinya memengaruhi perkembangan karena perbedaan fasilitas di daerah dan pusat. ”Tetapi, saya tidak terlalu peduli. Saya ingin fokus saja dengan latihan saya dan terus berusaha lebih baik agar meningkat secara bertahap. Target terdekat saya juga tidak muluk-muluk, setidaknya bisa gabung dengan tim SEA Games 2023 dahulu,” kata Luluk yang dibina oleh klub Satria Pacitan tersebut.
Pelatih Luluk di klub, Samsuri, mengatakan, Luluk lebih baik tidak terlalu dipaksakan segera masuk pelatnas. Sebab, Luluk dinilai masih sangat muda yang masih butuh pendampingan orangtua untuk lebih mematangkan mentalnya. Takutnya, kalau dipaksakan, pertumbuhan dan perkembangannya justru tidak optimal.
Lagi pula, lanjut Samsuri, pembinaan angkat besi tidak bisa hanya diukur lewat peningkatan angkatan snatch, clean and jerk, dan total angkatan. Sebaliknya, ada total 15 parameter yang tak sedikit terkait dengan faktor nonteknis, seperti mental atau psikologis.
”Untuk sekarang, lebih baik Luluk diberi kesempatan masuk pelatnas daerah. Maksudnya, dia menjadi atlet pelatnas, tetapi berlatih di daerah. Kalau mau ada kejuaraan, barulah dia dipanggil ke pusat entah untuk melakukan persiapan atau ikut seleksi lagi. Nanti, pas berusia 20-21 tahun, barulah dia bisa benar-benar dilepas ke pusat. Saya yakin, di usia matangnya, Luluk bisa mengejar bahkan lebih baik dari para seniornya,” jelas Samsuri.
Hikmah pandemi
Kepala Bidang Pembinaan Prestasi Pengurus Besar Perkumpulan Angkat Besi Seluruh Indonesia (PB PABSI) Hadi Wihardja menuturkan, secara umum, penampilan Luluk paling menonjol dari empat kelas perlombaan di hari pertama Kejuaraan Nasional Senior ini. Dengan usia baru masuk kategori yunior, Luluk sudah bisa meraih prestasi perdananya di kategori senior.
Capaian Luluk bisa dikatakan hikmah dari pandemi Covid-19. Setidaknya, selama pandemi, banyak kejuaraan yang ditunda dan dibatalkan. Itu menyebabkan demotivasi di kalangan lifter senior karena tidak tahu apa tujuan dari latihan. Saat berhenti latihan, sulit untuk atlet senior mengembalikan kemampuan terbaiknya, terutama yang berusia lebih dari 20 atau 30 tahun.
Pada momentum itu, lifter-lifter muda muncul dan bisa membuktikan tajinya. ”Pada Kejuaraan Nasional Senior ini, sebagian besar dari 41 lifter putri dan 44 lifter putra adalah atlet muda. Sebab, banyak senior yang meredup sehingga tidak dikirim oleh daerahnya. Jadi, ini bisa dibilang sebagai sisi positif dari pandemi. Semoga para atlet muda ini terus diberi dukungan agar semakin termotivasi menjadi lebih baik,” tutur Hadi.
Dari tiga laga lainnya, lifter putri Aceh, Sausan Qarira, memboyong tiga emas kelas 45 kg (snatch 51 kg, clean and jerk 60 kg, dan total angkatan 111 kg). Di kelas 55 kg putra, wakil Aceh Irrahman turut memboyong tiga emas (snatch 92 kg, clean and jerk 113 kg, dan total angkatan 205 kg). Adapun lifter Sumatera Barat, Pardani, membawa pulang tiga emas 61 kg putra (snatch 105 kg, clean and jerk 140 kg, dan total angkatan 245 kg).
”Saya kurang greget karena rekan-rekan seusia saya yang ikut PON (Pekan Olahraga Nasional Papua 2021) kemarin tidak ikut. Tetapi, pastinya saya senang karena bisa meraih emas. Tadi, saya main aman saja, tidak ada ambisi gimana-mana,” terang Pardani, lifter berusia 29 tahun yang merebut perak kelas 61 kg PON Papua.