Pebulu tangkis dari sejumlah daerah di Indonesia rela menempuh perjalanan panjang nan melelahkan demi mengikuti audisi umum PB Djarum. Melalui audisi, mereka berharap bisa mewujudkan mimpi menjadi atlet nasional.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
Audisi umum PB Djarum bagaikan secercah pelita di tengah kegelapan bagi pebulu tangkis belia di daerah. Jalan menjadi pebulu tangkis nasional terbuka lebar bagi mereka yang lolos audisi. Untuk itu, tidak mengherankan, sebagian besar peserta dari luar Pulau Jawa rela melipat jarak demi mewujudkan mimpi menjadi pebulu tangkis Indonesia di masa depan.
Peserta audisi umum PB Djarum berasal dari setiap sudut Indonesia. Audisi ini kembali diadakan seusai dua tahun absen akibat pandemi Covid-19. Peserta terbanyak berasal dari Jawa Tengah, yang mencapai 994 orang. Namun, provinsi lain juga tidak ketinggalan mengirimkan wakil.
Karena masih di masa pandemi, format audisi dimodifikasi dengan tidak digelar di sejumlah kota. Semua tahapan audisi, sejak pendaftaran ulang, screening, hingga final turnamen diadakan di GOR Djarum Jati, Kudus, Jawa Tengah.
Walau hanya terpusat di Kudus, antusiasme pebulu tangkis tidak surut. Hal itu ditandai kehadiran pebulu tangkis dari Aceh dan Papua yang mencoba menjajal kemampuan untuk bisa bergabung dengan PB Djarum. Selain itu, jumlah total peserta kali ini meningkat dua kali lipat dibandingkan sebelumnya, yaitu menjadi 2.386 orang.
Asrafil Qodri Asqalani (12) adalah salah satu peserta yang menempuh perjalanan panjang demi mencoba keberuntungan di audisi. Pelajar kelas 8 SMP itu terbang dari Kota Sorong, Papua Barat, untuk mengejar impiannya menjadi pebulu tangkis nasional. Untuk menghadapi audisi ini, selain berlatih rutin, Asrafil juga menjalani latihan secara intensif selama dua bulan.
”Tahu informasi audisi dari Facebook. Ternyata audisinya bisa untuk seluruh Indonesia. Sejak 2019 saya coba tanya-tanya ke pelatih-pelatih di Papua Barat apakah ada audisi untuk pebulu tangkis muda, tetapi tidak ada. Begitu dengar Djarum buka, kami ingin sekali ikut,” kata La Ode Syamsir (36), pemilik klub tempat Asrafil berlatih, yakni PB Gala Raya, Sorong, Jumat (21/10/2022).
Kekurangan biaya
Orangtua Asrafil tak punya cukup biaya untuk memboyongnya ke Kudus. Beruntung La Ode berbaik hati membiayai perjalanan Asrafil bersama seorang rekannya, Muhammad Ahsan (8). La Ode merogoh kocek pribadi sekitar Rp 8 juta per orang sebagai bekal perjalanan menuju Kudus.
Dengan biaya yang pas-pasan, mereka bertiga menempuh perjalanan panjang mengikuti audisi. La Ode dan dua muridnya itu berangkat pada Sabtu (15/10/2022). Dari Sorong, pesawat singgah di Makassar sebelum terbang ke Surabaya.
Perjalanan mereka bertambah panjang karena pesawat yang ditumpangi mengalami keterlambatan hingga empat jam di Makassar. Selain itu, selama perjalanan, La Ode dan kedua siswanya berhemat sebisanya dengan membeli makanan berharga murah agar bekal uang yang mereka bawa cukup untuk mengikuti audisi.
Menurut La Ode, kualitas pembinaan pebulu tangkis muda di Papua Barat amat jauh tertinggal dari Pulau Jawa. Hal itulah yang membuat La Ode sangat mendukung keinginan Asrafil untuk coba menimba ilmu di PB Djarum.
Sejak 2019 saya coba tanya-tanya ke pelatih-pelatih di Papua Barat apakah ada audisi untuk pebulu tangkis muda, tetapi tidak ada. Begitu dengar Djarum buka, kami ingin sekali ikut.
Selama ini, Pulau Jawa menjadi gudangnya pebulu tangkis berbakat. Persaingan audisi pun sudah pasti sangat berat. Apalagi, di jalur turnamen, PB Djarum hanya akan mengambil delapan pebulu tangkis putra kelompok usia U-11 dan U-13. Di kelompok putri, hanya empat pebulu tangkis yang lolos ke babak karantina selama tiga pekan.
Dari Surabaya, perjalanan La Ode dan Asrafil berlanjut lewat jalur darat ke Kudus. Perjalanan darat ini memakan waktu sekitar enam jam. Mereka baru tiba di ”Kota Kretek” pada Minggu (16/10/2022) malam dan mencari penginapan murah. Malang, begitu tiba di Kudus, Ahsan terserang cacar air. Praktis hanya Asrafil yang berjuang ikut audisi.
Setelah melewati dua tahap screening, langkah Asrafil terhenti di babak turnamen. Ia langsung menangis tersedu-sedu saat melangkah ke luar lapangan. Impiannya bergabung dengan PB Djarum menipis.
Walau tersisih, Asrafil masih berharap kerja kerasnya selama mengikuti audisi bisa terpantau tim pencari bakat PB Djarum. Selain jalur turnamen, tiket lolos bisa diraih pebulu tangkis yang punya potensi sesuai kriteria pencari bakat.
Tetap bermimpi
Kesedihan serupa dialami Adinda Asya Kirana (10). Pebulu tangkis asal Kota Palembang, Sumatera Selatan, itu gagal melaju lebih jauh. Langkahnya terhenti di babak turnamen. Adinda tidak dapat menutupi kekecewaannya hingga dihibur oleh sang ibu.
Sebagaimana Asrafil, Adinda juga bermimpi bisa bergabung dengan PB Djarum dan meniti karier bulu tangkis hingga bisa menjadi pemain nasional dan membawa nama Indonesia di kancah dunia. Menurut ayah Adinda, Mohammad Sobran, karier bulu tangkis Adinda tidak akan berkembang apabila hanya terpaku di Palembang. Karena itu, ia sangat mendukung niat Adinda mengikuti audisi.
”PB Djarum ini klub besar. Melahirkan atlet badminton nasional. Jadi, itu motivasinya. Kami cari info audisi, tapi dua tahun tidak ada karena Covid-19. Makanya, setelah dibuka lagi, ini momen yang kami tunggu-tunggu. Kami sekeluarga antar Adinda ikut audisi. Demi cita-citanya,” ujar Sobran.
Sobran bersama istri dan anak-anak memutuskan berangkat menggunakan mobil. Perjalanan memakan waktu hingga dua hari. Sobran bersama istrinya mengeluarkan biaya sekitar Rp 10 juta untuk perjalanan dan penginapan selama audisi.
Atlet-atlet itu boleh jadi gagal mengikuti audisi saat ini. Namun, bukan berarti impian mereka menjadi pebulu tangkis nasional seketika kandas. Kesempatan bagi Asrafil dan Adinda tetap terbuka di kemudian hari. Ketika mereka kecewa gagal audisi dan menyerah, pada saat itulah impian mereka benar-benar terkubur selamanya.