Bagnaia: ”Situasi Saya Lebih Baik dari Quartararo”
Francesco Bagnaia berada dalam situasi yang lebih baik dibandingkan pesaing terkuatnya, Fabio Quartararo, dalam perburuan gelar juara MotoGP. Pebalap Italia itu pun bertekad mengakhiri penantian 15 tahun Ducati juara.
Oleh
AGUNG SETYAHADI
·4 menit baca
PHILLIP ISLAND, SELASA – Francesco Bagnaia berada dalam momentum positif sejak paruh kedua musim 2022, hingga mampu memangkas selisih poin dengan Fabio Quartararo yang semula 91 poin menjadi dua poin. Peluang Bagnaia juara pun sangat besar dengan sisa tiga balapan, yang akan di mulai dari Phillip Island, Australia, akhir pekan ini. Pebalap asal Italia itu pun bertekad mewujudkan mimpi terbesarnya, menjadi juara dunia MotoGP sekaligus mengakhiri penantian 15 tahun Ducati.
Pecco menemukan momentum kebangkitan sejak memenangi balapan terakhir sebelum jeda musim panas di Sirkuit Assen, Belanda. Dia melanjutkan momentum itu pada paruh kedua musim 2022 dengan tiga kemenangan beruntun di Silverstone, Red Bull Ring, dan Misano. Dia pun selalu meraih podium dalam tiga balapan berikutnya, kecuali di Jepang karena terjatuh dalam lap terakhir.
Kondisi itu kontras dengan pemuncak klasemen saat ini, Fabio Quartararo, yang tidak pernah meraih podium dalam empat balapan terakhir. Bahkan, dia terpuruk dalam balapan di Buriram, Thailand, karena gagal meraih poin dengan finis di posisi ke-17. Pebalap tim pabrikan Yamaha itu pun hanya tinggal unggul dua poin atas Pecco di posisi kedua, serta 20 poin atas pebalap Aprilia Aleix Espargaro di peringkat ketiga.
Kondisi ini membuat Pecco optimistis dirinya dalam situasi yang lebih baik saat persaingan juara menyisakan tiga balapan di Australia, Malaysia, dan Valencia. Di atas kertas, Pecco memiliki potensi besar untuk meraih poin lebih banyak dibandingkan Quartararo di ketiga sirkuit itu.
"Jelas, saat ini Fabio adalah pebalap yang harus dikalahkan. Dia salah satu pebalap terkuat. Dia juara dunia tahun lalu," ujar Bagnaia dalam wawancara dengan MotoGP, Selasa (11/10/2022).
"Tetapi, saya dalam situasi yang lebih baik dibandingkan Fabio. Saya merasa sangat bagus dengan motor saya, bisa tancap gas, bisa menyerang. Sedangkan dia sedikit kesulitan dengan motornya. Mungkin motor kami lebih komplet," ungkap Pecco.
Ducati Desmosedici lebih kuat dalam akselerasi dan kecepatan puncak dibandingkan motor lain. Potensi itu disempurnakan oleh teknik pengereman keras Pecco sehingga Desmosedici bisa tetap menikung dengan cepat.
Adapun Quartararo sangat kesulitan untuk menutup kelemahan Yamaha YZR-M1 dalam akselerasi dan top speed. Kini, meskipun Quartararo sudah membalap dalam limit pengendalian, dia tetap tidak bisa meraih hasil bagus.
Akhir pekan ini, di Phillip Island, Quartararo akan kembali berjuang meraih poin maksimal untuk mempertahankan gelar juara. Trek di Australia itu biasanya bagus bagi M1. Namun, musim ini, semua motor sangat kompetitif, sehingga karakter trek kurang berpengaruh pada hasil balapan.
"Sekarang ada tiga balapan tersisa dan favorit saya adalah Phillip Island. Mungkin di sana dan di Malaysia kami akan bisa lebih baik dibandingkan di Valencia," ungkap Direktur Tim Monster Energy Yamaha Massimo Meregalli.
Menyerang
"Sekarang, kejuaraan dimulai lagi dari nol. Saya pikir hanya ada satu cara untuk menang, yaitu dengan menyerang," pungkas Meregalli.
Melakukan itu (jadi juara dunia) tahun ini dengan Ducati setelah 15 tahun tanpa gelar juara akan menjadi sesuatu yang luar biasa.
Menyerang adalah satu-satunya cara yang bisa dilakukan oleh Quartararo karena tidak ada pebalap Yamaha lainnya yang bisa sekompetitif dirinya untuk membantu. Sedangkan Ducati memiliki delapan pebalap yang sangat kompetitif dan berpotensi membantu Pecco meskipun tidak ada team order. Dalam balapan di Thailand, pebalap Prima Pramac Racing, Johann Zarco, memutuskan membantu Pecco dengan tidak mengambil risiko mendahului meskipun dirinya memiliki pace yang lebih baik.
Terkait team order itu, Pecco kembali menegaskan, dirinya tidak memerlukan bantuan untuk menang. Dia ingin meraih kemenangan dengan kekuatannya sendiri. "Saya tahu potensi saya dan saya tahu saya bisa menang tanpa bantuan dalam balapan," tegas Pecco.
"Tentu terkait dengan kejuaraan, dalam dua balapan terakhir mungkin beberapa bantuan akan menolong. Tetapi, dalam hal ini, saya telah memenangi enam balapan karena saya paling kuat di sana. Bukan karena seseorang membiarkan saya mendahului atau menunggu saya (untuk mendahului)," ungkap rekan setim Jack Miller itu.
Dengan sisa tiga balapan dan 75 poin maksimal untuk diraih, Pecco mengaku akan memperlakukan setiap seri seperti balapan lainnya. Dia tidak ingin terkekang oleh pikiran meraih gelar juara dunia.
"Saya akan berusaha menjalani balapan tersisa seperti biasa. Saya akan menyerang, tancap gas, tidak akan memikirkan kejuaraan. Kemudian, jika dalam situasi tinggal memiliki peluang terakhir untuk juara, saya akan memikirkan semuanya. Tetapi, pada saat ini, saya tidak ingin memikirkan risiko," ujar Pecco.
Ducati sangat berharap Pecco meraih gelar juara musim ini. Capaian semacam itu terakhir kali diraih tim asal Italia itu pada 2007 melalui Casey Stoner. Gelar juara juga menjadi mimpi terbesar pebalap lulusan Akademi VR46 itu.
"Tentu itu menjadi mimpi terbesar saya. Melakukan itu (jadi juara dunia) tahun ini dengan Ducati setelah 15 tahun tanpa gelar juara akan menjadi sesuatu yang luar biasa," ujar Pecco.