Napoli bisa menjadi harapan baru Italia untuk memperbaiki prestasinya di Liga Champions Eropa. Tiga rekor baru dibawa pulang ”Si Keledai Kecil" dari Amsterdam, yaitu saat menggebuk tuan rumah Ajax, 6-1.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
AMSTERDAM, RABU - Performa Napoli di Liga Champions Eropa musim 2022-2023 bak oase bagi klub-klub Italia yang tampil mengecewakan pada dua edisi terakhir kompetisi antarklub paling bergengsi di Eropa itu. Tidak hanya tampil sempurna di tiga laga terakhir, ”Si Keledai Kecil” membuktikan tim asal Italia bisa bermain menyerang di level kontinental.
Meskipun dikelilingi oleh dua tim yang pernah menjadi kampiun Eropa dan lebih diunggulkan untuk lolos dari Grup A, yaitu Liverpool dan Ajax Amsterdam, Napoli telah membuktikan kekuatan kolektif dan mental baja merupakan kolaborasi yang dibutuhkan untuk bersaing dengan kedua tim itu. Kemenangan telak, 6-1, ketika bertamu ke markas Ajax, Arena Johan Cruyff, Rabu (5/10/2022) dini hari WIB, adalah bukti Napoli memiliki bekal untuk bisa bersaing di Eropa.
Sebelum menggilas Ajax, Napoli juga membawa pulang kemenangan telak, 3-0, dari Stadion Ibrox, kandang Glasgow Rangers yang disebut sebagai salah satu tempat sulit bagi setiap tim tamu meraup poin. Tak hanya Ajax dan Rangers, Napoli juga sempat menghadirkan masa awal krisis bagi Liverpool berkat kemenangan besar, 4-1, di Stadion Diego Armando Maradona, 8 September lalu.
Dari tiga laga yang telah dijalaninya di Grup A, Si Keledai Kecil menciptakan sejarah baru bagi Italia dalam partisipasinya di kompetisi Eropa. Torehan 13 gol Napoli menjadikan mereka tim pertama asal Italia yang mampu mencetak lebih dari 10 gol di tiga laga awal penyisihan grup Liga Champions.
Tak hanya itu, Napoli adalah tim pertama yang bisa mencetak minimal lima gol pada laga tandang melawan Ajax. Kekalahan telak itu membuat pendukung dan pemain Ajax kecewa berat. Pemain Ajax pun menolak ajakan pertukaran jersei dari pemain Napoli.
Torehan enam gol ke gawang Ajax adalah capaian pertama Si Keledai Kecil di kancah Eropa. Sebelumnya, Napoli maksimal mencetak lima gol di satu laga kompetisi Eropa, yaitu ketika berjumpa Valencia di Piala UEFA 1992-1993 dan Midtjylland di Liga Europa 2015-2016.
Penampilan menawan Napoli itu membumbungkan asa bahwa tim asal Italia bisa berkiprah lebih baik pada musim ini. Pada dua edisi sebelumnya, tim-tim Italia paling jauh hanya mampu bersaing hingga babak perdelapan final atau 16 besar.
Meskipun begitu, Pelatih Napoli Luciano Spalletti enggan menganggap timnya telah mencapai perjalanan fenomenal di Eropa pada musim ini. Menurut dia, Napoli masih punya tiga laga lainnya yang wajib dimenangkan untuk menyegel tiket ke fase gugur.
Maka, jangan heran jika Spaletti masih pelit senyum ketika ditemui para wartawan seusai kemenangan bersejarah Napoli di Amsterdam. ”Sejujurnya, saya sangat senang. Akan tetapi, kami tidak boleh berhenti mengejar kemenangan. Sebab, jika kehilangan fokus, kami akan masuk ke dalam masalah,” kata Spalletti dengan mimik wajah dingin saat diwawancarai Sky Sport Italia seusai laga itu.
Meskipun kalah telak, Ajax adalah tim pertama yang bisa membuat Napoli berada pada posisi tertinggal pada musim ini. Ajax sempat unggul cepat melalui gol Muhammad Kudus di menit kesembilan. Gol itu ternyata ibarat membangunkan ”monster” di tubuh Napoli.
Si Keledai Kecil lantas mengamuk dan mencetak tiga gol di masing-masing babak laga itu. Giacomo Raspadori mencetak dua gol, lalu empat pemain lain melengkapi kemenangan Napoli. Mereka ialah Giovanni Di Lorenzo, Piotr Zielinski, Khvicha Kvaratskhelia, dan Giovanni Simeone.
Kami terus menjaga semangat untuk mendukung satu sama lainnya dalam latihan dan laga demi terus berkembang. Kami bisa melakukan lebih baik dari yang telah kami tunjukkan saat ini. (Giacomo Raspadori)
Saat ditanya rahasia kemenangan besar itu, Spalletti berkata, hal itu tidak lepas dari permainan indah yang ditunjukkan anak asuhannya. Para pemain Napoli, tambah Spalletti, tidak berhenti menekan lawan dan berusaha mencetak gol di setiap kesempatan.
”Kami juga tampil dengan kepercayaan diri tinggi menghadapi lawan yang sangat kuat. Kemenangan atas Ajax, tim yang selalu bisa memberikan pelajaran untuk Anda, adalah sebuah hasil yang penting,” ujar Spalletti, pelatih yang kini berusia 63 tahun.
Napoli pun kini kian dekat dengan target awal, yaitu lolos ke babak 16 besar Liga Champions. Terakhir kali mereka bisa mencapai fase itu adalah pada musim 2019-2020 lalu. Kini, Si Keledai Kecil hanya butuh hasil imbang ketika menghadapi Ajax di Stadion Diego Armando Maradona, pekan depan.
Paling ofensif
Selain memuncaki Grup A Liga Champions, Napoli juga menduduki singgasana klasemen sementara Liga Italia. Mereka belum terkalahkan di delapan laga awal, musim ini.
Capaian itu pantas didapatkan Napoli karena mereka adalah tim paling ofensif di dua kompetisi tersebut. Di Eropa, Napoli adalah tim yang paling berbahaya karena menghasilkan 23 tembakan per laga. Jumlah 13 gol yang dihasilkan mereka juga tidak bisa disaingi oleh tim terbaik Eropa lainnya.
Napoli juga tercatat sebagai tim tertajam di Liga Italia dengan catatan 18 gol. Statistik 19 tembakan per laga juga menjadi yang terbaik di kompetisi kasta tertinggi ”Negeri Pizza” itu. Raspadori mengatakan, hasil positif yang didapatkan Napoli pada awal musim ini memotivasi semua pemain di timnya untuk berlatih lebih keras. Mereka paham Napoli wajib tampil konsisten jika ingin meraih prestasi pada akhir musim ini.
”Kami terus menjaga semangat untuk mendukung satu sama lainnya dalam latihan dan laga demi terus berkembang. Kami bisa melakukan lebih baik dari yang telah kami tunjukkan saat ini,” kata Raspadori seperti dikutip Corriere dello Sport.
Kami adalah tim yang suka menguasai bola lebih banyak. Tetapi, mereka (Napoli) bermain jauh lebih baik sebagai sebuah tim. (K Taylor)
Sementara Kenneth Taylor, gelandang Ajax, mengatakan, ia dan para pemain Ajax lainnya mengakhiri laga dengan perasaan aneh. Mereka tidak percaya bisa kebobolan enam gol setelah sempat unggul lebih dulu selama 10 menit awal laga.
”Kami adalah tim yang suka menguasai bola lebih banyak. Tetapi, mereka (Napoli) bermain jauh lebih baik sebagai sebuah tim,” kata Taylor dilansir laman UEFA.
Performa gemilang Napoli itu diikuti tim Italia lainnya, Inter Milan, yang membekap Barcelona, 1-0, di Stadion San Siro, Italia. Gol semata wayang dari Hakan Calhanoglu cukup bagi Inter menjaga rekor tak terkalahkan di kandang atas Barca dalam satu dekade terakhir. Hasil itu membawa Inter menduduki peringkat kedua Grup C dengan koleksi enam poin.
”Kemenangan atas Barcelona akan menjadi titik balik bagi kami dalam penampilan sepanjang musim ini,” ucap penyerang Inter, Lautaro Martinez, kepada Inter TV. Di Liga Italia, Inter berada di peringkat kesembilan karena telah menelan empat kekalahan. (AFP)