Pelatih Luis Enrique menghidupkan kembali spirit lapar gelar yang mati suri di Spanyol. Mereka tampil apik dan selalu menembus semifinal di tiga kejuaraan yang mereka ikuti.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·4 menit baca
BRAGA, RABU - Bersama pelatih Luis Enrique, generasi baru tim nasional sepak bola Spanyol hadir. Meskipun kualitasnya tidak setara generasi emas pada satu dekade silam, pasukan ”La Roja” saat ini punya modal menjadi tim terbaik di setiap kompetisi, yaitu jiwa lapar gelar.
Skuad La Roja saat ini mememang tidaklah seglamor era 2008-2012, yaitu ketika meraih dua trofi Piala Eropa dan satu Piala Dunia. Saat itu, tim Spanyol dihuni barisan pemain terbaik, seperti Iker Casillas, Carles Puyol, Xavi Hernández, Andrés Iniesta, dan David Villa.
Mereka menjadi jaminan mutu yang memberikan masa keemasan bagi La Roja. Adapun skuad Spanyol dalam dua tahun terakhir ini sempat dibayangi keraguan dari para suporter. Tidak ada pemain Spanyol yang masuk di daftar 30 besar calon peraih pemain terbaik dunia versi Ballon d’Or tahun ini. Alvaro Morata, salah satu pemain andalan Enrique, misalnya, justru dihujani cemoohan ketika tampil di Piala Eropa 2020.
Meskipun sering dikritik terkait penampilannya di La Roja, Morata perlahan membuktikan perannya sebagai pemain kunci di tim itu. Striker Atletico Madrid itu menjadi penentu kemenangan Spanyol atas Portugal pada laga pamungkas Grup A2 Liga Nasional Eropa 2022-2023, Rabu (28/9/2022) dini hari WIB, di Stadion Municipal de Braga, Portugal.
Gol Morata pada menit ke-88 laga itu membawa La Roja memuncaki Grup A2 dan lolos ke semifinal. Spanyol akan menjalani semifinal beruntun dalam tiga ajang terakhirnya, yaitu Piala Eropa 2020, Liga Nasional Eropa 2020-2021, dan Liga Nasional Eropa 2022-2023.
Morata mengatakan, kolektivitas dan daya juang adalah kunci bagi Spanyol selalu berusaha tampil mengejar prestasi terbaik di setiap kejuaraan. ”Kami selalu berjuang sampai akhir dan berusaha menampilkan permainan lebih baik di setiap laga. Tim ini punya potensi besar,” ujar Morata kepada TVE.
Dibandingkan barisan striker Spanyol lainnya saat ini, Morata adalah pemain dengan jumlah penampilan dan gol terbanyak. Ia telah menghasilkan 27 gol dari 57 penampilan bersama La Roja.
Morata adalah contoh nyata buah keyakinan besar Enrique kepada seorang pemain yang diragukan banyak orang, tetapi justru menjadi sosok penting dalam beberapa tahun terakhir. (Jesus Mata)
Jumlah golnya itu setara Fernando Morientes, mantan striker Spanyol, yang berada di peringkat keenam pencetak gol terbanyak untuk Spanyol. Selain itu, Morata adalah pencetak gol tersubur Spanyol di era Enrique dengan torehan 13 gol.
Menurut Enrique, Spanyol beruntung karena tidak pernah kehabisan talenta pemain terbaik dalam dua dekade terakhir. Namun, ia mengingatkan, nyaris mustahil bagi La Roja mengulangi kembali era dominasi seperti satu dekade lalu.
Hanya saja, Enrique tetap optimistis skuad Spanyol saat ini bisa mencetak sendiri prestasi dan sejarah tanpa harus dibebani bayang-bayang kejayaan masa lalu.
”Kami menjadi tim kedua setelah Italia yang tampil di babak empat besar (Liga Nasional Eropa) beruntun. Saya sadar banyak keraguan dan kritik yang membayangi tim ini,. Akan tetapi, hal itu tidak akan memupus sedikitpun kepercayaan saya terhadap kualitas skuad ini,” tutur Enrique seperti dikutip Marca.
Dengan melaju ke semifinal ketiga di tiga kejuaraan terakhir mereka, Enrique mengakui, dirinya akan menghadapi dilema untuk menentukan 26 pemain yang akan dibawa ke Piala Dunia Qatar 2022. Setidaknya saat ini ada 40 pemain Spanyol yang amat pantas membela La Roja di Piala Dunia, akhir tahun ini.
”Semua pemain yang saya panggil telah menunjukkan sikap yang luar biasa ketika diberi kepercayaan tampil. Sekarang, kami memiliki pemain yang sangat banyak. Saya belum punya nama-nama pasti yang akan dibawa ke Qatar,” kata mantan pelatih Barcelona itu.
Sifat keras kepala
Jesus Mata, redaktur Marca, memuji sifat keras kepala Enrique yang bergeming dengan pilihan pemainnya, meskipun kerap dikritik. Langkah Enrique memanggil para pemain dari 18 klub berbeda justru menciptakan skuad La Roja yang tangguh dengan kedalaman skuad yang amat baik.
”Para pemain berlomba-lomba membalas kepercayaan Enrique untuk tampil baik setiap dimainkan. Morata adalah contoh nyata buah keyakinan besar Enrique kepada seorang pemain yang diragukan banyak orang, tetapi justru menjadi sosok penting dalam beberapa tahun terakhir,” kata Mata dalam kolomnya di Marca, kemarin.
Publik Spanyol pun langsung bergembira merayakan keberhasilan mereka mengalahkan Portugal di Braga. Kemenangan itu adalah yang pertama atas tuan rumah dalam laga kompetitif sejak 1934. Tiga media olahraga besar di Spanyol, yaitu Marca, Sport, dan Mundo Deportivo, menampilkan foto Morata dan Nico Williams di halaman muka koran edisi Rabu.
Menurut Diogo Jota, penyerang sayap Portugal, Spanyol tampil lebih efisien untuk mengonversi satu peluang emas menjadi gol yang menentukan hasil akhir. Jota mengatakan, timnya wajib bersatu dan mempelajari kesalahan dari performa mereka menyusul dua kekalahan pada dua laga krusial.
Tim ”Selecao das Aquinas”, julukan Portugal, juga dibekap Serbia, 1-2, di kandang sendiri pada kualifikasi Piala Dunia Rusia. Akibatnya, mereka harus susah payah meraih tiket ke Qatar melalui babak playoff.
”Kami harus belajar untuk memahami kesalahan apa yang telah kami lakukan di dua pertandingan bak final itu. Jika bisa mengatasi masalah itu, saya yakin kami bisa bermain dan meraih hasil lebih baik di Piala Dunia,” kata Jota. (AFP)