Di tengah ikhtiar membangun generasi baru Italia, Roberto Mancini membawa "Gli Azzurri" menembus semifinal Liga Nasional Eropa. Italia masih perlu melakukan pembenahan demi mengejar misi menjadi juara ajang itu.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·4 menit baca
BUDAPEST, SELASA - Di tengah lara yang menyelimuti sepak bola Italia karena kegagalan lolos ke Piala Dunia Qatar 2022, pasukan Pelatih Roberto Mancini bisa meraih pelipur masa kelam itu dengan merebut tiket ke semifinal Liga Nasional Eropa 2022-2023. Meskipun bisa unggul pada persaingan di Grup A3, “Gli Azzurri” masih punya kelemahan yang perlu segera ditemukan solusinya.
Italia memastikan menjadi juara Grup A3 setelah membawa pulang kemenangan 2-0 dari kandang Hongaria, Arena Puskas, di Budapest, Selasa (27/9/2022) dini hari WIB. Tembakan Giacomo Raspadori ketika laga baru berjalan 27 menit serta sontekan Federico Dimarco pada menit ke-52 menjadi penentu kemenangan Italia.
Hasil itu membawa Gli Azzurri menggeser Hongaria di puncak Grup A3. Italia mengemas 11 poin di klasemen akhir, sedangkan Hongaria turun di peringkat kedua dengan koleksi 10 poin. Italia mencetak sejarah sebagai tim pertama yang lolos ke semifinal Liga Nasional Eropa pada dua edisi beruntun. Pada Liga Nasional Eropa 2020-2021, Leonardo Bonucci dan kawan-kawan hanya merebut predikat peringkat ketiga setelah mengalahkan Belgia.
Melaju ke semifinal membuat Italia memiliki peluang untuk mengangkat trofi pada Juni 2023. Babak semifinal dan final Liga Nasional Eropa akan berlangsung di Belanda. Negara itu, Kroasia, serta juara Grup A2 yang akan diperebutkan Portugal dan Spanyol pada laga Rabu (28/9/2022) dini hari WIB, di Braga, akan menjadi pesaing utama Gli Azzurri untuk merebut trofi pertama di ajang Liga Nasional Eropa.
Menurut Mancini, lolos ke “final four” Liga Nasional Eropa sedikit menghapus luka karena gagal tampil di Qatar. “Lolos ke semifinal mungkin belum terasa pengaruhnya saat ini. Akan tetapi, di bulan Juni kami akan merasakan capaian ini adalah sesuatu yang baik bagi perkembangan tim Italia baru ini,” kata Mancini dilansir La Gazzetta dello Sport, media Italia.
Mancini menambahkan, penampilan anak asuhannya yang bisa meraih kemenangan dari Budapest tidak lepas dari dukungan ribuan pendukung Italia yang hadir langsung di Arena Puskas. Mantan pelatih Inter Milan itu berterima kasih atas dukungan suporter yang tetap berada di sisi Gli Azzurri pada masa sulit saat ini.
“Fans sangat luar biasa. Mereka tak pernah berhenti bernyanyi dan meneriakan dukungan sejak laga dimulai hingga akhir di Hongaria. Kami juga mengapresiasi tepuk tangan mereka atas perjuangan tim,” ujarnya.
Gianluigi Donnarumma, kiper Italia, menyambut positif keberhasilan timnya menembus semifinal. Menurut pemain Paris Saint-Germain itu, laga melawan Hongaria, yang wajib dimenangkan Italia, menghadirkan kembali antusiasme di dalam tim yang sempat memudar menyusul kegagalan lolos ke Piala Dunia 2022.
“Tidak ada yang bisa menyembuhkan luka terbuka karena tidak bisa bermain di Piala Dunia, tetapi tim ini butuh percikan api semangat untuk bangkit. Lolos ke semifinal Liga Nasional Eropa sangat penting untuk kebangkitan kami dan kami akan berjuang memenangkan semifinal,” tutur Donnarumma yang melakukan enam penyelamatan di Budapest.
Pelatih Hongaria Marco Rossi menganggap timnya nyaris membuat kejutan, tetapi mereka dihukum oleh Italia karena melakukan dua kesalahan yang berbuah gol. Dari enam laga di Grup A3, Hungaria menelan kekalahan dari dua duel menghadapi Gli Azzurri. “Ketika menghadapi tim seperti Italia, Anda haram melakukan kesalahan. Kami telah menciptakan sejumlah peluang, tetapi upaya kami digagalkan kiper terbaik di dunia, Donnarumma,” ucap Rossi.
Pembenahan berlanjut
Meskipun telah lolos dari grup maut, yang melibatkan pula Jerman dan Inggris, Mancini menegaskan, pembenahan Italia belum masih jauh dari kata usai. Banyak sisi permainan Italia yang perlu dibenahi, salah satunya untuk bisa mempertahankan bola lebih baik. Mancini bahkan sampai kehabisan suara untuk berteriak karena geram dengan performa anak asuhannya di akhir babak kedua yang gagal menjaga bola lebih lama. Pada laga melawan Hongaria, Italia hanya mencatatkan 46 persen penguasaan bola.
Membangun tim baru ini masih terus berlanjut. Kami akan terus mencoba mencari formula terbaik agar tim ini bisa semakin baik, termasuk dengan formasi 3-5-2. (Roberto Mancini)
Secara umum, di fase penyisihan grup Liga Nasional Eropa musim ini, Gli Azzurri cuma mengoleksi rerata 44 persen penguasaan bola dan menghasilkan tingkat akurasi operan 82 persen per pertandingan. Statistik itu menunjukkan ada penurunan tajam dari performa Italia dibandingkan ketika menjadi juara Piala Eropa 2020.
Italia bisa menjadi raja Eropa berkat koleksi rerata 54 persen penguasaan bola dan mencatatkan 87 persen akurasi umpan per laga di Piala Eropa 2020 yang digelar 2021 lalu. Untuk menyiasati minimnya kontrol terhadap bola, Mancini mencoba menghadirkan keseimbangan lebih baik dengan menggunakan formasi 3-5-2 di dua laga pamungkas fase grup Liga Nasional Eropa.
Sebelumnya, Mancini sangat mengandalkan taktik 4-3-3. Formasi itu menjadi ramuan sukses Italia sebagai juara Piala Eropa. “Membangun tim baru ini masih terus berlanjut. Kami akan terus mencoba mencari formula terbaik agar tim ini bisa semakin baik, termasuk dengan formasi 3-5-2,” kata Mancini.
“Banyak pemain telah memahami formasi baru itu karena bermain dengan formasi itu di klub. Selain itu, formasi itu membuat dua penyerang bermain lebih dekat dibandingkan 4-3-3, lalu bek sayap bisa lebih aktif menekan lawan,” ungkap Mancini kemudian.
Selain itu, juru taktik berusia 57 tahun itu juga tengah berusaha melakukan regenerasi skuad Gli Azzurri. Pemain berusia di bawah 25 tahun, seperti Dimarco, Raspadori, dan Gianluca Scamacca, bersama penyerang remaja, Wilfried Gnonto, menjadi andalan baru Mancini. (AFP)