Tekad Quartararo Gaspol di Motegi
Persaingan juara MotoGP 2022 menyisakan lima seri dengan tiga pebalap teratas dalam rentang 17 poin. Kondisi ini dinilai menyenangkan oleh juara bertahan Fabio Quartararo, meskipun tantangannya sangat berat.
MOTEGI, KAMIS – Fabio Quartararo tetap berpikir positif meskipun kini hanya unggul 10 poin atas Francesco Bagnaia dalam persaingan juara MotoGP. Pebalap tim Monster Energy Yamaha itu pun bertekad meraih poin maksimal di Sirkuit Twin Ring Motegi, Jepang, akhir pekan ini, untuk menutup kegagalan meraih poin di Aragon. Persaingan semakin ketat karena Aleix Espargaro di posisi ketiga, hanya terpaut 17 poin dari Quartararo. Pebalap Aprilia itu bisa menjadi "kuda hitam" karena kini dia hanya berusaha menikmati balapan, tanpa terbebani target juara.
Quartararo berharap bisa minimal mengulang pencapaian musim 2019, saat dia finis di posisi kedua di belakang Marc Marquez. Dalam balapan terakhir di Motegi itu, mereka bersaing sengit sejak awal balapan. Quartararo pun menunjukan kelihaiannya memaksimalkan potensi YZR-M1 untuk mencetak pace yang kompetitif. Persaingan juga melibatkan pebalap Ducati Andrea Dovizioso, yang meraih podium ketiga.
Setelah musim rookie Quartararo itu, MotoGP baru kembali ke Jepang musim ini, karena pandemi Covid-19 sudah mereda. Quartararo pun berharap aspal di Twin Ring masih sama, dengan daya cengkeram bagus. Sedangkan, potensi cuaca buruk yang memungkinkan balapan dalam kondisi basah, tidak meresahkan Quartararo karena dia bisa tetap cepat di trek basah seperti saat finis kedua di Sirkuit Mandalika, 20 Maret lalu.
Jika Quartararo mampu meraih poin lebih banyak dibandingkan Bagnaia dan Espargaro, gelar juara dunia berpotensi ditentukan dalam seri terakhir di Valencia. Saat ini, ketiga pebalap itu berada dalam rentang 17 poin dengan sisa lima balapan, yaitu seri Jepang, Thailand, Australia, Malaysia, dan Valencia. Persaingan juara juga masih terbuka bagi Enea Bastianini di peringkat keempat. Namun, peluang pebalap Gresini Racing itu relatif kecil karena memiliki selisih 48 poin dari Quartararo.
"Menurut saya, saat ini, dengan 17 poin di antara kami bertiga, saya tidak akan mengatakan ini seperti awal musim, di mana semua pebalap tancap gas mati-matian. Namun, saya pikir kami bertiga, termasuk Enea, menginginkan gelar juara. Namun, dengan hanya 17 poin di antara kami bertiga, artinya kami akan mendorong diri kami hingga maksimal, dan menurut saya ini menyenangkan," ungkap Quartararo dalam konferensi pers di Motegi, Kamis (22/9/2022).
Persaingan akhir pekan ini berpotensi dipengaruhi oleh cuaca akibat topan yang melanda Jepang. Balapan pada Minggu (25/9), berpotensi berlangsung dalam kondisi trek basah. Namun, Quartararo tidak khawatir, karena Motegi memiliki daya cengkeram bagus. Hal itu dibuktikan dalam balapan 2017 saat Marquez dan Dovizioso bersaing meraih podium tertinggi dalam kindisi trek basah. Quartararo pun percaya diri karena sudah memperbaiki kelemahannya saat balapan di trek basah. Salah satu pencapaian Quartararo yang mengesankan adalah saat meraih podium kedua dalam balapan di Mandalika yang sempat diguyur hujan lebat.
"Semakin tinggi daya cengkeram di lintasan akan semakin bagus bagi kami, dan Mandalika sangat bagus. Jadi, tidak ada alasan untuk takut dengan balapan basah. Tentu saja, saya lebih menikmati saat trek kering, tetapi tidak ada masalah dengan hujan," tegas Quartararo.
Dalam kondisi trek kering, Quartararo optimistis bisa memeras seluruh potensi YZR-M1 untuk meraih kemenangan. Selama ini, dirinya bisa menemukan celah untuk tetap kompetitif, seperti di trek-trek yang sulit bagi Yamaha, seperti di Red Bull Ring. Sirkuit Motegi pun memberi peluang M1 bekerja dengan baik, karena ada tikungan-tikungan dengan pengereman keras.
Baca juga : Bagnaia Tidak Inginkan "Team Order"
"Di setiap trek kami kompetitif. Jika anda memeriksa hasil di Red Bull Ring dan juga Aragon, di mana dulu saya tidak pernah kompetitif di sana, kali ini saya memiliki pace yang sangat kuat tetapi sayangnya balapan saya (di Aragon) berakhir sangat cepat," ujar Quartararo.
"Menurut saya dalam hal pace, tidak ada trek di mana kami tidak cepat. Namun, tentu saja, ada sejumlah kesulitan seperti mendahului, tetapi saya pikir trek ini (Motegi) cukup bagus. Saya bisa sangat cepat di sini dahulu dan saya menantikan bisa kembali karena saya memiliki sejumlah kenangan yang sangat bagus di sini," lanjut pebalap berjuluk El Diablo itu.
Namun, dua musim tanpa balapan di Motegi juga diikuti dengan perubahan pada motor-motor MotoGP. Yamaha mungkin tidak berubah banyak dalam hal kecepatan puncak, tetapi motor pabrikan lainnya semakin kompetitif. Motor Ducati kini sudah jauh lebih baik dalam menikung tanpa kehilangan kecepatan puncak, Aprilia yang masih memegang hak konsesi juga mulai memetik buah pengembangan RS-GP yang dipacu oleh Aleix Espargaro dan Maverick Vinales.
Pebalap asal Spanyol itu merupakan salah satu dari sembilan pebalap MotoGP yang minimal dua kali balapan di Motegi dalam kelas elite. Sedangkan, pebalap lainnya rata-rata baru sekali seperti Quartararo dan Bagnaia. Pebalap lain seperti Bastianini dan Luca Marini baru akan balapan di Twin Ring dengan motor MotoGP pada musim ini. Namun, Espargaro menilai, pengalaman dirinya di Motegi dengan motor MotoGp tidak akan berpengaruh banyak.
Baca juga : Peluang Besar Quartararo di Motegi
"Saya kemarin menonton balapan 2019 dan Fabio menjalani balapan yang sangat bagus, selalu hanya satu detik dari Marc dalam tahun rookie-nya, di mana itu sulit dilakukan. Pecco (Bagnaia) juga balapan sekali di sini. Namun, kami semua pernah balapan di sini dalam kelas kecil. Jadi, kami mengenal trek ini," ujar Espargaro.
Menurut Espargaro, faktor pembeda adalah perubahan pada motor, dan pengembangan perangkat tambahan seperti pengatur ketinggian motor untuk start dan menikung. "Motor-motor berubah sangat banyak sejak 2019, kami memiliki perangkat-perangkat baru di motor, kami memiliki carcass (lapisan pembungkus) pada ban-ban Michellin. Jadi, menurut saya itu akan menjadi sesuatu yang baru bagi semua pebalap," tegas Espargaro.
Pebalap berusia 33 tahun itu, kini sedang menikmati musim terbaiknya di MotoGP seiring dengan kesuksesan pengembangan Aprilia RS-GP. Dia menempati posisi ketiga dan berpeluang meraih gelar juara, sesuatu yang tidak pernah dia miliki sejak bersaing di kelas elite. Dia mengakui, awalnya dia merasa tertekan karena menyadari bisa meraih gelar juara. Namun, kini dia menjalani balapan dengan lebih santai, hanya menikmati balapan, tanpa memikirkan gelar juara.
Dengan hanya 17 poin di antara kami bertiga, artinya kami akan mendorong diri kami hingga maksimal, dan menurut saya ini menyenangkan.
"Pada awalnnya, atau mulai pertengahan musim saat saya mulai finis di podium dalam setiap balapan, saya mulai merasakan tekanan karena saya menyadari bahwa ada peluang untuk bersaing meraih gelar juara di akhir musim," ungkap Espargaro.
"Namun, sekarang saya mulai lebih rileks, saya sangat menikmati balapan tahun ini, bersama dengan keluarga saat saya balapan atau tidak balapan. Setiap menit dalam tahun ini tidak akan saya lupakan dalam hidup saya. Itulah mengapa saya rileks dan saya tahu saya akan memiliki peluang saya. Jadi, saya hanya berusaha melakukan hal yang sama seperti yang saya lakukan di Qatar, tidak melakukan kesalahan, menikmati balapan sebanyak mungkin, dan rileks," tegas Espargaro.