Pelatih asal Serbia, Milos Pejic, kembali ke timnas dengan segudang ambisi. Dia ingin memulai era baru timnas dengan mengorbitkan para pemain muda.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sempat pulang ke Serbia setelah Piala Asia FIBA 2022, Milos Pejic kembali memimpin pemusatan latihan nasional tim bola basket Indonesia. Pejic berambisi membangkitkan prestasi timnas dalam tiga tahun ke depan. Pebasket muda akan dijadikan fondasi dari ambisi besarnya.
Pelatih asal Serbia itu berkata, Piala Asia adalah salah satu fase tersulit baginya. Dia harus memimpin timnas bola basket tiba-tiba karena Rajko Toroman mengundurkan diri seminggu jelang laga pembuka. Pejic awalnya hanya ditugasi membantu Toroman di Piala Asia meskipun sempat dipercaya sebagai pelatih kepala di SEA Games Vietnam 2021.
Pejic sulit memproses kejadian itu sebab dia sangat dekat dengan Toroman. Keduanya sama-sama berasal dari Serbia. Pejic juga merupakan mantan anak asuh Toroman. Namun, di detik-detik terakhir, dia lebih dipercaya memimpin timnas di Piala Asia karena sukses meraih emas SEA Games, dua bulan sebelumnya.
Banyak keraguan Pejic akan bertahan setelah drama itu. Namun, dia ternyata memutuskan memimpin timnas lagi selama tiga tahun ke depan. ”Saya kembali karena belum puas dengan satu emas di SEA Games. Saya masih ingin meraih prestasi lain bersama timnas,” katanya seusai sesi latihan pagi timnas di GBK Arena, Jakarta, Rabu (21/9/2022).
Mantan pelatih Satria Muda Pertamina Jakarta itu menambahkan, timnas akan sulit berkembang jika berganti nakhoda setiap 2-3 tahun. Karena itu, dia ingin melanjutkan warisan program dan sistem dari proyek Toroman yang sudah dimulai sejak 2019. ”Yang baik akan dipertahankan. Tentu ada penyesuaian dengan gaya saya,” ujarnya.
Dalam era barunya, Pejic fokus membangun masa depan. Visi itu terlihat dalam persiapan timnas menuju SEA Games Kamboja 2023 saat ini. Sebanyak 20 pemain yang dipanggil ke pelatnas mayoritas berusia 18-22 tahun. Pemain paling senior dalam tim adalah Widyanta Putra Teja (25).
Sejumlah 15 pemain akan terpilih untuk berlatih di Impact Basketball, Los Angeles, Amerika Serikat, mulai awal Oktober. Program ke AS itu bertujuan untuk meningkatkan keterampilan individu pemain. Mereka akan berlatih selama dua bulan dengan para pemain lokal AS di tempat pelatihan yang sering dikunjungi pemain NBA itu.
Menurut Pejic, cara terbaik mengejar level Asia adalah mengakselerasi pertumbuhan pemain muda. Timnas tidak bisa berharap banyak terhadap pemain veteran, seperti Andakara Prastawa ataupun Arki Wisnu, untuk berkembang pesat. Fokus pun dialihkan ke pebasket muda.
”Jangka panjangnya adalah meningkatkan kualitas bola basket Indonesia. Kami ingin melompat untuk lebih baik dari sebelumnya. Semua itu bermula dari tim muda, lalu ke senior. Ini adalah grup yang kami harapkan mengisi skuad pada masa depan,” papar Pejic, yang pernah melatih timnas U-18 Iran.
Beberapa pemain dari skuad muda saat ini diharapkan sudah siap tampil di SEA Games ataupun Asian Games tahun depan. Ada pemain yang sudah pernah membela timnas senior, seperti guard Yudha Saputera (23) dan Muhamad Arighi (23). Ada juga pemain yang baru pertama dipanggil, antara lain Antoni Erga (22) dan Fernando Manansang (20).
Pejic sudah mengenal nyaris seluruh pemain muda tersebut. Dia sempat menjabat pelatih Indonesia Patriots, atau timnas muda yang berlaga di Liga Bola Basket Indonesia (IBL) 2022. Menurut rencana, Pejic juga akan kembali memimpin Patriots di IBL 2023.
Saya kembali karena belum puas dengan satu emas di SEA Games. Saya masih ingin meraih prestasi lain bersama timnas.
Widy menilai, momentum pergantian pelatih ini merupakan saat yang tepat untuk regenerasi. ”Ini kesempatan buat yang muda-muda untuk unjuk gigi. Karena sebelumnya timnas pemain seniornya pasti lebih banyak. Kami harus bisa mengejar jarak ketinggalan dari para senior dengan program seperti ini,” ucapnya.
Di sisi lain, Widy mulai merasakan beberapa penyesuaian dalam sistem di era Pejic. Mereka mulai dilatih menyerang balik dengan transisi cepat dalam dua pekan awal pelatnas. Gaya bermain cepat itu tidak dilatih dalam kepemimpinan Toroman.
”Coach Toro, kan, lebih ke set play. Coach Milos mungkin melihat komposisi pemain sekarang yang lebih banyak pemain muda. Mungkin mau main cepat dengan fast break. Memang yang paling cocok dengan kita, ya, seperti itu. Susah main set play melawan tim Asia,” tutur Widy.
Kelemahan dari sistem bermain lambat terlihat jelas di Piala Asia. Timnas kesulitan mencetak poin ketika melawan tim yang punya pertahanan kokoh, seperti Australia dan China. Apalagi, saat pemain naturalisasi Marques Bolden dimatikan.
Efektivitas permainan cepat diperlihatkan oleh tim Jepang. Mereka bisa merepotkan lawan yang lebih tinggi dan atletis berkat gaya bermain cekatan itu. Adapun Indonesia dan Jepang mirip dari segi ukuran pemain. Hanya saja, pemain timnas masih kalah tangkas dan terampil.
Pejic menyatakan, sistem bermain timnas kali ini akan diciptakan untuk memaksimalkan seluruh pemain, tidak hanya untuk Bolden. Mengingat Bolden belum tentu selalu bisa membela timnas, terutama jika sedang terikat kontrak dengan klub NBA. ”Semua pemain punya tugas penting dalam sistem ini,” ucapnya.