Indonesia Perkenalkan Bacuya, Maskot Resmi Piala Dunia U-20
Bacuya yang berwujud badak bercula satu menjadi simbol generasi muda sebagai kelompok yang akan mempertahankan Indonesia di kemudian hari. Cahaya dari culanya menyiratkan harapan terhadap generasi emas Indonesia.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Setelah meluncurkan logo resmi Piala Dunia U-20 bulan lalu, Indonesia kali ini memperkenalkan maskot resmi acara tersebut, Minggu (18/9/2022), di Jakarta. Satwa langka badak bercula satu dipilih sebagai maskot yang diberi nama Bacuya. Maskot itu membawa pesan kepada khalayak tentang pentingnya merawat kelestarian alam dan gaya hidup sehat dengan berolahraga.
Bacuya merupakan kepanjangan dari badak cula cahaya. Maskot setinggi 180 sentimeter itu berkulit merah dan bercelana putih, warna yang melambangkan bendera nasional Indonesia. Bacuya mengenakan sarung tangan kiper, sedangkan di culanya mengeluarkan kilatan cahaya.
Badak ini sebagai defender (pemain bertahan). Kita ibaratkan si badak ini seperti generasi muda Indonesia yang kelak akan mempertahankan negeri ini di masa depan. Di culanya itu mengeluarkan cahaya, itu simbol cahaya harapan baru dari generasi muda yang akan datang.
”Badak ini sebagai defender (pemain bertahan). Kita ibaratkan si badak ini seperti generasi muda Indonesia yang kelak akan mempertahankan negeri ini di masa depan. Di culanya itu mengeluarkan cahaya, itu simbol cahaya harapan baru dari generasi muda yang akan datang,” tutur Pimpinan Proyek Komite Penyelenggara Lokal Piala Dunia U-20, Maaike Ira Puspita, setelah acara peluncuran maskot di kawasan Monumen Nasional (Monas), Jakarta.
Sebelum dibawa ke Monas, Bacuya lebih dulu diperlihatkan di hadapan ribuan masyarakat yang tengah berolahraga di Bundaran Hotel Indonesia (HI). Dari sana, rombongan bergerak ke arah Monas. Kawasan Bundaran HI dipilih karena sejalan dengan misi Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) dan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) yang hendak mengampanyekan gaya hidup sehat dengan berolahraga.
Selain itu, di Bundaran HI terdapat patung selamat datang. Patung itu dinilai tepat sebagai simbol penyambutan terhadap 24 negara peserta Piala Dunia U-20 yang akan bergulir pada 20 Mei-11 Juni 2023. Indonesia menyiapkan enam kota sebagai kota penyelenggara, yaitu Jakarta, Bandung, Surabaya, Palembang, Solo, dan Denpasar.
Dalam kesempatan ini, Direktur Turnamen FIFA Jaime Yarza mengaku terpukau menyaksikan antusiasme masyarakat Indonesia dalam menyambut Piala Dunia U-20. Kegemaran masyarakat Indonesai terhadap sepak bola, kata Jaime, juga yang membuat FIFA memilih Indonesia sebagai tuan rumah.
”Maskot ini simbol dari kecintaan terhadap alam dari Indonesia. Ini merepresentasikan nilai-nilai olahraga dan saling menghargai semua orang. Bacuya diharapkan menginspirasi generasi muda terhadap sepak bola. Bahwa olahraga ini menjadi salah satu jalan hidup sehat dan sekaligus menghargai kelestarian alam, termasuk satwa,” katanya.
Selain menghadiri peluncuran maskot, Yarza juga mengikuti rapat penting persiapan penyelenggaraan Piala Dunia U-20 bersama PSSI dan Pemerintah Indonesia. Ia melihat panitia lokal dan pemerintah telah bekerja keras untuk mempersiapkan turnamen.
Dari apa yang dipaparkan panitia, persiapan berjalan baik dan sesuai rencana. Namun, memang ada sedikit perbaikan yang perlu dilakukan terkait dengan arena pertandingan.
”Bulan depan menjadi kunci kematangan persiapan. Tapi itu biasa. Ada beberapa negara yang butuh beberapa bulan terakhir mempersiapkan dan berjalan lancar,” ujar Yarza.
Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali menyampaikan, Indonesia akan berusaha semaksimal mungkin mempersiapkan segala kebutuhan penyelenggaraan Piala Dunia U-20 demi memberikan kesan yang baik. Ia berharap dukungan dari masyarakat untuk menyukseskan penyelenggaraan turnamen. Semua itu agar Indonesia mendapat kepercayaan FIFA untuk menyelenggarakan turnamen yang lebih besar lagi ke depannya.
”Hospitality akan kita maksimalkan di beberapa tempat yang sudah disiapkan. Sebenarnya kita sudah siap sejak 2021. Namun, karena ada pandemi, jadi ditunda. Nah, karena ada jeda, kita izinkan fasilitas-fasilitas yang ada bisa digunakan, baik itu arena utama atau lapangan-lapangan latihan. Tentu ada yang perlu kita perbaiki, tetapi itu minor,” tutur Zainudin.