Sirkuit Monza selalu sulit bagi Red Bull dan Max Verstappen, hingga tidak pernah memenangi Formula 1 seri Italia itu. Namun, kini, mereka dalam momentum positif untuk mengakhiri delapan musim tanpa kemenangan di Monza.
Oleh
AGUNG SETYAHADI
·5 menit baca
MONZA, JUMAT — Sirkuit Monza menjadi satu trek ikonik yang belum pernah dikuasai oleh pemuncak klasemen Formula 1 musim ini, Max Verstappen. Pebalap andalan Red Bull Racing itu selalu gagal finis terdepan sejak promosi ke F1 pada 2015. Bahkan, terakhir kali Red Bull menang di Monza pada sembilan tahun lalu, yang diraih oleh Sebastian Vettel pada 2013. Musim ini, Red Bull memiliki peluang terbaik untuk memuncaki Monza berkat performa Verstappen serta mobil RB18 yang solid.
Verstappen menuju ke Monza untuk mengikuti Grand Prix Italia, akhir pekan ini, dengan bekal performa yang sangat meyakinkan. Dia memetik empat kemenangan beruntun, terakhir di Zandvoort, Belanda, yang juga menjadi kemenangan ke-10 musim ini. Dia mampu mendominasi balapan berkat kelihaiannya memakasimalkan potensi mobil, serta kejelian tim Red Bull dalam meracik taktik balapan. Dominasi Verstappen dan Red Bull musim inimenempatkan mereka dalam puncak klasemen pebalap dan konstruktor.
Verstappen kini memimpin perburuan gelar juara F1 dengan 310 poin, unggul 109 poin atas pebalap Ferrari, Charles Leclerc, di posisi kedua. Adapun Red Bull memuncaki klasemen konstruktor dengan 511 poin, unggul 135 poin atas Ferrari di posisi kedua, serta 165 poin di atas Mercedes di peringkat ketiga.
Monza yang berkarakter cepat dan mengalir selalu dodiminasi oleh Mercedes dalam delapan musim sebelumnya. Pebalap andalan mereka, Lewis Hamilton, meraih lima kemenangan beruntun, 2014-2018. Hamilton pun memegang rekor kemenangan terbanyak di F1 seri Italia bersama dengan Michael Schumacher.
Red Bull selalu mengalami kesulitan di Monza karena mobil mereka sebelumnya kalah dalam kecepatan puncak dibandingkan dengan Mercedes dan Ferrari, terutama pada musim 2019 dan 2020. Kerena peluang menang yang kecil itu, Red Bull sering memilih mengambil penalti penggantian mesin di Monza.
Musim lalu, Red Bull sebenarnya memiliki mobil yang kompetitif, dan Verstappen berpeluang memenangi balapan. Namun, dia mengalami kecelakaan dengan Hamilton, hingga keduanya keluar balapan. Musim ini, Hamilton mengalami kendala dengan mobil W13 yang terbelenggu oleh porpoising.
Persaingan akhir pekan ini di Monza, 9-11 September, akan terjadi antara para pebalap Red Bull, Verstappen dan Sergio Perez, dengan para pebalap Ferrari, Leclerc dan Carlos Sainz Junior. Bagi Ferrari, ini balapan yang harus dimenangi karena berlangsung di depan tifosi tim ”Kuda Jingkrak”. Ini merupakan kesempatan membayar hasil memalukan di Sirkuit Imola pada GP Emilia Romagna, April lalu, saat Verstappen dan Perez meraih podium pertama dan kedua, Leclerc hanya finis keenam dan Sainz gagal menyelesaikan balapan.
Peluang Red Bull menang di Monza sangat besar dengan performa RB18 yang unggul di trek lurus panjang ketimbang Ferrari. Performa itu dikuatkan dengan hasil balapan di Spa-Francorchamps, Belgia, saat Verstappen dan Perez finis di posisi satu dan dua, sedangkan Sainz ketiga.
”Saya senang berdiri di podium di mana saja, tetapi trek ini tidak pernah bagus bagi kami. Kami tidak memiliki kecepatan puncak. Memang, di beberapa trek, Anda bisa mengompensasi itu dengan sayap yang lebih rendah, tetapi di sinisemua berusaha menggunakan low-downforce. Jadi, Anda terjebak pada itu,” ungkap Verstappen.
Hal itulah yang menurut Verstappen membuat Red Bul tidak bisa kompetitif diMonza. Selain itu, trek ini digunakan timnya untuk mengambil penalti penggantian mesin dan komponen lainnya sehingga tidak membantu untuk meraih podium.
”Tahun ini, kami memiliki peluang bagus dan jika Anda melihat mobil kami di sepanjang musim ini, kami juga bagus di trek lurus,” tegas pebalap asal Belanda itu optimistis.
Saya senang berdiri di podium di mana saja, tetapi trek ini tidak pernah bagus bagi kami. Kami tidak memiliki kecepatan puncak.
Verstappen berpeluang meraih kemenangan kelima beruntun musim ini jika akhir pekan balapan di Monza berjalan lancar. Red Bull memang sedang dalam momentum terbaik, tetapi beberapa kali mereka masih mengalami masalah kerusakan, seperti girboks Verstappen rusak dalam sesi latihan pertama di Zandvoort. Kendala kerusakan RB18 memang sudah tidak sesering pada beberapa seri di awal musim 2022, dan itu membuat performa Verstappen konsisten. Faktor lain yang membuat RB18 kompetitif di trek lurus adalah keberhasilan Red Bull mengurangi bobot mobil.
”Di awal tahun ini, dengan mobil yang sedikit kelebihan bobot, itu membuat sulit untuk mendapatkan keseimbangan mobil. Namun, seiring dengan penurunan bobot mobil, khususnya dalam beberapa balapan terakhir, sangat bagus bagi kami,” ujar Verstappen.
”Sekarang sepertinya kami memahami bagaimana bisa tampil baik di setiap trek, di beberapa trek lebih baik dibandingkan yang lainnya. Dalam hal poin yang diraih itu sangat bagus, tetapi kami tahu masih ada banyak balapan tersisa di mana kami juga perlu mencetak poin,” lanjut pebalap berusia 24 tahun itu.
Peluang persaingan
Target meraih hasil maksimal juga menjadi fokus rekan setim Verstappen, Sergio Perez, yang berada di peringkat ketiga klasemen dengan poin sama dengan Leclerc, 201. Pebalap asal Meksiko itu yakin persaingan podium akan sangat ketat meskipun RB18 memiliki keunggulan. Dia menilai, Monza sedikit berbeda dengan Spa, terutama kondisi cuaca yang berpotensi menentukan detail kemenangan. Hujan diperkirakan mengguyur Monza pada Jumat (9/9/2022) ini, saat sesi latihan bebas pertama dan kedua.
”Saya berharap kami akan memiliki pace yang mirip dengan apa yang kami tunjukkan di Spa. Hal itu akan bagus, tetapi saya yakin trek ini sedikit berbeda dengan Belgia, terutama cuaca. Jadi akan menarik untuk melihat bagaimana kami bisa tampil baik. Sebagai contoh, Mercedes pada akhir pekan lalu sangat bagus, khususnya dengan laju keausan ban. Jadi, ini akan menjadi sesuatu yang menarik pada hari Minggu,” jelas Perez kepada Formula 1, Kamis (8/9/2022).
”Kami memiliki mobil yang cukup efisien dalam hal kecepatan di trek lurus, dan ya, kami menunjukkan itu di Spa. Semoga di Monza juga. Kami cenderung lebih menyukai sayap dengan downforce lebih rendah sehingga performa mobil akan lebih baik ketika kami menggunakan sayap yang lebih kecil. Semoga itu akan kembali menjadi sesuatu yang bagus di sini,” ujar Perez.