Festival Catur Japfa 2022 Gelorakan Kembali Semangat Pembinaan
Setelah vakum akibat pandemi Covid-19, Festival Catur Japfa kembali digelar pada 10-14 September 2022 di Jakarta. Ajang itu diharapkan bisa menggelorakan lagi semangat pembinaan catur nasional.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Setelah vakum akibat pandemi Covid-19, Festival Catur Japfa akan kembali digelar pada 10-14 September ini di Gedung Serbaguna Senayan, Jakarta. Ajang dua tahunan yang terakhir kali dilaksanakan pada 2018 silam itu diharapkan bisa menggelorakan lagi semangat pembinaan di tengah minimnya dukungan pemerintah dan sponsor untuk catur serta rendahnya minat anak muda menggeluti olahraga adu otak tersebut.
”Kami bersyukur kerja sama dengan Japfa bisa terus berjalan sejak pertama kali festival ini digelar pada 1998. Tidak mudah untuk menjalin kerja sama selama 24 tahun tersebut. Sebab, di Indonesia, catur bukan olahraga populer seperti sepak bola. Jangankan sponsor, pemerintah pun kurang berminat untuk mendukung catur. Semoga festival kali ini bisa lebih menarik dan meriah, apalagi sudah lama vakum karena pandemi,” ujar Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Catur Seluruh Indonesia (PB Percasi) Grand Master/GM Utut Adianto dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (8/9/2022).
Utut mengatakan, dalam membina olahraga, khususnya catur, yang paling dibutuhkan adalah kerja sama fundamental antara pengurus cabang dan pemerintah ataupun sponsor. Itu maksudnya kerja sama menyeluruh dari tahap mendidik atlet yunior, pembinaan berjenjang, evaluasi, hingga akhirnya bisa melahirkan juara atau GM baru.
Sebab, tidak mudah untuk mencetak juara atau GM baru. Prosesnya panjang, tidak bisa instan. Kita ada banyak atlet muda, tetapi untuk menjadi bintang itu tidak gampang.
”Sebab, tidak mudah untuk mencetak juara atau GM baru. Prosesnya panjang, tidak bisa instan. Kita ada banyak atlet muda, tetapi untuk menjadi bintang itu tidak gampang,” kata Utut yang pernah menjadi GM super atau GM dengan elo rating di atas 2.600 tahun 1995-1999 tersebut.
Berkaca pada India, negara berjuluk ”Anak Benua” itu sudah maju pesat di atas Indonesia. Kini, mereka telah memiliki sedikitnya 75 GM dan 124 master internasional (IM). Sejumlah GM dari India tergolong GM super, antara lain lima GM super dengan elo rating mencapai 2.700. Sementara, Indonesia mempunyai delapan GM termasuk beberapa yang telah meninggal dunia dan puluhan IM. Saat ini, GM terbaik dari Indonesia adalah GM Susanto Megaranto dengan elo rating 2.533.
”Yang membedakan India dengan Indonesia adalah dukungan kuat pemerintah. Di India, setiap bupatinya bisa membina lima pecatur putra dan lima pecatur putri. Di Indonesia, pemerintah daerahnya lebih suka dengan sepak bola karena melibatkan massa yang besar. Di Indonesia, tidak mungkin pemerintah mendukung catur karena arah politiknya berorientasi kepada elektoral (pemilih),” tegas Utut.
Walau berat, Utut memastikan, sistem pembinaan catur Indonesia sudah berada pada jalur yang benar. Setidaknya, hasil Olimpiade Catur 2022 di Chennai, India, 28 Juli-9 Agustus sebagai buktinya. Tim putra Indonesia bisa berada di urutan ke-34 dari 188 tim. Capaian itu jauh lebih baik dibandingkan peringkat ke-57 dari 185 dalam Olimpiade Catur 2018 di Batumi, Georgia, dan peringkat ke-62 dari 180 tim dalam Olimpiade Catur 2016 di Baku, Azerbajian.
Adapun tim putri Indonesia berada di urutan ke-24 dari 162 tim dalam Olimpiade Catur 2022. Capaian itu jauh lebih baik daripada peringkat ke-35 dari 151 dalam Olimpiade Catur 2018 dan peringkat ke-63 dari 142 tim dalam Olimpiade Catur 2016.
”Kami terus berusaha lebih baik dan menerima berbagai masukan positif, termasuk menerima usulan dari pelatih-pelatih asing untuk membeli super komputer guna membantu pembinaan pecatur pelatnas (pemusatan latihan nasional). Secara keseluruhan, pembinaan yang dilakukan Percasi sudah on the track. Hanya saja, orang yang melihatnya kadang tidak sabaran. Mereka inginnya cepat. Itu semua pengaruh era media sosial yang apa-apa maunya cepat viral (terkenal atau sukses). Ini alamnya berbeda, yang kami lakukan ini di dunia yang riil (sesungguhnya), bukan media sosial,” terang Utut.
Utut menuturkan, tantangan lain dalam membina catur sekarang adalah rendahnya minat anak muda untuk menekuni catur. Yang mau belajar mungkin banyak, tetapi yang mau sabar dan teliti berlatih tidak banyak. Belum lagi, proses untuk menjadi GM itu butuh waktu lama, bisa belasan hingga puluhan tahun.
”Ini bukan kabar menarik untuk sebagian besar anak muda. Bukannya merendahkan, menjadi Youtuber/pembuat koten jauh lebih menarik karena bisa menghasilkan uang banyak dalam waktu relatif singkat,” ucap Utut.
Komitmen Japfa
Direktur Corporate Affairs Japfa Rachmat Indrajaya menyampaikan, kerja sama dengan Percasi selama 24 tahun terakhir adalah bukti mereka komitmen mendukung pengembangan dunia catur Indonesia. Mereka berjanji akan terus menjaga komitmen itu agar bisa berkontribusi melahirkan pecatur-pecatur baru yang andal dan berpredikat GM.
Dalam 24 tahun ini, kami terus berupaya membantu pembinaan catur nasional. Selain festival, kami juga turut menyelenggarakan ajang-ajang lainnya, mulai dari kejuaraan nasional hingga internasional.
”Dalam 24 tahun ini, kami terus berupaya membantu pembinaan catur nasional. Selain festival, kami turut menyelenggarakan ajang-ajang lainnya, mulai dari kejuaraan nasional hingga internasional. Tetapi, melalui festival, kami mau lebih fokus kepada pembinaan. Sebab, festival mengadakan pertandingan untuk beragam kelompok usia (KU),” tuturnya.
Festival Catur Japfa 2022 akan mempertandingkan 12 kategori, termasuk enam kategori kelompok usia, yakni dari di bawah 10 tahun putra/putri, di bawah 14 tahun putra/putri, dan di bawah 18 tahun putra/putri. Kecuali untuk kategori beregu antarinstansi/perusahaan, semua pertandingan kategori lain menggunakan sistem Swiss sembilan babak dengan kontrol waktu 60 menit + tambahan 30 detik.
Di samping pertandingan reguler, panitia pun menyelenggarakan dwitarung internasional, yakni antara wakil Indonesia IM Mohamad Ervan (2.395) dan wakil Filipina GM Darwin Laylo (2.439) di putra, serta wakil Indonesia IM Medina Warda Aulia (2.382) dan wakil Singapura Grand Master Putri/WGM Gong Qianyun (2.271) di putri. Mereka akan bertanding dalam catur klasik enam babak dengan kontrol waktu 90 menit + 30 detik.
Sejauh ini, antusias publik cukup tinggi. Terbukti, jumlah pendaftar sudah mencapai 390 orang dari 25 provinsi dan diprediksi akan terus bertambah. ”Semoga festival kali ini bisa menjadi penyemangat pecatur yunior agar lebih rajin berlatih dan dapat memunculkan bibit pecatur potensial baru,” pungkas Rachmat.