GM Susanto Megaranto mengokohkan diri sebagai pecatur nasional terbaik setelah menjuarai Kejuaraan Catur Japfa FIDE Rated 2021. Pecatur muda Dziththauly Ramadhan juga muncul sebagai calon bintang masa depan.
Oleh
Emilius Caesar Alexey
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Langkah pecatur nomor satu Indonesia, Grand Master Susanto Megaranto, untuk menjadi juara pada Kejuaraan Catur Japfa FIDE Rated 2021 tidak tertahankan, Rabu (8/12/2021) di Jakarta. Susanto mengokohkan diri sebagai pecatur yang tidak terkalahkan pada ajang itu meskipun dua kali ditahan remis oleh lawannya.
Pada babak kedelapan, langkah Susanto dihambat oleh FIDE Master (FM) Hudany M Miftahul. Hudany yang memegang buah catur putih mengarahkan permainan untuk remis sejak awal. Semua langkah dikunci sehingga Susanto memilih tidak membahayakan permainannya dan menerima tawaran remis.
Namun, Susanto bangkit lagi pada babak terakhir. FM Sagita Catur Adi tidak diberi ruang mengembangkan permainan dan dipaksa menyerah.
Meskipun menjadi juara, rating Susanto justru berkurang 0,7 poin karena ditahan remis oleh dua pecatur yang rating-nya jauh di bawahnya.
”Remis sulit dihindari karena lawan memegang buah putih. Saya tidak mengambil risiko karena menghitung posisi masih di atas dan dapat memenangi babak terakhir,” kata Susanto.
Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Catur Seluruh Indonesia Utut Adianto memuji penampilan Susanto yang tidak takut rating-nya turun karena melawan para pecatur nasional yang memiliki rating di bawahnya. Padahal, para pecatur pelatnas SEA Games tidak ada yang berani berlaga di ajang itu. Dari 16 pecatur pelatnas, hanya Susanto dan Gilbert Elroy Tarigan yang mengikuti ajang itu.
Susanto memang memiliki mental pejuang. Dia tidak takut berlaga di mana pun.
”Susanto memang memiliki mental pejuang. Dia tidak takut berlaga di mana pun. Bagi seorang grand master, bertarung di ajang seperti ini, rating pasti turun karena selalu ada pecatur nasional yang kuat dan dapat memaksakan remis. Namun, rating dapat dikejar lagi pada turnamen internasional di luar negeri,” kata Utut.
Kejuaraan yang memperebutkan rating dari Federasi Catur Internasional atau FIDE itu juga memunculkan bintang baru, yaitu Dziththauly Ramadhan. Dziththauly, atau biasa dipanggil Ditho, menjadi pemenang ketiga dengan 7,5 poin, atau hanya terpaut 0,5 poin dari Susanto.
Ditho merupakan juara pada Kejuaraan Nasional Yunior kelas U-19 yang digelar pada November di Belitung. Dengan dua prestasi itu, Ditho akan diberi kesempatan untuk mengikuti seleksi guna menembus jajaran elite pecatur nasional.
”Jika lolos seleksi, Ditho dapat mengikuti program Percasi untuk berlaga di berbagai turnamen internasional. Jika dia berkembang dengan baik, dia akan dapat meraih gelar dari FIDE dan bahkan bisa sampai menjadi grand master,” kata Hendry Jamal, Ketua Komisi Catur Sekolah PB Percasi.
Menurut Utut, Percasi berusaha agar kejuaraan dengan rating FIDE ini dapat digelar lebih sering di Indonesia. Langkah itu penting untuk mendongkrak rating para pecatur Indonesia agar lebih mudah mencapai gelar FIDE Master atau FM. Gelar FM diberikan jika pecatur sudah mengumpulkan rating 2300.
”Percasi juga akan mengirim para juara Kejurnas Yunior untuk berlaga di tingkat ASEAN. Dengan demikian, permainan para pecatur muda Indonesia akan semakin baik dan mudah meraih gelar,” kata Utut.