Susanto Megaranto Kuasai Hari Kedua Japfa FIDE Rated 2021
Belum ada kejutan berarti dalam hari kedua penyelenggaraan Kejuaraan Catur Japfa FIDE Rated 2021. Para pecatur terbaik nasional masih mendominasi ajang itu, seperti GM Susanto Megaranto yang memimpin klasemen sementara.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Hari kedua penyelenggaraan Kejuaraan Catur Japfa FIDE Rated 2021 di Gedung Serbaguna Senayan, Jakarta Pusat, Minggu (5/12/2021), belum menghadirkan kejutan. Para pecatur nasional masih mendominasi turnamen catur klasik itu. Pecatur terbaik Indonesia saat ini, Grand Master Internasional Susanto Megaranto, berhasil memenangi tiga laga dari sembilan babak dan memimpin klasemen sementara.
”Permainan semua lawan sebenarnya oke. Cuma mungkin mereka kalah pengalaman. Memang jarang ada kejuaraan catur klasik berating FIDE di Indonesia, terutama selama pandemi Covid-19, sehingga mereka kurang optimal. Pada posisi kritis, mereka tidak bisa mengatur ritme waktu dengan baik. Semua itu butuh banyak jam terbang,” ujar Susanto.
Susanto menang atas pecatur unggulan ke-82 dari total 194 peserta, Women Fide Master (WFM) Christine Elisabeth, pada babak pertama, Sabtu (4/12/2021), serta dua kali menang lawan pecatur tak bergelar, Susanto dan Sadeli Sunardi, Minggu (5/12/2021). Dengan tiga kemenangan itu, pecatur berusia 34 tahun tersebut melejit ke urutan pertama klasemen dengan 3,0 poin.
Dalam laga menghadapi Sadeli, pengalaman Susanto mengikuti sejumlah ajang bergengsi internasional sangat teruji. Pecatur asal Indramayu, Jawa Barat, ini bermain dengan bidak putih yang diawali dengan pembukaan gambit Denmark, e4-e5.
Sadeli sempat berani menghadapi permainan agresif Susanto. Dia menekan gajah putih di petak b5 dengan menggerakkan pion hitam ke petak a6 pada langkah ketiga. Lalu menekan gajah putih di petak a4 dengan menggerakkan pion hitam ke petak b5 pada langkah kelima. Tak berhenti, dirinya kembali menekan gajah putih di petak b3 dengan menggerakkan kuda hitam ke petak a5 pada gerakan ke-12.
Namun, Susanto tidak panik. Dia justru menyusun strategi untuk melakukan serangan balik mematikan. Pada langkah ke-14, Susanto balik menekan dengan menggerakkan gajah putih ke petak g5 untuk menekan kuda hitam di petak f6.
Gajah putih sempat diusir oleh pion hitam yang bergerak dari petak h7 ke h6 pada gerakan ke-14. Namun, setelah itu, Sadeli lebih banyak bertahan karena tahu dirinya terancam. Situasi itu menjadi makanan empuk Susanto untuk terus mengurung lawannya.
Pada gerakan ke-20, Susanto berhasil unggul kualitas pascakuda putih memakan pion hitam di petak h6 dan melakukan skak terhadap raja hitam di petak g8. Susanto berhasil melakukan skak kedua terhadap raja di g8 pasca kuda putih memakan kuda hitam di petak f6 pada langkah ke-23. Keunggulannya kian lebar usai kuda putih memakan banteng hitam di petak e8 pada gerakan ke-24.
Ancaman demi ancaman dari Susanto semakin tak terbendung. Kondisi kian sulit karena Sadeli bermain sangat pasif. Puncaknya, pada gerakan ke-36, Sadeli tidak berani memakan menteri putih di petak a7 dengan menteri hitam di petak d7. Dia malah menggerakkan benteng hitam dari petak f6 ke d6.
Langkah ceroboh Sadeli tidak disia-siakan oleh Susanto untuk menghajarnya dengan mengancam benteng hitam itu lewat menteri putih yang bergerak ke petak c5 pada gerakan ke-37. Kemudian, Sadeli melakukan langkah ceroboh lainnya dengan menggerakkan gajah hitam dari petak c8 ke a6 pada gerakan ke-38.
Pada posisi kritis, mereka tidak bisa mengatur ritme waktu dengan baik. Semua itu butuh banyak jam terbang.
Merespons itu, Susanto mengancam menteri hitam di petak d7 dengan benteng putih dari petak a8 ke a7. Akhrinya, itu membuat Sadeli menyerah dengan sisa waktu 35 menit 29 detik, sedangkan Susanto masih memiliki waktu 1 jam 12 menit 38 detik. Pada babak keempat, Senin, Susanto akan menghadapi pecatur unggulan ke-20, Internasional Master (IM) Gilbert Elroy Tarigan.
”Sebenarnya, tidak ada lawan yang mudah dalam kejuaraan ini. Potensi semua pecatur di sini sangat besar. Mereka semua tinggal dipoles saja untuk menjadi lebih baik, terutama untuk pecatur-pecatur muda. Semoga kejuaraan catur klasik seperti ini semakin banyak digelar. Sebab, lewat catur klasiklah ilmu catur bisa diuji dan ditingkatkan. Kalau di catur cepat atau kilat, unsur keberuntungan sangat memengaruhi,” kata Susanto.
Sedikit canggung
Pecatur muda nasional Candidate Master (CM) Aditya Bagus Arfan cukup canggung berlaga di kejuaraan catur klasik secara tatap muka. Apalagi itu kejuaraan catur klasik pertamanya dalam dua tahun terakhir. Selebihnya, selama pandemi Covid-19, dia cuma bermain kejuaraan catur cepat atau kilat secara daring.
Hal itu memengaruhi konsentrasi pecatur berusia 15 tahun ini. Terbukti, dia tidak mudah untuk menundukkan lawan-lawannya yang berating lebih rendah. Setelah menang atas pecatur tanpa gelar Indra Jaya di babak pertama dan Nayaka Budhidharma di babak kedua, dirinya tumbang dari pecatur tanpa gelar Muhammad Ishak Rianjar di babak ketiga.
Padahal, di atas kertas, Aditya memiliki rating jauh lebih tinggi atas Ishak. Dia memiliki elo rating 2.274, sedangkan Ishak 2.065. Dirinya pun menempati unggulan kesembilan, sedangkan Ishak unggulan ke-42. Kekalahan itu membuatnya tertahan di urutan ke-28 dengan 2,0 poin. Pada babak keempat, Aditya bakal berjumpa dengan pecatur unggulan ke-56 yang belum memiliki gelar Safei.
Aditya menuturkan, karena terbiasa bermain catur cepat atau kilat secara daring dua tahun terakhir atau selama pandemi, dirinya agak lelah bermain catur klasik yang harus duduk lama 4-5 jam per laga. Itu membuat fokusnya kurang optimal.
”Kemarin saya belum bisa ikut kejuaraan catur klasik di PON (Pekan Olahraga Nasional) Papua 2021 karena belum cukup umur dan tidak bisa lagi ikut Kejuaraan Nasional Catur Yunior 2021 karena pernah juara U-20 pada 2019. Jadi, ini kejuaraan catur klasik pertama saya selama pandemi ini,” ujar Aditya.
Hasil itu cukup disayangkan. Sebab, Aditya menjadi kehilangan atau minus 23,6 elo rating. Padahal, dirinya menargetkan bisa mengembangkan elo rating dari gelaran tersebut untuk promosi mendapatkan predikat FIDE Master (FM).
Secara keseluruhan, menurut Ketua Komisi Catur Sekolah Pengurus Besar Persatuan Catur Seluruh Indonesia Hendry Jamal, tidak ada kejutan luar biasa selama dua hari penyelenggaraan kejuaraan ini. Sebab, semua pecatur senior ataupun berating lebih tinggi bermain hati-hati untuk menjaga ratingnya.
Jika ada yang berating lebih tinggi kalah, itu kemungkinan disebabkan oleh faktor lama tidak bermain catur klasik. ”Maka itu, kami menggelar kejuaraan ini agar pecatur nasional bisa mengembalikan naluri bermain catur klasiknya. Sehabis ini, kami akan mendorong pengurus provinsi atau daerah lebih sering menyelenggarakan turnamen catur klasik,” katanya.