Permainan mengalir Arsenal belum mampu dibendung oleh para lawan. Aston Villa menjadi korban terbaru Gabriel Jesus dan rekan-rekan.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·5 menit baca
LONDON, KAMIS – Arsenal menyapu lima kemenangan beruntun pada awal musim Liga Inggris. Mereka mampu mendominasi berkat serangan yang mengalir bagai air, tidak tersendat seperti musim lalu. Kehadiran penyerang teranyar Gabriel Jesus dan peran baru gelandang Granit Xhaka mengubah segalanya.
“Si Meriam” meraih kemenangan kelima atas tim tamu Aston Villa 2-1 di Stadion Emirates, pada Kamis (1/9/2022). Sumbangan gol dua penyerang asal Brasil, Jesus dan Gabriel Martinelli, memastikan tiga poin berada dalam genggaman tuan rumah yang tampil dominan nyaris sepanjang laga.
Skor laga tersebut sama sekali tidak mencerminkan jalannya pertandingan. Arsenal yang mendominasi mutlak pada paruh pertama lewat kombinasi umpan pendek bertempo tinggi, seharusnya bisa menang nyaman dengan unggul tiga sampai empat gol.
Namun, skuad asuhan Manajer Mikel Arteta ini gagal mengeksekusi sempurna percobaan 22 tendangan yang sembilan kali di antaranya tepat sasaran. Penampilan gemilang mantan kiper Arsenal, Emiliano Martinez, turut menghalangi hujan gol tuan rumah.
“Saya sangat puas, terutama untuk babak pertama. Kami menguasai laga, berhasil menciptakan peluang demi peluang. Penyesalannya kami tidak mencetak banyak gol. Seperti diketahui, sulit untuk bermain sama persis dalam dua babak di liga ini,” kata Arteta.
Pada lima pertandingan musim ini, termasuk laga tadi, Arsenal menunjukkan wajah berbeda. Serangan mereka sangat mengalir dari segala arah dan tidak mudah ditebak lawan. Musim lalu, Martinelli dan rekan-rekan sering kebingungan ketika tim lawan bertahan total.
Wajar saja jika saat ini mereka sudah mencetak rerata 2,6 gol, jauh lebih banyak dibandingkan musim lalu (1,6 gol). Arsenal juga mencatat rerata tendangan sebanyak 17,4 kali, hanya lebih rendah dari Liverpool (18,8 kali) dan Manchester City (17,8 kali).
Jesus adalah faktor terpenting dalam perubahan itu. Seperti di laga lawan Villa, dia muncul di mana-mana. Terkadang meminta bola di sisi kanan dan kiri, hingga menjemput bola di tengah lapangan. Dia menjembatani serangan Arsenal.
Saya sangat puas, terutama untuk babak pertama. Kami menguasai laga, berhasil menciptakan peluang demi peluang.
Saat bersamaan, Jesus juga menjadi “rubah” dalam kotak penalti lawan. Setelah bola masuk sepertiga lawan, dia langsung berburu di kotak penalti. Gol pembuka Arsenal berawal dari insting tajamnya. Dia memanfaatkan bola muntah di depan gawang Villa.
Penyerang yang dibeli seharaga 52 juta euro dari City itu terhitung pendek, hanya setinggi 1,75 meter. Namun, dia punya kekuatan kokoh pada tubuh atas dan bawah untuk berduel dengan pemain lawan. Contohnya, bek Villa Tyrone Mings (1,96 meter), terpental saat duel perebutan bola dengan Jesus.
Jesus yang juga bisa bermain sebagai penyerang di kedua sayap, tidak tergantikan di lini depan Arsenal. Dia berkontribusi terhadap nyaris separuh gol “Si Meriam”, 6 dari 13 gol, masing-masing 3 gol dan 3 asis.
“Dia membuat pekerjaan kami jauh lebih mudah. Dia adalah sosok monster yang berada di mana pun dalam lapangan. Kami sangat bahagia punya rekan sepertinya. Kami sangat beruntung,” puji Martinelli kepada seniornya di tim nasional Brasil itu.
Selain Jesus, perubahan gaya bermain Arsenal juga berpengaruh besar terhadap aliran serangan. Arteta musim ini bermain dengan formasi sama 4-2-3-1, tetapi penerapannya berbeda. Sang manajer menerapkan strategi lebih kompleks di sisi kiri.
Kunci perubahan itu adalah Xhaka, gelandang jangkar yang berada di posisi kiri. Musim lalu, Xhaka lebih banyak berada di tengah ketika tim menyerang. Dia hanya membantu untuk mengalirkan bola ke dua sisi. Peran itu sangat monoton.
Xhaka mendapat tugas lebih banyak musim ini. Dia memainkan sampai empat posisi sekaligus dalam setiap laga. Dia bisa menjadi bek sayap, gelandang serang, hingga penyerang sayap. Di laga tadi, dia kerap berganti posisi dengan Kieran Tierney (bek kiri) dan Martinelli (penyerang sayap kiri).
Namun, yang paling menarik adalah pergerakannya masuk ke kotak penalti lawan. Dia sering meminta bola di antara posisi Martinelli dan Jesus. Ruang kosong itu sering kali terlewatkan oleh lawan. Mereka tidak menyangka Xhaka akan bergerak tanpa bola hingga posisi tersebut.
Hasilnya, pergerakan Xhaka itu sering kali berbuah peluang Arsenal. Salah satunya menghasilkan gol pembuka Jesus. Terbebas di sisi kiri, Xhaka mengumpan silang ke Jesus. Umpan itu berbelok arah karena terkena bek lawan. Martinez kurang sigap mengantisipasi bola liar itu sehingga bola jatuh ke kaki Jesus.
Faktor kehadiran Jesus dan peran baru Xhaka itulah yang membuat serangan Arsenal sangat mengalir. “Si Meriam” lebih mudah mencetak gol musim ini. Ujian itu kembali terjawab saat berhadapan dengan Villa.
Tim tamu nyaris saja mencuri poin setelah gol “ajaib” gelandang pengganti Douglas Luiz pada menit ke-74. Luiz mencetak gol langsung dari tendangan sudut. Bola meluncur langsung ke dalam gawang, dari titik sudut lapangan.
Arsenal hanya butuh tiga menit untuk membalas gol tersebut. Martinelli menjadi pahlawan lewat tendangan voli keras. Gol balasan cepat seperti itu juga terjadi saat laga lawan Leicester City, pertengahan Agustus.
“Saya pikir kami berhasil merespons sangat baik dalam momen krusial. Para pemain memperlihatkan karakter untuk menang. Namun, semua itu juga tentang kohesi, pemahaman, dan ikatan antarpemain. Anda dapat melihat bagaimana mereka saling terhubung dan bisa mengancam lawan,” pungkas Arteta.
Alhasil, tim asal London Utara itu belum tergoyahkan hingga saat ini. Arsenal berada di puncak klasemen sementara dengan hasil sempurna 15 poin dari 5 pertandingan. Mereka masih unggul atas juara bertahan Manchester City yang mengoleksi 13 poin.
Manajer Villa Steven Gerrard berkata, level permainan Arsenal terasa berbeda dibandingkan sebelumnya.
“Akibat level mereka yang berada di atas kami, kami terus memberikan bola. Kami kecolongan karena tidak mampu bertahan dengan benar,” jelasnya. (AP/REUTERS)