Untuk ketiga kalinya pada era Liga Primer Inggris, Arsenal mencatat hasil sempurna dalam empat laga awal. Tren positif bangkitkan optimisme ”Si Meriam” untuk bersaing di papan atas.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
LONDON, MINGGU — Perlahan tetapi pasti, Mikel Arteta telah menemukan ramuan taktik dan bangunan mental yang tepat bagi Arsenal untuk kembali bersaing di papan atas Liga Inggris. Empat kemenangan beruntun pada musim 2022-2023 membuat ”Si Meriam” berada pada siklus juara yang pernah dialami hampir 20 tahun silam.
Sejak kompetisi 2003-2004 dan 2004-2005, Arsenal belum pernah lagi mencatatkan rekor 100 persen menang dalam empat laga pembuka liga. Pada dua edisi itu, anak asuhan Arsene Wenger mengakhiri musim dengan menjadi juara pada edisi 2003-2004, kemudian duduk di peringkat kedua setahun berselang.
Bahkan, permulaan musim yang baik pada 2003-2004 mengantarkan Arsenal menyandang predikat tim the invicibles alias tidak terkalahkan selama satu musim. Tak ayal, Thierry Henry dan kawan-kawan dinobatkan sebagai tim terbaik pada perayaan 20 tahun Liga Primer Inggris, 2012 lalu.
Skuad Arsenal pada musim ini berada di jalan yang tepat guna mengulangi catatan gemilang 19 musim silam. Manajer Arsenal Mikel Arteta telah memiliki pakem formasi serta susunan 11 pemain utama yang jelas dan tidak tergantikan.
Dalam empat laga pembuka musim ini, performa sempurna Arsenal dengan raihan 100 persen kemenangan tidak lepas dari stabilitas formasi dan susunan tim pemenang. Si Meriam tampil dengan formasi tetap 4-2-3-1, bahkan dalam tiga pertandingan selalu tampil dengan 11 pemain inti yang sama.
Ketika menumbangkan Fulham 2-1, Minggu (28/8/2022) dini hari WIB, di Stadion Emirates, Arteta terpaksa tidak memasukkan Thomas Partey dan Oleksandr Zinchenko dalam susunan pemain utama karena cedera ringan yang dialami dua pemain itu.
Sebagai gantinya, juru taktik asal Spanyol itu memainkan Mohamed Elneny dan Kieran Tierney. Dua pemain itu tampil tanpa cela sehingga menunjukkan Arsenal memiliki kedalaman skuad yang baik.
Kesetiaan pada sebuah formasi dan 11 pemain utama menjadi modal Wenger membawa tim 2003-2004 sebagai skuad Arsenal pertama di era Liga Primer yang meraih 12 poin di empat pekan perdana. Wenger pun tidak pernah mengubah formasi 4-4-2 selama mengarungi musim itu.
Kondisi berbeda terjadi pada Arsenal musim 2021-2022. Mereka justru baru meraih kemenangan perdana di pekan keempat.
Kala itu, Arteta masih mencari-cari formasi terbaik. Tiga formasi berbeda dicobanya pada empat laga awal serta tidak ada satu pemain pun yang tampil sebagai pemain inti di empat pertandingan itu.
Arteta mengakui senang dengan perjalanan skuadnya pada awal musim ini. Meski begitu, ia tidak mau terlalu muluk membicarakan target di musim ini, termasuk peluang timnya mengulang prestasi emas sekaligus mengakhiri penantian trofi liga sejak 2003-2004.
”Liga adalah maraton panjang. Semua orang (tim) akan menderita dalam beberapa momen. Kami menjalani perjalanan yang baik serta mencoba untuk menjaga performa ini, tetap rendah hati, dan memiliki rasa lapar,” ujar Arteta kepada BBC seusai laga menghadapi Fulham.
Menanggapi harapan sang manajer, Bukayo Saka berkata, ”Kami semua sangat lapar untuk memenangi setiap pertandingan. Kami akan berusaha melanjutkan tren kemenangan ini sepanjang musim.”
Liga adalah maraton panjang. Kami menjalani perjalanan yang baik serta mencoba untuk menjaga performa ini, tetap rendah hati, dan memiliki rasa lapar.
Mental tangguh
Selain skuad pemenang yang mulai terbentuk, Si Meriam juga telah menampilkan mentalitas tangguh di setiap pertandingan. Melawan Fulham, mereka tertinggal lebih dulu melalui gol penyerang Fulham, Aleksandar Mitrovic, yang merebut bola dari penguasaan Gabriel Magalhaes, bek Arsenal, di menit ke-56.
Arsenal bangkit untuk mengunci tiga poin berkat sumbangan gol Martin Odegaard pada menit ke-64, kemudian Gabriel membayar tuntas blundernya dengan gol penentu kemenangan ketika waktu normal tersisa lima menit.
Hasil derbi London kontra Fulham itu menjadi keberhasilan pertama Arsenal mengalahkan lawan ketika sempat tertinggal lebih dulu di babak kedua sejak sembilan musim lalu. Catatan itu terakhir kali didapatkan Si Meriam ketika mengalahkan West Ham United pada boxing Day edisi 2013-2014.
Selain mentalitas kolektif yang telah membaik di musim ini, setiap individu pemain Arsenal juga sudah membuktikan kekuatan mental mereka di atas lapangan hijau. Sebelum Gabriel menampilkan wajah pembawa petaka lalu berubah menjadi pahlawan pada laga melawan Fulham, tandem Gabriel di jantung pertahanan, William Saliba, lebih dulu menunjukkan hal serupa.
Saliba mencetak gol bunuh diri ketika Arsenal menumbangkan Leicester City 4-2 di pekan kedua. Ia membalas catatan minor itu dengan sebuah gol yang menutup kemenangan Si Meriam 3-0 atas Bournemouth, pekan lalu.
Odegaard, kapten Arsenal, menuturkan, Magalhaes telah menunjukkan mentalitas yang menjadi identitas di dalam skuad Arsenal musim ini.
” Ketika salah satu dari kami membuat kesalahan, kami akan mengangkat (moral) mereka,” kata Odegaard.
Gabriel mengakui dukungan dari rekan setim membantu dirinya bangkit. ”Ketika kehilangan bola (gol Fulham) itu saya menunduk, tetapi teman-teman terus menyemangati saya. Mereka sangat menolong saya,” ucap bek berpaspor Brasil itu.
Hingga pekan keempat, Arsenal mempertahankan posisi puncak yang digenggam sejak pekan ketiga. Mereka unggul dua poin atas Manchester City yang berada di posisi kedua.
Menurut Alan Smith, pakar Liga Inggris di Sky Sports, masih terlalu dini membahas kandidat juara di musim ini. City, ujarnya, tetap punya peluang terbesar untuk mempertahankan titel liga karena konsistensi dan pengalaman dalam lima musim terakhir.
Di sisi lain, Smith menganggap, Liverpool berkesempatan untuk masuk ke papan atas dalam beberapa pekan mendatang. ”Si Merah” baru meraih kemenangan perdana di musim ini seusai menghancurkan Bournemouth, 9-0, di Stadion Anfield, Sabtu (27/8/2022) malam.
” Arsenal adalah tim yang lebih baik dibandingkan musim lalu karena telah memiliki pengalaman dan ada pemain baru penting yang masuk ke dalam skuad. Saya pikir target utama Arteta adalah posisi empat besar dan Liga Europa, lalu berusaha tampil sebaik mungkin di piala domestik,” kata Smith, mantan penyerang Arsenal periode 1987-1995. (REUTERS)