Ganda putra Indonesia, Bagas Maulana/Muhammad Shohibul Fikri, bertekad memperbaiki hasil buruk setelah menjuarai All England. Mereka berusaha mewujudkan itu dalam turnamen Jepang Terbuka.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
OSAKA, SELASA — Bagas Maulana/Muhammad Shohibul Fikri berupaya bangkit setelah penampilan mereka meredup seusai menjuarai ganda putra All England. Namun, masih ada kekurangan yang harus diperbaiki saat mereka memulai penampilan pada turnamen Jepang Terbuka.
Upaya bangkit itu dimulai dengan tantangan saat berhadapan dengan pasangan Malaysia yang selalu mengalahkan mereka dalam dua pertemuan sebelumnya, yaitu Goh Sze Fei/Nur Izzuddin. Mereka berhasil mengatasinya dan akan bertemu lawan yang kian sulit pada turnamen Jepang Terbuka.
Kemenangan dari Goh/Izuddin didapat pada babak pertama yang berlangsung di Maruzen Intec Arena, Osaka, Jepang, Selasa (30/8/2022). Bagas/Fikri menang dengan skor 21-17, 18-21, 21-19.
Namun, cara memenangi pertandingan yang berlangsung selama satu jam itu masih meninggalkan lubang yang harus ditutupi saat berhadapan dengan Liu Yu Chen/Ou Xuan Yi (China) pada babak kedua. Bagas/Fikri selalu tertinggal lebih dulu pada gim pertama dan kedua dengan selisih terjauh hingga enam poin.
Gim ketiga berlangsung sebaliknya. Ganda Indonesia peringkat ke-18 dunia itu tak bisa mempertahankan keunggulan 12-4 hingga 14-10. Goh/Izuddin berbalik unggul menjelang akhir pertandingan, 16-14, lalu 18-16.
Bagas mengatakan, dia merasa tegang ketika lawan mulai mendekati skor mereka pada gim ketiga. Apalagi, Goh/Izuddin unggul dalam servis, pukulan pembuka yang bisa menentukan jalannya perebutan poin.
Bagas/Fikri juga membawa catatan lain untuk bertanding pada babak kedua, yaitu harus menjaga fokus menjelang akhir gim. Keunggulan 18-15 pada gim kedua, yang seharusnya bisa membuat mereka menang dua gim, hilang karena kehilangan konsentrasi.
Selain mencoba bersikap tenang, kemenangan Bagas/Fikri akhirnya didapat karena mereka bisa menguasai permainan di depan net. Dalam permainan ganda, cara ini bisa menentukan pasangan yang akan menguasai jalannya reli.
Hari ini, kami main mati-matian karena membawa misi mau bangkit. Kami tidak mau ada di bawah terus.
”Hari ini, kami main mati-matian karena membawa misi mau bangkit. Kami tidak mau ada di bawah terus. Kami harus membuktikan diri bisa melakukannya, pantang menyerah,” ujar Bagas.
Tekad itu mereka bawa setelah kesulitan bersaing dengan konsisten pada level top dunia. Bagas/Fikri membuat kejutan dengan menjuarai All England, Maret, dengan mengalahkan pemain-pemain elite, di antaranya Takuro Hoki/Yugo Kobayashi, Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon, dan Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan pada perempat final hingga final.
Namun, mereka belum memiliki bekal mumpuni untuk bisa bertahan hingga babak-babak akhir turnamen besar, BWF World Tour level Super 500 ke atas. Setelah All England, Bagas/Fikri kalah pada babak pertama atau kedua pada sembilan dari 11 turnamen. Mereka bahkan tersingkir pada babak pertama tiga turnamen terakhir, yaitu Malaysia Terbuka dan Singapura Terbuka Super 500, serta Kejuaraan Dunia, pekan lalu.
Pelatih ganda putra pelatnas Herry Iman Pierngadi menilai, Bagas/Fikri masih harus belajar beradaptasi dengan cepat pada apa yang terjadi di lapangan, seperti kondisi angin, atmosfer pertandingan, dan cara bermain lawan, terutama ketika mereka mengubah strategi. Itu belum bisa mereka lakukan pada permainan ganda putra bertempo paling cepat dibandingkan nomor lain.
Pada babak kedua, kemampuan salah satu dari tiga ganda putra pelapis di pelatnas utama itu akan diuji oleh Liu/Ou yang belum pernah dihadapi. Dalam daftar peringkat dunia, Liu/Ou berada pada posisi ke-24, tetapi ganda yang baru berpasangan pada 2022 tersebut tiga kali tampil di final. Mereka bahkan menjuarai satu ajang besar, yaitu Indonesia Terbuka Super 1000.
Pada ganda putri, Siti Fadia Silva Ramadhanti kembali berpasangan dengan Apriyani Rahayu. Mereka adalah pasangan yang disiapkan dengan target jangka panjang, salah satunya Olimpiade Paris 2024.
Setelah berpasangan dengan partner lamanya, Ribka Sugiarto, dalam Kejuaraan Dunia, Fadia merintis jalan kembali untuk mengumpulkan poin peringkat dunia dengan bermain bersama Apriyani. Mereka melewati babak pertama setelah mengalahkan Catherine Choi/Josephine Wu (Kanada), 21-15, 21-15.
Dalam laga itu, mereka masih beradaptasi dengan kondisi lapangan dan pola permainan. Apalagi, Apriyani tak bertanding sejak tampil pada Singapura Terbuka, 12-17 Juli, dan menjuarainya.
”Saya belum terbiasa dengan kok yang dipakai. Pergerakannya agak aneh, jadi sulit dikontrol. Namun, saya nikmati saja karena lawan mengalami hal yang sama. Selain itu, kami baru latihan bersama kemarin (Senin) selama 15 menit,” tutur Apriyani yang akan berhadapan dengan pemain China, Liu Xuan Xuan/Xia Yu Ting, pada babak kedua.
Kemenangan babak pertama, pada Selasa, juga didapat Kevin/Marcus dan tunggal putri, Gregoria Mariska Tunjung. Adapun ganda campuran, Rehan Naufa Kusharjanto/Lisa Ayu Kusumawati, kalah dari Goh Soon Huat/Lai Shevon Jemie (Malaysia), 22-20, 19-21, 12-21.
Rabu ini, pemain Indonesia lain akan memulai penampilan. Mereka di antaranya Anthony Sinisuka Ginting, Jonatan Christie, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, dan finalis Kejuaraan Dunia, Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan.