IBL musim 2022 bisa menjadi titik awal untuk membuat kompetisi yang lebih panjang pada musim depan. Kompetisi yang panjang dan berisi, tanpa jeda, diperlukan untuk mengasah kualitas para pemain basket.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
KELVIN HIANUSA
Dua pemain veteran Satria Muda Pertamina Jakarta, Arki Wisnu (kanan) dan Hardianus Lakudu, merayakan keberhasilan timnya meraih gelar juara IBL 2022 di Arena C-Tra, Bandung, Jawa Barat, Minggu (28/8/2022). Satria Muda mengalahkan Pelita Jaya di final lewat dua laga.
Liga Bola Basket Indonesia (IBL) 2022, yang bergulir selama delapan bulan sejak Januari, baru saja berakhir. Musim yang panjang itu ideal jika dilihat dari durasi lama waktunya. Hanya saja, kompetisi ideal masih utopis.
Musim ini ditutup dengan kesuksesan Satria Muda Pertamina Jakarta di final. Dalam selebrasi juara di Arena C-Tra, Bandung, Jawa Barat, Minggu (28/8/2022), pelatih Satria Muda, Youbel Sondakh, berkata penuh harap, ”Semoga musim depan pertandingan bertambah banyak.”
Musim ini berlangsung panjang, terlama sejak liga itu kembali dinamai IBL pada 2016. Namun, jumlah laga di liga itu belum naik signifikan. Jumlah laga musim reguler hanya bertambah enam untuk setiap klub meskipun ada penambahan empat klub baru. Setiap klub memainkan 22 laga.
Kompetisi baru selesai Agustus akibat jeda selama empat setengah bulan, yaitu antara musim reguler dan playoff. Pengelola IBL membuat jeda agar pemain yang dipanggil ke tim nasional bisa fokus untuk persiapan SEA Games Vietnam 2021 dan Piala Asia FIBA 2022. Maka, tanpa jeda pada Maret-Juli itu, liga itu hanya berlangsung empat bulan.
KELVIN HIANUSA
Suasana kemeriahan Satria Muda Pertamina Jakarta merayakan gelar juara IBl 2022 di Arena C-Tra, Bandung, Jawa Barat, Minggu (28/8/2022).
Durasi liga selama delapan bulan, jika tanpa jeda, adalah waktu yang sangat ideal untuk mengakselerasi kualitas bola basket Tanah Air. Belajar dari liga terbaik dunia, NBA, kompetisi semestinya lebih lama dibandingkan masa libur dalam kalender setahun. Sebab, berlaga adalah cara terbaik untuk mengembangkan para pemain.
Selama ini, atau setidaknya dalam lima musim terakhir, waktu menganggur klub-klub lokal lebih lama. Ruang perkembangan para pemain pun menjadi amat terbatas. ”Kemarau” itu paling dirasakan oleh pemain di tim yang tidak lolos playoff.
Tanpa musim reguler yang ideal, para pemain level kedua dan ketiga itu akan sangat sulit berkembang. Tidak heran, Satria Muda dan Pelita Jaya mendominasi liga ini dari tahun ke tahun, saat tim-tim lain lebih sering menjadi ”penggembira”.
Lihat saja musim ini. Delapan klub yang gagal lolos ke playoff harus menunggu sampai sembilan bulan untuk bisa berkompetisi di musim baru. Para pemain dari tim medioker dan papan bawah itu akan semakin tertinggal karena tidak mendapatkan jam terbang seharusnya.
Jurang pemisah
Jurang pemisah dengan pemain tim raksasa, seperti Satria Muda dan Pelita Jaya, pun semakin lebar. Di kedua tim itu, banyak pemain yang mendapat pengalaman bersama timnas ketika jeda kompetisi. Pada saat bersamaan, latihan tim juga tetap bisa kompetitif karena banyaknya pemain bintang.
Tanpa musim reguler yang ideal, para pemain level kedua dan ketiga itu akan sangat sulit berkembang. Tidak heran, Satria Muda dan Pelita Jaya mendominasi liga ini dari tahun ke tahun, saat tim-tim lain lebih sering menjadi ”penggembira”.
Namun, seperti kata Youbel, tim seperti Satria Muda pun juga butuh laga lebih banyak. Perkembangan pemainnya pasti akan lebih cepat dengan meningkatnya kuantitas dan kualitas laga. Tidak ada waktu lebih tepat untuk menaikkan signifikan jumlah laga, selain saat ini.
IBL kini sudah diikuti 16 tim, terbanyak sepanjang kompetisi. Di sisi lain, animo terhadap industri bola basket sedang menyentuh titik tertinggi. Animo besar setelah SEA Games dan Piala Asia itu harus ditunggangi.
Playoff IBL di Bandung memperlihatkan momentum itu. Total 21.000 orang datang langsung menyaksikan laga-laga babak delapan besar dan semifinal. Di final, arena juga terisi penuh dengan penonton 7.000 orang dalam dua gim, meskipun tim tuan rumah, Prawira Bandung, tidak tampil.
DOKUMENTASI IBL
Guard Prawira Bandung, Yudha Saputera (jersei putih), menyapa para penggemar seusai kemenangan timnya atas Dewa United Surabaya, 69-65, dalam gim ketiga playoff IBL 2022 di Arena C-Tra, Bandung, Jawa Barat, Selasa (16/8/2022).
Jika NBA masih terlalu jauh, IBL bisa belajar dari Liga Basket China (CBA) untuk standar awal. Pelatih Timnas Basket Indonesia Milos Pejic mengatakan, CBA adalah standar ideal untuk timnas. Liga kompetitif dan berkesinambungan itu bisa menghasilkan pemain lokal berkualitas.
CBA, yang diikuti 19 klub, menjadwalkan 40-55 laga untuk setiap klub pada musim reguler. Musim reguler dan playoff CBA berlangsung sekitar tujuh setengah bulan. Adapun musim reguler berlangsung sekitar setengah tahun.
Sebelumnya, Direktur Utama IBL Junas Miradiarsyah mengungkapkan, pihaknya berencana menjadwalkan 30 laga untuk setiap klub musim ini. Namun, rencana itu gagal direalisasikan akibat bentrok dengan jadwal Piala Asia. Namun, dia meyakini jumlah laga pada musim depan akan terus bertambah.
Setelah final musim ini, klub-klub IBL langsung menatap musim baru lainnya yang akan dimulai pada awal tahun depan. Jeda singkat itu adalah hal yang selalu didambakan para pelaku liga agar mereka tidak lagi menghadapi ”kemarau” panjang waktu tanpa kompetisi.
Harapannya, musim yang panjang tidak lagi utopis ke depannya.