Dominasi Satria Muda di liga bola basket nasional tidak jatuh dari langit. Prestasi itu berkat keseriusan dari titik teratas sampai terbawah yang dibentuk dalam dua dekade terakhir.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Satria Muda Pertamina Jakarta menjuarai liga bola basket nasional untuk ke-12 kali sekaligus merengkuh gelar IBL dua musim beruntun. Hujan prestasi di kompetisi tertinggi itu hadir berkat resep juara yang dieksekusi sangat serius. Mereka menciptakan ekosistem pemenang dari hulu ke hilir dengan pendekatan jangka panjang.
Satria Muda (SM) mempertahankan gelar juara IBL seusai mengalahkan Pelita Jaya Bakrie Jakarta, 89-74, pada gim kedua final di Arena C-Tra, Bandung, Jawa Barat, Minggu (28/8/2022). Satria Muda menyapu bersih babak final yang berformat best of three games itu dengan kemenangan 2-0.
Pada laga itu, lima pemain Satria Muda berkontribusi maksimal dengan menyumbang dua digit angka, yaitu antara lain Arki Wisnu (12 poin); Laurentius Oei (13 poin); dan sang Most Valuable Player final, Brachon Griffin (12 poin). Berkat tampil kolektif dan efisien, mereka mampu menghadang laju Pelita Jaya yang sempat unggul 24-21 pada kuarter pertama.
Pemain Satria Muda langsung berpesta setelah bel penanda akhir laga itu dibunyikan. Arki, sang kapten, memeluk satu per satu pemain, lalu menyapa keluarganya yang hadir di tribune Arena C-Tra. Pemain lain, seperti Rizal Falconi, tidak lupa mengucap syukur dengan bersujud syukur di tengah lapangan.
”Mereka luar biasa. Saya tidak pernah ragu dengan mereka karena ini adalah tim terbaik di Indonesia. Mereka hanya perlu keluarkan yang terbaik. Beruntung, para pemain ini sudah bersama-sama lima tahun terakhir. Jadi, semua menjadi lebih mudah meskipun musim sempat sulit karena penundaan empat bulan,” kata Pelatih Satria Muda Youbel Sondakh.
Satria Muda kembali juara untuk ketiga kalinya dalam empat musim terakhir. Dari satu sisi, tim juara yang sama dari tahun ke tahun terlihat membosankan. Namun, konsistensi prestasi itu adalah sesuatu yang pantas mereka raih. Jika dilihat dari seluruh aspek tim, mereka tahu caranya untuk menang dan juara.
Arki, misalnya, sudah mencatatkan delapan penampilan final bersama Satria Muda. Setelah itu, ada Hardianus Lakudu, Avan Seputra, dan Kevin Yonas Sitorus, yang sudah tujuh kali membela ”Pasukan Biru” di partai puncak. Fondasi tim ini tumbuh bersama sekitar satu dekade untuk menciptakan keharmonisan yang luar biasa.
Pemain pun tahu apa yang akan dilakukan rekan-rekannya di lapangan. Lebih jauh lagi, mereka juga tahu caranya menang. Tim asuhan Youbel itu tidak terganggu dalam masa adaptasi setelah Arki dan Juan pulang dari membela tim nasional. Tidak seperti Pelita Jaya yang terlihat masih butuh waktu lebih ketika bintang andalannya, Andakara Prastawa, kembali ke klub itu.
Mempertahankan bintang
Resep kesuksesan Satria Muda adalah mempertahankan para pemain bintang. Mereka bisa mengumpulkan para pemain terbaik di Indonesia, lalu membuat mereka betah. Kestabilan itulah yang berujung prestasi. Nyaris tidak ada tim lainnya, selain mereka, yang punya fondasi skuad yang sama dalam satu dekade.
”Klub ini memang membuat para pemain selalu mengeluarkan kemampuan terbaiknya. Kami selalu ditantang juara dan kami (pemain) pun selalu tertantang. Kami nyaman tetap di sini karena kebutuhan dipenuhi. Jadi, fokusnya hanya ke lapangan,” ujar M Sandy Ibrahim, shooting guard yang telah bersama Satria Muda sejak 2015.
Saat fondasi skuad semakin matang, tim berjuluk Pasukan Biru itu juga menambah pemain muda berbakat. Salah satu pemain baru mereka musim ini, Antoni Erga, menyumbang 5 poin di gim kedua final.
Kunci paling besar itu Erick Thohir. Figur pemain atau pelatih bisa berubah, tetapi budaya juara SM selalu sama. Mereka selalu berada di jalan yang tepat dengan kepemimpinan yang tepat. Kami selalu melihat mereka sebagai standar yang harus dikalahkan jika ingin juara di liga ini. (Fictor Roring)
Resep juara itu juga datang dari aktor belakang layar. Youbel, sang pelatih, merupakan mantan pemain yang mengantar Satria Muda juara berkali-kali pada era 2000-an. Pada saat bersamaan, legenda klub itu, Rony Gunawan, dipercaya membangun skuad juara sebagai wakil presiden klub.
Peran Erick Thohir
Satria Muda berhasil mengumpulkan orang-orang berkarakter pemenang. Karakter individu perlahan berubah menjadi kultur klub dalam jangka panjang. Menurut Pelatih Pelita Jaya Fictor ”Ito" Roring”, kultur prestasi tim lawannya itu berasal dari keseriusan pemilik klub, Erick Thohir.
”Kunci paling besar itu Erick Thohir. Figur pemain atau pelatih bisa berubah, tetapi budaya juara SM selalu sama. Mereka selalu berada di jalan yang tepat dengan kepemimpinan yang tepat. Kami selalu melihat mereka sebagai standar yang harus dikalahkan jika ingin juara di liga ini,” kata Ito.
Dengan hasil itu, Pelita Jaya pun harus rela menjadi runner-up dua musim beruntun. Prastawa (18 poin) dan center asing, Dior Lowhorn (18 poin), menjadi penampil terbaik mereka, kemarin. ”Ini bukan penampilan terbaik kami. Dengan banyaknya pemain muda, potensi tim ini sangat besar pada masa depan,” ujar Prastawa.
Efisiensi lemparan kembali menjadi kunci kemenangan Satria Muda di gim kedua. Mereka mencatatkan akurasi tiga angka sebesar 40 persen (10 masuk dari 25 tembakan). Adapun Pelita Jaya hanya mampu mencatat 23,1 persen (6-26) dari tembakan tiga angka.
Satria Muda juga sukses menghentikan kelebihan lawan dalam transisi serangan cepat. Pelita Jaya hanya mencetak 11 poin lewat fast break atau serangan balik cepat. Angka itu jauh dari rata-rata mereka pada playoff, 20,2 poin.
Pemain cadangan menjadi faktor tambahan dari kemenangan Satria Muda. Tim cadangan mereka mencetak 44 poin dalam laga tadi. Tim cadangan atau unit kedua itu dipimpin sang MVP Final, Griffin.