Raheem Sterling menjadi sosok sentral di balik kemenangan Chelsea, 2-1, atas Leicester City. Ia memanipulasi keberuntungan yang seharusnya jadi milik Leicester.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
LONDON, MINGGU — Melawan 10 pemain Chelsea sejak babak pertama seharusnya menjadi keberuntungan bagi Leicester City. Namun, Chelsea memanipulasi keberuntungan itu. Raheem Sterling menjadi aktor utama melalui dua golnya yang meloloskan Chelsea dari lubang jarum dengan kemenangan 2-1. Keberuntungan ini tidak Chelsea dapatkan ketika bermain dengan 10 orang saat berjumpa Leeds United, pekan lalu.
Dalam dua pertandingan berturut-turut, Chelsea harus berjuang dengan 10 pemain di atas lapangan. Dua kartu merah berturut-turut dalam dua laga ini adalah yang pertama kalinya bagi Chelsea sejak Oktober 2014.
Jika pekan lalu bek Kalidou Koulibaly diusir saat melawan Leeds, kali ini giliran Conor Gallagher harus mengakhiri laga lebih cepat seusai mendapat kartu kuning kedua pada menit ke-28 dalam pertandingan yang berlangsung di Stadion Stamford Bridge, Sabtu (27/8/2022) malam WIB.
Gallagher mendapat kartu merah seusai menjatuhkan gelandang Leicester, Harvey Barnes, dalam skema serangan balik cepat. Keunggulan jumlah pemain membuat Leicester yang awalnya tertekan menjadi balik menekan Chelsea. Sejumlah peluang tercipta, tetapi masih dapat dimentahkan barisan belakang Chelsea.
”Hari ini, dia (Gallagher) bertanggung jawab atas apa yang dia lakukan dan dia tahu ini adalah kesalahan besar. Ini adalah keputusan yang sangat-sangat buruk dari Conor dan tentu saja semua orang kesal karena itu hampir membuat pertandingan menjadi milik lawan,” kata Manajer Chelsea Thomas Tuchel.
Pada laga, ini Tuchel dilarang mendampingi timnya karena harus menjalani hukuman akibat berseteru dengan Manajer Tottenham Hotspur Antonio Conte saat mereka bertemu di pekan kedua liga. Ingatan buruk seketika membayangi Tuchel saat Gallagher mendapat kartu merah. Ia teringat momentum kala Chelsea dihajar 0-3 oleh Leeds pada pekan sebelumnya.
Gol-gol (Sterling) itu penting hari ini karena memberi kami keyakinan dan dorongan bahwa itu (memenangi pertandingan adalah) mungkin. (Thomas Tuchel)
Namun, pengalaman buruk itu tidak terjadi kali ini. Chelsea memanipulasi keberuntungan yang seharusnya menjadi milik Leicester. Sterling menjadi aktor penting di balik kemampuan Chelsea memanipulasi keberuntungan. Golnya pda menit ke-47 lantas mengubah arah pertandingan.
Gol tersebut sekaligus menjadi yang pertama bagi Sterling untuk Chelsea sejak ia didatangkan dari Manchester City musim ini. Sterling, yang disiapkan sebagai mesin gol, telah bermain di empat laga Chelsea, tapi tidak bisa mencetak gol di tiga pertandingan awal.
”Ini adalah pertandingan yang sulit. Saya tahu apa yang perlu dilakukan adalah menjadi lebih berbahaya di kotak penalti dan melepaskan tembakan sebanyak mungkin,” ucap Sterling kepada Sky Sports. Catatan pertandingan menunjukkan, Sterling menciptakan dua tembakan tepat sasaran ke gawang dan semuanya menjadi gol.
Gol kedua Sterling pada menit ke-63 tercipta dari kejeliannya menyelinap di belakang bek Leicester. Ia mengoptimalkan umpan silang mendatar dari Reece James untuk membuat Chelsea menjauh. Tertinggal dua gol, Leicester mampu memperkecil ketertinggalannya menjadi 1-2 lewat aksi Barnes.
Gol Barnes itu mampu memompa semangat para pemain Leicester. Mereka mengurung pertahanan Chelsea pada 20 menit akhir. Dua peluang emas sempat diciptakan penyerang Jamie Vardy, tetapi kiper Chelsea, Edouard Mendy, masih terlalu tangguh untuk ditaklukkan. Keunggulan Chelsea bertahan hingga laga usai.
Merasa beruntung
Tuchel menyebut timnya cukup beruntung bisa meraih tiga poin setelah satu pemainnya mendapat kartu merah. ”Dalam 15 menit terakhir, sekali atau dua kali, kami beruntung tidak kebobolan gol penyeimbang,” kata Tuchel.
Absennya Koulibaly akibat hukuman kartu merah memaksa Tuchel merombak formasi Chelsea. Tuchel beralih dari formasi 3-4-3 menjadi 4-2-2-2 di mana Gallagher ditempatkan sebagai gelandang bertahan, melapis empat bek.
Perubahan posisi itu belum begitu fasih dijalani Gallagher yang sebelumnya lebih sering aktif membantu serangan Chelsea dengan umpan-umpan kreatifnya. Sepanjang laga, Gallagher terlihat tidak nyaman menjalani peran sebagai gelandang bertahan. Di sisi lain, Tuchel tidak melakukan perubahan besar di susunan pemain. Manajer asal Jerman itu hanya mengganti Koulibaly dengan Trevoh Chalobah.
Secara khusus, Tuchel memuji penampilan Sterling. Ia meyakini dua gol Sterling ini adalah pembuka keran golnya di laga-laga berikutnya. ”Gol-gol (Sterling) itu penting hari ini karena memberi kami keyakinan dan dorongan bahwa itu (memenangi pertandingan adalah) mungkin,” kata Tuchel.
Sementara itu, Manajer Leicester Brendan Rodgers kecewa karena timnya gagal meraih minimal hasil imbang. Mantan arsitek Liverpool itu menyayangkan para pemainnya yang gagal mengonversi sejumlah peluang emas menjadi gol.
Statistik pertandingan menunjukkan Leicester lebih dominan dengan menciptakan lima tembakan tepat sasaran dibandingkan dengan tiga tembakan milik Chelsea. ”Kami terlalu pasif ketika memulai babak kedua. Ketika Anda melawan tim yang bermain dengan 10 orang dan tertinggal 0-2, itu adalah tantangan yang sangat nyata,” ucapnya.
Kekalahan dari Chelsea membuat Leicester gagal memenangi satu pun dari empat pertandingan pembukaan mereka di Liga Inggris sejak musim 2003-2004. Dari empat laga yang telah dijalani, Leicester menelan tiga kekalahan dan satu hasil imbang.
”Si Rubah” kini menempati peringkat ke-19 klasemen sementara dengan koleksi satu poin. Adapun Chelsea bertengger di peringkat keenam dengan tujuh poin, hasil dari dua kali menang, satu imbang, dan satu kali kalah. (AFP)