Inkonsistensi Chelsea pada awal musim ini menguak kelemahan strategi transfer klub itu. Mereka dinilai masih butuh sejumlah pemain baru walaupun manajer Thomas Tuchel berpikir hal sebaliknya.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·3 menit baca
LONDON, SENIN — Efektivitas kebijakan transfer pemain di Chelsea disorot setelah mereka digilas Leeds United, 0-3, pada laga Liga Inggris, Minggu (21/8/2022) malam. Sejumlah pihak menilai Chelsea masih perlu merekrut beberapa pemain baru jelang penutupan jendela transfer. Namun, Manajer Chelsea Thomas Tuchel menolak panik.
Kekalahan telak itu menyibak kelemahan di lini tengah Chelsea yang tidak diperkuat duo gelandang, N’Golo Kante dan Mateo Kovacic, akibat cedera. Duo pivot, Conor Gallagher dan Jorginho, kesulitan mengendalikan lini tengah sepanjang babak pertama lantaran ditekan pemain Leeds.
Barisan penyerang Chelsea juga menjadi sorotan setelah tidak mencetak satu pun gol dalam tiga pertandingan yang telah dilalui. Sebelumnya, saat mengalahkan Everton, 1-0, di laga pembuka, lalu ditahan Tottenham Hotspur, 2-2, para penyerang Chelsea tidak mencetak gol. Total tiga gol Chelsea sejauh ini dicetak gelandang dan pemain belakang.
Menurut Jermain Defoe, mantan penyerang Spurs, Chelsea membutuhkan sosok striker murni menyusul hengkangnya Romelu Lukaku dan Timo Werner. Musim ini, Tuchel memainkan Kai Havertz dan penyerang baru, Raheem Sterling, di posisi false 9.
”Di klub sebesar Chelsea, Anda harus punya (pemain) nomor 9 murni sebagai titik fokus. Memiliki Sterling, yang bermain sebagai nomor 9 dengan membelakangi gawang, adalah permainan yang sama sekali berbeda,” tutur Defoe, dikutip Football-London.
Performa lini belakang ”Si Biru” juga tak lepas dari kritik. Chelsea kini kekurangan bek tengah setelah Kalidou Koulibaly dikartu-merah saat melawan Leeds. Mereka juga telah kehilangan Antonio Ruediger dan Andreas Christensen yang hengkang.
Itu (transfer pemain) akan terjadi nanti dan nanti. Kami perlu fokus pada (materi pemain) yang kami miliki saat ini dan apa yang dapat kami lakukan. (Thomas Tuchel)
Kondisi itu membuat salah satu kekuatan Chelsea di musim-musim sebelumnya kini luntur. Pada masa awal jabatan Tuchel di Inggris, Chelsea dikenal memiliki pertahanan tangguh dan sulit ditembus lawan. Dalam 30 pertandingan pembukanya di Liga Inggris bersama Tuchel, Chelsea hanya kebobolan 17 kali. Jumlah kebobolan itu lantas naik dua kali lipat di 30 laga berikutnya.
Adapun upaya menambal lini belakang bertepuk sebelah tangan. Upaya Si Biru mendatangkan sejumlah bek tengah baru, seperti Jules Kounde, Matthijs de Ligt, Nathan Ake, dan Wesley Fofana, berkali-kali gagal. Ake memilih bertahan di City. Adapun De Ligt lebih memilih ke Bayern Muenchen dengan mahar sekitar Rp 1 triliun pada 19 Juli lalu. Sementara Kounde berlabuh ke Barcelona dengan harga sekitar Rp 758 miliar pada 28 Juli.
Kehilangan daya pikat
Chelsea seperti kehilangan daya pikatnya di jendela transfer musim ini menyusul pergantian kepemilikan klub. Namun, setelah dua kali ditolak Leicester City, Si Biru mengajukan penawaran baru untuk Fofana, yaitu transfer seharga 80 juta pound sterling (Rp 1,4 triliun).
Adapun di lini serang, Chelsea mengejar penyerang Barcelona, Piere-Emerick Aubameyang, sebelum penutupan jendela transfer, akhir bulan ini. Penyerang Brentford, Ivan Toney, menjadi alternatif lain untuk memperkuat lini serang Chelsea.
Meskipun demikian, Tuchel memilih kalem dan enggan berekspektasi tinggi terkait transfer pemain. ”Periode transfer masih terbuka. Itu (transfer pemain) akan terjadi nanti dan nanti. Kami perlu fokus pada (materi pemain) yang kami miliki saat ini dan apa yang dapat kami lakukan,” ungkap Tuchel yang menolak pembelian panik dan meyakini timnya masih bisa bersaing dengan skuad yang ada saat ini.
Sebagai contoh, cederanya Kante dan Kovacic, diakui Tuchel, berpengaruh besar pada keseimbangan lini tengah timnya. Namun, ia menegaskan, mereka akan kembali sesegera mungkin. Dengan begitu, kebutuhan untuk merekrut pemain tengah dirasa belum terlalu mendesak. (AP/REUTERS)