Ganda putra, nomor andalan Indonesia dalam Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis, memastikan mendapat satu tiket final. Tiket itu akan diperebutkan dua pasangan dari generasi berbeda.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
TOKYO, JUMAT — Indonesia memastikan satu tiket final ganda putra Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis meski semifinal belum digelar. Satu tiket itu akan diperebutkan ganda senior tiga kali juara dunia, Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan, dengan penerus mereka, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto.
Meski gelar juara belum didapat, satu final dari ganda putra menegaskan kekuatan Indonesia di nomor tersebut. Ini setidaknya membayar ketidakhadiran Indonesia pada Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis 2021 di Huelva, Spanyol. Ketika itu, Indonesia absen karena kasus Covid-19 meningkat.
Ganda putra menjadi nomor yang paling sukses bagi Indonesia dalam ajang Kejuaraan Dunia. Pemain-pemain ”Merah Putih” telah mengumpulkan 10 gelar juara, termasuk dari Hendra/Ahsan, gelar juara dunia terakhir bagi Indonesia yang didapat di Basel, Swiss, pada 2019.
Fajar/Rian memastikan satu tempat di semifinal lebih dulu setelah mengalahkan wakil Inggris yang mengalahkan Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon, yaitu Ben Lane/Seane Vendy, pada babak ketiga. Di Tokyo Metropolitan Gymnasium, Jumat (26/8/2022), Fajar/Rian menang 21-11, 21-16 dalam waktu 29 menit.
”Hari ini, kami diuntungkan dengan kondisi lapangan. Pada gim pertama, kami berada di lapangan yang membuat nyaman untuk menyerang. Karena sudah menang pada gim awal, kami jadi lebih rileks pada gim kedua dan bisa menikmati pertandingan,” kata Fajar.
Kemenangan tersebut membalas kekalahan mereka dari Lane/Vendy yang terjadi pada babak pertama Thailand Terbuka 2021. Ketika itu, Fajar/Rian kalah 18-21, 19-21.
Semifinal kali ini menjadi semifinal kedua beruntun bagi ganda Indonesia peringkat kelima dunia itu pada Kejuaraan Dunia. Pada 2019, mereka dihentikan Hendra/Ahsan, yang akan menjadi lawan pada Sabtu ini, dengan skor 16-21, 21-15, 10-21.
Hari ini, kami diuntungkan dengan kondisi lapangan. Pada gim pertama, kami berada di lapangan yang membuat nyaman untuk menyerang. Karena sudah menang pada gim awal, kami jadi lebih rileks pada gim kedua dan bisa menikmati pertandingan.
”Kami memang sudah pasti dapat medali, tetapi tidak mau cukup sampai di sini. Kami mau hasil lebih baik, kalau bisa yang paling tinggi. Semoga kami bisa mengeluarkan kemampuan terbaik pada setiap pertandingan,” kata Fajar.
Bagi Hendra/Ahsan, yang mengalahkan MR Arjun/Dhruv Kapila (India), 21-8, 21-14, juga dalam waktu 29 menit, hasil tersebut memperpanjang kemenangan dalam Kejuaraan Dunia. Tiga kemenangan dari babak kedua hingga perempat final menjadikan mereka 18 kali menang tanpa kalah setelah selalu juara dalam keikutsertaan sebelumnya, yaitu pada 2013, 2015, dan 2019.
Hendra, yang berusia 38 tahun pada 25 Agustus, tak menduga bisa mendapat statistik sempurna dalam Kejuaraan Dunia hingga saat ini. ”Kami hanya mencoba fokus pada setiap pertandingan saja sih, enggak ada persiapan istimewa,” katanya.
Melawan Arjun/Kapila, misalnya, Hendra/Ahsan begitu fokus untuk menyerang lebih dulu pada setiap perebutan poin. Menyerang dalam ”kamus” mereka bukan dalam arti harus selalu melakukan smes bertubi-tubi, melainkan dengan menempatkan pukulan seakurat mungkin hingga mempersulit lawan mengembalikannya. Itu dilakukan karena kecepatan Hendra/Ahsan telah menurun seiring bertambahnya usia.
Taktik tersebut disiapkan berdasarkan pengalaman pada pertemuan terakhir sebelum berjumpa di Tokyo, yaitu pada perempat final Singapura Terbuka, Juli. Hendra/Ahsan menang, tetapi dalam laga ketat 10-21, 21-18, 21-17.
”Meski menang dua gim, laga tadi tetap tidak mudah. Kami harus selalu berusaha menyerang lebih dulu dan tidak boleh membuat kesalahan dengan mudah,” kata Ahsan.
Arjun mengatakan, dia sebenarnya telah bersiap untuk menghadapi laga ketat. ”Namun, tekanan yang diberikan mereka tak membuka kesempatan untuk kami bisa memperkecil selisih angka,” katanya.
Semifinal Fajar/Rian melawan Hendra/Ahsan, Sabtu, menjadi persaingan generasi berbeda. Hendra/Ahsan adalah ganda putra paling senior dalam persaingan level top dunia saat ini dengan segudang prestasi. Mereka menjuarai ajang paling prestisius, All England 2014 dan 2019, serta dua kali mewakili Indonesia dalam Olimpiade, yaitu di Rio de Janeiro 2016 dan Tokyo 2020.
Adapun Fajar/Rian adalah salah satu pasangan penerus mereka, selain Kevin/Marcus. Fajar/Rian memiliki kesempatan terbaik mengalahkan Hendra/Ahsan karena menjadi ganda putra dengan penampilan paling konsisten tahun ini. Sebelum tampil di Tokyo, mereka tujuh kali ke final dari sembilan turnamen terakhir. Mereka juga mengalahkan Hendra/Ahsan pada pertemuan terakhir, yaitu final Malaysia Masters, Juli.
”Kalau Hendra/Ahsan berada pada permainan terbaik, pertandingan akan ketat. Saya tidak boleh memilih karena mereka sama-sama Indonesia,” canda pelatih ganda putra pelatnas, Herry Iman Pierngadi.
Semifinal lain pada ganda putra mempertemukan Aaron Chia/Soh Wooi Yik (Malaysia) dengan pemenang antara juara bertahan, Takuro Hoki/Yugo Kobayashi, dan Satwiksairaj Rankireddy/Chirag Shetty (India). Pada sesi siang hingga sore waktu Jepang, dua wakil Indonesia di tunggal putra juga akan tampil. Mereka adalah Anthony Sinisuka Ginting, yang akan berhadapan dengan Viktor Axelsen (Denmark), dan Jonatan Christie melawan Chou Tien Chen (Taiwan).