Pelatih Indonesia U-16 Bima Sakti memperhatikan dengan saksama kondisi mental tim jelang laga final. PSSI mendatangkan orangtua pemain untuk meningkatkan motivasi agar anak asuhnya menampilkan permainan terbaik.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·4 menit baca
SLEMAN, KOMPAS — Setelah berjaya pada Piala AFF U-16 2018, tim nasional Indonesia U-16 akhirnya memiliki momentum terbaik untuk mengulang raihan juara pada tahun ini. Kondisi mental akan memengaruhi peluang skuad ”Garuda Muda” untuk menaklukkan Vietnam U-16 pada partai puncak, Jumat (12/8/2022) pukul 20.00 WIB, di Stadion Maguwoharjo, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Serupa dengan empat tahun silam, Indonesia akan tampil di depan pendukung sendiri. Kehadiran rerata 10.013 pendukung pada dua laga terakhir Indonesia, yakni menghadapi Vietnam di babak penyisihan dan Myanmar pada duel semifinal, akan kembali terulang di laga final.
Kehadiran pendukung itu diakui pelatih peserta Piala AFF U-16 2022, seperti Pelatih Myanmar Aung Zaw Myo dan Pelatih Malaysia Osmera Omaro, sebagai nilai lebih bagi Indonesia. Kedua pelatih itu pun menjagokan Indonesia menjadi juara pada edisi kali ini.
Pelatih Indonesia U-16 Bima Sakti menilai, pemainnya memiliki kesempatan terbaik untuk menjadi juara di rumah sendiri. Apalagi, orangtua hingga pelatih pertama pemain di sekolah sepak bola (SSB) atau akademi juga akan mendukung langsung di tribune Maguwoharjo untuk melipatgandakan motivasi dan semangat juang mereka di final.
”Saya bilang kepada pemain, kesempatan ini tidak datang dua kali. Mereka punya momentum terbaik untuk membanggakan orang tua, memulai pijakan yang baik bagi awal karier mereka, serta memberikan hadiah peringatan kemerdekaan Indonesia dengan cara yang istimewa,” kata Bima dalam konferensi pers jelang laga final, Kamis (11/8/2022), di Stadion Maguwoharjo.
Mendatangkan orangtua pemain ke Yogyakarta adalah komitmen dan janji yang diberikan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) kepada pemain jika bisa menembus final. Semua pemain Garuda Muda telah lebih dari sebulan tidak bertemu dengan orangtua mereka karena menjalani pemusatan latihan intensif di Yogyakarta sejak awal Juli lalu.
Selama menjalani empat laga di Piala AFF U-16 2022, Muhammad Iqbal Gwijangge dan kawan-kawan selalu melihat foto wajah orangtua mereka sebelum masuk ke lapangan. Itu adalah kebijakan Bima agar pemainnya semakin bersemangat untuk memberikan performa terbaik.
Rasa rindu terhadap orangtua akhirnya berakhir karena pemain telah diberikan waktu bertemu ayah dan ibu mereka yang tiba di Yogyakarta, Kamis.
Tak hanya bagi pemain, Bima dan tiga asistennya, yaitu Firmansyah, Markus Horison, dan Indriyanto Nugroho, juga memendam hasrat untuk mengangkat trofi bersama timnas. Keempat mantan pemain yang membela timnas pada periode akhir 1990-an hingga awal 2000-an itu belum pernah menjadi juara di turnamen resmi ketika membela Garuda.
Saya bilang kepada pemain, kesempatan ini tidak datang dua kali.
”Sebagai pemain saya pernah menjadi juara di Piala Kemerdekaan (2000), tetapi itu memiliki gengsi yang berbeda dan di bawah Piala AFF. Saya ingin mengangkat trofi bersama timnas sebagai pelatih. Insya Allahdengan seizin Allah kami bisa menjadi juara dan meraih trofi pertama,” ujar Bima yang merujuk Piala Kemerdekaan 2000 yang dimenangkan Indonesia usai menumbangkan Myanmar 4-1 di final. Kala itu, Bima mencetak salah satu gol kemenangan tim ”Garuda”.
Pemulihan
Jelang laga final, Bima tidak memberikan pemainnya sesi latihan khusus. Dengan masa jeda pertandingan yang hanya satu hari, maka masa istirahat, Kamis, dimanfaatkan Bima untuk pemulihan kondisi fisik dan mental pemainnya.
Ia hanya mengadakan sesi peregangan fisik yang diakhiri berendam di kolam es. Selain itu, seluruh anggota tim yang terdiri dari pelatih, asisten pelatih, dan pemain mengevaluasi penampilan di semifinal kontra Myanmar dengan menyaksikan video. Mereka juga menganalisis video pertandingan Vietnam lawan Thailand.
Bima menuturkan, tekanan dan atmosfer di laga final jauh berbeda ketimbang pada pertemuan pertama dengan Vietnam pada fase grup. Oleh karena itu, ia berharap pemainnya tampil dengan semangat juang, fokus, dan konsentrasi lebih tinggi pada partai perebutan gelar juara.
Sejak Piala AFF U-16 berlangsung pada 2002, Indonesia baru dua kali berjumpa ”Pasukan Bintang Emas” di fase gugur. Dalam dua laga itu, kedua tim sama-sama mengemas satu kemenangan yang ditentukan melalui adu penalti.
Vietnam mengalahkan Indonesia pada duel perebutan peringkat ketiga edisi 2007. Garuda Muda membalas kekalahan itu pada laga perebutan peringkat ketiga, 2019.
Perlindungan keamanan
Pelatih Vietnam Nguyen Quoc Tuan mengatakan, duel final antara timnya melawan Indonesia akan menghadirkan pertandingan berkualitas dan permainan yang menarik disaksikan. Quoc Tuan telah mempersiapkan pemainnya untuk siap menghadapi tekanan dari suporter Indonesia.
Secara khusus, Vietnam meminta perlindungan ekstra untuk para pemainnya jelang laga final. Menurut Quoc Tuan, penonton Indonesia berpotensi memberikan teror yang membahayakan pemain. Ia membericontoh aksi lemparan botol yang dialami anak asuhannya pada pertemuan pertama, Sabtu (6/8/2022).
”Kami telah meminta kepada PSSI dan AFF (Federasi Sepak Bola ASEAN) untuk memperhatikan aspek keamanan pemain. Kami berharap pengamanan ditingkatkan agar terhindar dari hal buruk akibat tekanan yang besar dari pendukung Indonesia,” ujar Quoc Tuan.
Dia mengakui, kekalahan dari Indonesia di babak penyisihan disebabkan pemainnya kehilangan fokus di babak kedua. Di laga final, semua pemainnya wajib menjaga fokus untuk membawa pulang kemenangan dan meraih gelar keempat.
Kondisi Vietnam jelang final tidak ideal. Mereka kehilangan kiper utama, Pham Dinh Hai, dan pencetak gol kedua di semifinal, Hoang Cong Hau. Dinh Hai menderita cedera saat melawan Thailand, sedangkan Cong Hau mendapat kartu merah setelah mencatatkan namanya di papan skor pada babak empat besar.