Anthony Sinisuka Ginting berpeluang bertemu Viktor Axelsen untuk kelima kali pada tahun ini. Anthony pun lebih siap jika pertemuan tersebut terjadi pada perempat final Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis di Tokyo, Jepang.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Bersaing dalam empat pertandingan, Viktor Axelsen menjadi pemain yang paling sering menjadi lawan Anthony Sinisuka Ginting pada 2022. Dengan peluang bertemu pada Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis, kali ini Anthony berada dalam kondisi yang lebih siap.
Jika Anthony dan Axelsen bisa memenangi tiga babak, pertemuan mereka akan terjadi di Tokyo Metropolitan Gymnasium, Jepang, dalam babak perempat final. Kejuaraan Dunia edisi ke-27 ini berlangsung pada 22-28 Agustus.
Tahun ini kedua pemain telah empat kali bersaing yang merupakan jumlah pertemuan terbanyak dalam setahun. Anthony selalu kalah dalam empat laga tersebut yang menjadi bagian dari sembilan kekalahan dari total 13 pertemuan.
Meski demikian, tunggal putra Indonesia peringkat keenam dunia itu bermain semakin baik. Pada pertemuan terakhir, dalam perempat final Malaysia Masters, Juli, Anthony kalah 21-18, 17-21, 12-21.
Melawan Axelsen memang harus siap segalanya dari awal pertandingan sampai selesai. Hilang fokus atau salah strategi sebentar saja, poin bisa langsung hilang secara beruntun karena kualitas pukulan dia bagus. Pengalaman itu yang harus saya ingat jika bertemu lagi dengan Axelsen.
”Melawan Axelsen memang harus siap segalanya dari awal pertandingan sampai selesai. Hilang fokus atau salah strategi sebentar saja, poin bisa langsung hilang secara beruntun karena kualitas pukulan dia bagus. Pengalaman itu yang harus saya ingat jika bertemu lagi dengan Axelsen,” kata Anthony di Jakarta, Kamis (11/8/2022).
Selain itu, dengan tinggi badan 1,94 meter, Axelsen memiliki jangkauan yang panjang. Ketika pemain lain membutuhkan minimal dua langkah untuk mengembalikan kok yang diarahkan jauh dari posisinya, Axelsen bisa saja hanya membutuhkan satu langkah.
Bagi pemain dengan postur tinggi, tunggal putra nomor satu dunia asal Denmark itu juga bisa bergerak dengan cepat. ”Jadi, saya pun harus siap capek kalau bertemu dia,” kata Anthony.
Dengan kelebihan itu, Axelsen menjadi pemain yang mendominasi persaingan tunggal putra dengan lima gelar juara pada tahun ini. Dalam Kejuaraan Dunia, Axelsen menjadi juara di Glasgow, Skotlandia, pada 2017. Adapun Anthony hanya mencapai babak ketiga sebagai hasil terbaik yang dicapai di Basel, Swiss, 2019. Pada 2017 dan 2018, dia tersingkir pada babak kedua.
Anthony pun akan melupakan hasil-hasil tersebut dan lebih termotivasi karena tak tampil pada Kejuaraan Dunia 2021 di Huelva, Spanyol. Pada ajang yang digelar Desember itu, Tim Indonesia absen karena khawatir atas kasus Covid-19 yang meningkat di Eropa.
”Saya bersyukur memiliki kesempatan lagi tampil di Kejuaraan Dunia. Sebelum Axelsen, ada pemain lain yang harus dihadapi. Saya akan fokus satu-satu dulu karena dalam Kejuaraan Dunia, siapa pun memiliki peluang yang sama untuk menang,” ujar Anthony.
Pada babak pertama, juara Singapura Terbuka ini akan berhadapan dengan Ygor Coelho (Brasil). Jika menang, lawan pada babak kedua adalah pemenang laga Georges Julien Paul (Mauritius) melawan Luis Armando Montoya Navarro (Meksiko). Adapun calon lawan terkuat pada babak ketiga adalah unggulan ke-11 asal Denmark, Rasmus Gemke.
Selain Anthony, tunggal putra Indonesia diwakili Jonatan Christie, Tommy Sugiarto, dan Chico Aura Dwi Wardoyo. Menghadapi kesempatan pertama tampil dalam Kejuaraan Dunia, Chico pun antusias. ”Saya ingin menikmatinya dan berusaha menampilkan kemampuan terbaik,” kata Chico yang akan melawan Ng Tze Yong (Malaysia) pada babak pertama.
Sejak Kejuaraan Dunia pertama kali diselenggarakan pada 1977, Indonesia memiliki enam tunggal putra yang menjadi juara. Tunggal putra terakhir yang menjadi juara adalah Taufik Hidayat pada Kejuaraan Dunia di Anaheim, Amerika Serikat, 2005.
Saling percaya
Antusiasme tampil di Tokyo, setelah batal bermain pada Kejuaraan Dunia 2021 juga disampaikan pemain ganda campuran, Pitha Haningtyas Mentari. Bersama partnernya, Rinov Rivaldy, Pitha akan tampil untuk kedua kalinya dalam Kejuaraan Dunia setelah Basel 2019. Ketika itu, mereka kalah pada babak kedua dari Yuta Watanabe/Arisa Higashino (Jepang).
Pitha berharap, pengalaman yang semakin banyak bersaing dengan pemain-pemain top dunia dalam turnamen BWF World Tour bisa menjadi nilai positif untuk bersaing di Tokyo. Berdasarkan pengalaman tersebut, pemain berusia 23 tahun itu mempersiapkan diri dengan fokus latihan memperkuat pertahanan dan daya tahan fisik dalam sebulan terakhir.
Seperti pernah dikatakan Pitha, mendapat poin saat berhadapan dengan pemain top dunia bukan hal yang mudah. Ini karena kualitas permainan mereka berada pada level tinggi. Pasangan yang menempati peringkat empat besar dunia juga jarang membuat kesalahan.
Meski mengakui Rinov/Pitha dan kawan-kawan masih kesulitan mengalahkan pasangan-pasangan top, pelatih ganda campuran Nova Widhiyanto menilai, persiapan untuk Kejuaraan Dunia dijalani dengan baik. Khusus untuk Rinov/Pitha, yang saat ini berstatus ganda campuran nomor satu pelatnas, Nova mengatakan, komunikasi mereka di lapangan semakin baik.
”Sebelum Indonesia Terbuka (Juni), kadang masih ada rasa kurang percaya dengan partner. Setelah itu, semakin baik dan saat ini, mereka sudah saling mengerti karakter masing-masing,” tutur Nova.
Atas dasar itu, Nova berharap Rinov/Pitha bisa mengeluarkan kemampuan terbaik jika berhadapan dengan salah satu pasangan top dunia asal China, Wang Yi Lyu/Huang Dong Ping, pada babak ketiga. Apalagi, Wang/Huang dan pasangan nomor satu dunia, Zheng Shi Wei/Huang Ya Qiong, dinilai sebagai pasangan yang paling sulit ditaklukkan.
”Berbeda dengan pemain Jepang dan Thailand, pemain-pemain China tak pernah kendur dengan kecepatan mereka sejak awal hingga selesai pertandingan meski harus berjalan tiga gim. Itu yang membuat mereka paling sulit dikalahkan,” kata Nova.