Kesempatan Terbaik Fajar/Rian Menjadi Juara
Bukan ”Minions”, bukan pula ”Daddies” yang berpeluang besar menjadi juara dunia. Kesempatan besar menjadi kampiun di Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis 2022 dimiliki ganda putra lainnya, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto.
JAKARTA, KOMPAS — Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, yang tampil konsisten pada tahun ini, punya peluang terbaik menjadi juara dunia. Meski demikian, ganda putra peringkat kelima dunia itu harus mengatur pola pikirnya agar tidak percaya diri berlebihan.
Fajar/Rian tujuh kali mencapai final dalam sembilan turnamen terakhirnya. Konsistensi itu didapat setelah ganda putra Indonesia itu mengawali tahun ini dengan hasil buruk, yaitu tersingkir pada babak kedua Jerman Terbuka dan babak pertama All England.
Motivasi dan penampilan mereka mulai naik saat tampil di Swiss Terbuka hingga menjadi juara. Sejak saat itu, Fajar/Rian menjadi ganda putra yang paling konsisten, dibandingkan ganda putra Indonesia lainnya maupun pasangan top dunia. Dari sembilan turnamen terakhir mereka, sejak Swiss Terbuka pada Maret lalu hingga Singapura Terbuka pada 12-17 Juli, capaian terburuk mereka adalah perempat final Indonesia Terbuka.
Baca juga: Optimisme Jelang Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis
Sejak 5 Juli, Fajar/Rian pun menempati peringkat kelima, naik dari posisi ketujuh dunia. Mereka menjadi salah satu dari tiga wakil Indonesia pada lima besar ganda putra dunia, selain Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon (peringkat pertama) dan Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan (ketiga) yang juga akan bersaing pada Kejuaraan Dunia 2022 di Tokyo, Jepang, 22-28 Agustus.
Salah satu ganda putra pelapis, yaitu Muhammad Shohibul Fikri/Bagas Maulana, akan mendampingi para seniornya itu dalam debut mereka di Kejuaraan Dunia. ”Dari semua wakil ganda putra Indonesia, Fajar/Rian yang paling siap. Melihat penampilan sepanjang tahun ini, Kejuaraan Dunia 2022 menjadi kesempatan paling baik untuk mereka,” kata Herry Iman Pierngadi, pelatih ganda putra pelatnas bulu tangkis Indonesia, Rabu (10/8/2022) di Jakarta.
Fajar/Rian sebelumnya telah dua kali tampil di Kejuaraan Dunia, salah satu Kejuaraan Besar (Kategori I) dalam struktur turnamen BWF. Dalam debut di kejuaraan itu, yaitu pada 2018 di Nanjing, China, mereka hanya mencapai babak ketiga. Pada tahun berikutnya di Basel, Swiss, mereka menembus semifinal. Namun, saat itu, Fajar/Rian dikalahkan Hendra/Ahsan yang lantas menjadi juara dunia.
Hendra/Ahsan, ganda senior Indonesia berjuluk ”The Daddies” akhirnya menjadi juara dunia untuk ketiga kalinya, yaitu setelah 2013 dan 2015. Hendra bahkan empat kali berstatus sebagai juara dunia. Sebelumnya, ia pernah menjadi juara dunia di Kuala Lumpur, Malaysia, pada 2007. Saat itu, ia berpasangan dengan Markis Kido.
Fajar/Rian harus bisa mengontrol emosi agar tidak percaya diri berlebihan yang bisa memunculkan efek negatif.
Pada Kejuaraan Dunia 2021 di Huelva, Spanyol, Indonesia tidak ikut serta karena khawatir akan jumlah kasus Covid-19 di Eropa yang meningkat. Saat itu, Kejuaraan Dunia digeser ke akhir tahun dan hanya berselang dua pekan setelah Final BWF akibat padatnya jadwal menyusul digelarnya Olimpiade Tokyo serta Piala Thomas dan Uber 2020 yang sempat tertunda.
”Tahun ini, Kejuaraan Dunia kembali ke jadwal seperti biasa dan ada masa persiapan cukup panjang bagi atlet. Jadi, persiapan atlet juga lebih bagus,” kata Herry.
Meski demikian, Fajar/Rian harus bisa mengontrol emosi agar tidak percaya diri berlebihan yang bisa memunculkan efek negatif. Berdasarkan pengalamannya sebagai pelatih, Herry berpendapat, percaya diri berlebihan bisa membuat atlet berpikir terlalu jauh ke depan. Padahal, babak-babak awal juga krusial. ”Fajar/Rian harus bisa menikmati setiap laga,” ujar Herry.
Dalam masa persiapan sekitar sebulan, latihan Fajar/Rian difokuskan pada pertahanan agar tak mudah ditembus lawan dan bisa membuat serangan balik cepat. Latihan itu untuk mengimbangi serangan mereka yang dianggap Herry sudah bagus.
Mengingat waktu persiapan yang cukup panjang, kendala fisik seharusnya tak terjadi seperti yang dialami pada Juni-Juli. Dalam rentang dua bulan, Fajar/Rian mengikuti lima turnamen dan empat kali lolos ke final. Mereka meraih gelar juara dari Indonesia Masters dan Malaysia Masters. Kekalahan mereka pada final-final lainnya disebabkan fisik yang menurun akibat kelelahan.
Baca juga: Jadwal Padat, Atlet Mulai Kelelahan
Herry bercerita, Fajar bahkan mengikuti Malaysia Terbuka pada 28 Juni-3 Juli dalam kondisi sakit di awal-awal turnamen itu. Mereka lolos ke final sebelum dikalahkan juara dunia, Takuro Hoki/Yugo Kobayashi, 22-24, 21-16, 9-21.
Berdasarkan hasil undian yang dilakukan BWF, kemarin, Fajar/Rian menjadi salah satu dari tiga ganda putra Indonesia yang berada di paruh atas undian. Mereka bergabung dengan Kevin/Marcus dan Hendra/Ahsan yang sama-sama mendapatkan bye pada babak pertama.
Jika bisa melewati Hiroki Okamura/Masayuki Onodera (Jepang) atau Attri Manu/Reddy B Sumeeth (India) pada babak kedua, Fajar/Rian berpeluang bertemu unggulan ke-16, Akira Koga/Taichi Saito (Jepang), pada babak ketiga. Lalu, pertemuan dengan Kevin/Marcus bisa terjadi pada perempat final.
Ujian untuk Kevin
Herry mengatakan, keinginan Kevin/Marcus menjadi juara dunia akan terhalang kondisi tidak ideal. Marcus masih mengalami rasa sakit pada sekitar engkel kiri setelah dioperasi. Ia tak akan bisa tampil dengan kondisi fisik terbaiknya. Di sisi lain, kondisi itu menjadi ujian bagi Kevin untuk mendukung rekannya itu.
Kevin seharusnya bersikap lebih dewasa dengan memaklumi dan mendukung partnernya yang dalam kondisi kurang bugar.
Pada Indonesia Masters dan Indonesia Terbuka di Jakarta, Juni lalu, Kevin dikritik karena memperlihatkan kekesalannya saat partnernya itu membuat kesalahan. Ketika itu, Herry mengatakan, Kevin kesal karena ingin hasil yang lebih baik. Namun, kata Herry, Kevin seharusnya bersikap lebih dewasa dengan memaklumi dan mendukung partnernya yang dalam kondisi kurang bugar.
Empat ganda putra itu menjadi bagian dari 15 wakil Indonesia di Kejuaraan Dunia 2022. Di nomor tunggal putra, Indonesia juga menurunkan empat wakil, yaitu Anthony S Ginting, Jonatan Christie, Tommy Sugiarto, dan Chico A Dwi Wardoyo. Chico diundang BWF menggantikan Shesar Hiren Rhustavito yang belum pulih dari cedera betis.
Ganda putri
Pada ganda putri, Siti Fadia Silva Ramadhanti, yang saat ini berpartner dengan Apriyani Rahayu, akan bermain bersama pasangan lamanya, Ribka Sugiarto. Alasannya, Kejuaraan Dunia adalah ajang dengan peserta yang diundang BWF berdasarkan peringkat dunia.
Baca juga: Apriyani/Fadia Adaptasi Jadwal Padat
Berdasarkan daftar peringkat 26 April 2022, yang dijadikan patokan BWF, Fadia/Ribka masih menjadi ganda putri nomor dua Indonesia di bawah Greysia Polii/Apriyani. Adapun Apriyani/Fadia baru masuk dalam daftar ranking sejak Juni.
Meski tampil bersama pemain yang bukan menjadi pasangan saat ini, bukan berarti tak ada target bagi Fadia/Ribka. Eng Hian, pelatih ganda putri Indonesia, mengatakan, Fadia/Ribka harus termotivasi untuk meraih medali.
”Saya tidak menargetkan perolehan poin. Namun, mendapat medali dari Kejuaraan Dunia tentu akan menjadi kebanggaan mereka meski setelah Kejuaraan Dunia akan kembali ke pasangannya saat ini,” katanya.
Adapun bagi ganda putri lainnya, yaitu Febriana Dwipuji Kusuma/Amalia Cahaya Pratiwi, Eng Hian menginginkan mereka mendapat pengalaman sebanyak mungkin dari ajang besar. Penampilan dalam ajang ini akan menjadi evaluasi untuk menilai level permainan ganda putri peringkat ke-43 dunia tersebut.