Potensi besar Adellia bisa terhambat karena dia tidak bisa lepas dari pelatih klub yang juga pamannya. Dia dan PB PRSI harus menemukan jalan tengah agar potensi itu tidak terbuang percuma.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perenang Jawa Barat, Adellia (17), terpilih sebagai perenang terbaik putri Kelompok Umur 1 pada Festival Akuatik Indonesia 2022 berkat dominasinya pada nomor gaya dada. Potensi Adellia menjadi perenang nasional sangat besar, tetapi hal itu bisa terhalang keinginannya untuk membawa pelatih sendiri ke setiap kejuaraan internasional yang diikutinya.
Adellia meraih total tiga medali emas dari nomor 50 meter, 100 meter, dan 200 meter gaya dada KU 1 (16-18 tahun) pada Festival Akuatik Indonesia yang berlangsung 26 Juli-2 Agustus 2022. Dia juga tiga kali memecahkan rekor nasional KU 1. Sebanyak dua kali di nomor 50 meter dan sekali di nomor 100 meter.
Performa spesial itu tidak hanya menjadikannya perenang putri terbaik KU 1, tetapi juga calon andalan tim renang Indonesia pada masa depan. Hanya saja, potensi besarnya terancam tidak bisa dimaksimalkan karena Adellia masih bergantung pada pelatih klub sekaligus pamannya, Erwanto, yang mengajari renang sejak kelas lima SD.
”Adel sudah dilatih dari nol sama om (paman). Makanya kalau berangkat (kejuaraan) harus sama om. Kami sepaket. Beda cara melatihnya kalau di mata Adel. Kalau om tidak ikut, Adel juga tidak ikut. Berani ambil keputusan itu, seperti kemarin juga mengundurkan diri,” ucap perenang asal klub Tirta Bayu, Cimahi, Jawa Barat, itu.
Dampak pendirian yang keras itu, Adel mengundurkan diri sebelum berangkat ke Islamic Solidarity Games Konya, Turki, pada 9 Agustus-18 Agustus 2022. Semula, Adellia merupakan salah satu dari 12 nama atlet yang didaftarkan oleh Pengurus Besar Persatuan Renang Seluruh Indonesia (PB PRSI).
Wakil Ketua Umum PB PRSI Harlin E Rahardjo mengatakan, ada kuota untuk tim di setiap ajang. Khusus pelatih, pemilihan akan disesuaikan dengan proporsi keterwakilan atlet dari provinsi atau klub di dalam tim.
”Kasus Adellia memang complicated. Sulit untuk dipenuhi karena kuota yang terbatas. Juga, jika hanya Adellia seorang yang dilatih,” kata Harlin.
Persoalan semakin kompleks karena Adellia butuh perlakuan khusus yang hanya diketahui oleh Erwanto. Misalnya saja, atlet yang baru lulus SMA itu tidak bisa makan daging, selain daging ayam. Erwanto juga punya suitan khusus untuk memberi instruksi kapan Adellia harus berenang lebih cepat saat lomba.
Suitan yang memekik di Arena Akuatik GBK, Jakarta, itu berhasil memacu Adellia untuk memecahkan rekor. Adapun Adellia tidak mengira bisa memecahkan rekor. Selain karena tidak kunjung mencapai target kecepatan di latihan, Adellia juga tidak punya tarikan dari perenang lain yang bisa bersaing ketat.
Kami sepaket. Kalau om tidak ikut, Adel juga tidak ikut.
"Dia itu tidak melihat lawan, tetapi suitan saya yang menjadi tanda. Belum lagi cuma saya yang tahu (menu) makanan dia. Seperti permintaan Adel, saya berharap bisa ikut serta kalau berangkat. Masalah kuota, kalau peluang berprestasinya besar kenapa tidak. Kalau memang 1 pelatih untuk 1 atlet lebih efisien seharusnya itu yang dilakukan," ujar Erwanto.
Adapun Adellia memecahkan rekornas KU1 di nomor 100 meter gaya dada dengan catatan waktu 1 menit 11,75 detik. Catatan itu jauh lebih baik dibandingkan wakil Indonesia di SEA Games Vietnam 2021, Anandia Treciel Evato, yang menghasilkan waktu 1 menit 13,16 detik pada saat final.
Tidak pelak, pelatih asing tim Indonesia Michael Piper pun begitu kagum dengan talenta yang dimiliki Adellia. Piper berkali-kali mendatangi Adellia dan Erwanto setiap kali selesai lomba. Menurut sang pelatih, Adellia merupakan calon bintang renang yang akan menjadi tulang punggung Indonesia dalam lima tahun ke depan.
"Hanya saja saya berharap dia bisa masuk ke dalam tim ini, dengan atau tanpa pelatih klubnya. Ini semua adalah tentang dia. Ini karier dan masa depan milik dia bukan orang lain. Orang yang paling dirugikan jika kehilangan kesempatan emas untuk mengikuti pelatnas atau kejuaraan, itu adalah dia," tutur Piper.
Piper berharap, Adellia percaya kepadanya. Adapun pelatih asal Australia itu pernah melahirkan perenang spesialis dada dari Australia, seperti Rebecca Kate Brown, yang pernah memegang rekor dunia 200 meter daya selama lima tahun (1994-1999).
"Saya punya banyak pengalaman dengan perenang gaya dada. Salah satunya Rebecca. Pada tahun 2000, saya harus melepas Rebecca yang akan tampil di Olimpiade. Saat itu, saya rela melepasnya. Saya mengumpulkan seluruh data tentang Rebecca dan memberikan kepada tim pelatih Australia yang akan mendampinginya," lanjut Piper.
Menurut Piper, usia emas perenang putri lebih singkat dan sulit ditebak. Mereka harus memanfaatkan momentum sedini mungkin, ketika sedang dalam performa terbaik. Pesan itu juga yang dia berikan untuk Adellia.