Kholidin, Pemanah Super Bertangan Satu
Berbekal keikhlasan, Kholidin mengubah musibah menjadi anugerah. Ia kini menjadi salah satu andalan Indonesia untuk meraih medali di ASEAN Para Games 2022.
Anak panah melesat bertubi-tubi dari busur Kholidin. Pemanah asal DKI Jakarta itu lanjut mengambil satu busur lagi dengan tangan kirinya, lalu dengan setengah tergesa memasangnya ke tali busur.
Sejurus kemudian, busur ia angkat dan tali busur yang telah diberi simpul khusus dia gigit kuat-kuat, lalu ditarik. Sembari menjaga keseimbangan, mata Kholidin membidik sasaran di depannya dan busur pun dilepaskan.
Sejak kehilangan lengan kanannya pada 2017 akibat terjatuh dari pohon, hidup Kholidin tidak lagi pernah sama. Ia yang awalnya menggunakan kedua tangan untuk memanah kini hanya dengan tangan kiri untuk memegang busur serta menggunakan rahang dan giginya untuk menarik tali busur.
Baca Juga: Penantian Panjang Pemanah Ken Swagemilang
Peristiwa pahit lima tahun silam itu memang sempat membuat Kholidin terpuruk karena tubuhnya sempat tidak bisa digerakan. Setelah menjalani amputasi lengan kanan, Kholidin kesulitan untuk berdiri dan berjalan. Kehilangan salah satu anggota gerak di tubuh memengaruhi keseimbangannya. Awal-awal ia hanya berbaring, tidak sanggup duduk, apalagi berjalan.
Berbekal keikhlasan dan kemauan kuat untuk bangkit, dia hanya membutuhkan waktu tiga pekan untuk bisa berdiri dan perlahan kembali menjalani aktivitas normal. Kholidin merasa keikhlasan menerima musibah yang membuat dia bisa cepat pulih, melanjutkan hidup, hingga menemukan arah baru sebagai atlet penyandang disabilitas.
Saya juga waktu itu (saat terkena musibah) tidak menyangka sama sekali. Saya hanya minta kepada Allah, minta kemudahan untuk bisa memanah lagi. Akhirnya, saya berusaha memanah dengan gigi.
”Saya juga waktu itu (saat terkena musibah) tidak menyangka sama sekali. Saya hanya minta kepada Allah, minta kemudahan untuk bisa memanah lagi. Akhirnya, saya berusaha memanah dengan gigi,” kata Kholidin saat ditemui selepas latihan di Lapangan Kota Barat, Surakarta, Jawa Tengah, Jumat (29/7/2022).
Baca Juga: Indonesia Menantang Raksasa Panahan Asia Tenggara
Tidak mudah bagi Kholidin untuk kembali memanah dengan kondisi tubuh yang tak lengkap. Bibirnya kerap berdarah saat awal-awal mencoba memanah menggunakan gigi. Bahkan, di awal berlatih memanah dengan satu tangan dan tarikan gigi depan setara 28 lbs atau 12,7 kilogram, dia tidak bisa mengunyah makanan selama 3 hari karena sangat sakit.
Tantangan itu tak membuat Kholidin patah semangat, dia terus berlatih hingga bisa memanah dengan tarikan 28 lbs itu. Namun, itu tidak cukup untuk bersaing di level internasional yang jarak target 70 meter karena beban tarikan 28 lbs hanya bisa untuk jarak sekitar 20 meter. Kholidin pun terus berlatih menaikan kekuatan tarikan menjadi 30 lbs, 32 lbs, 40 lbs, 42 lbs, 44 lbs, hingga saat ini bisa menarik 48 lbs (21,7 kg).
Rintangan terjal untuk kembali memanah di lembaran baru hidupnya ini tidak membuat Kholidin menyerah. Ia mencoba bermacam cara untuk bisa nyaman, termasuk menggunakan gigi samping untuk menarik busur, tetapi tetap gagal.
Pada akhirnya, Kholidin menemukan kenyamanan saat memanah menggunakan gigi geraham yang sudah diperkuat berkat bantuan rekannya, seorang dokter gigi. Memanah menggunakan gigi bukanlah sesuatu yang mudah. Kholidin mesti melatih kekuatan otot leher dan rahangnya demi menarik tali busur yang kencang. Tarikan tali busur untuk jarak tembakan 70 meter setara dengan mengangkat beban seberat 24 kilogram.
Baca Juga: Rintangan Awal dari Klasifikasi Atlet
Tantangan lain bagi Kholidin adalah silindris pada matanya yang membuat penglihatannya sangat terbatas. Silindris pada matanya hanya membuat Kholidin mampu melihat jarak pandang 10 meter. Padahal, sasaran panah dalam disiplin recurve berjarak 70 meter. Untuk itulah, Kholidin selalu mengenakan kacamata setiap kali bertanding.
Mengubah musibah
Rentetan kesulitan itu nyatanya tidak menjauhkan Kholidin dari panahan. Ia justru mampu mengubah musibah menjadi anugerah. Sebelum kehilangan lengan, karier Kholidin sebagai pemanah tergolong stagnan. Ia bahkan belum pernah tampil dalam turnamen level nasional.
Kini, karier dia sebagai atlet difabel terus menjulang. Meski memanah menggunakan rahang dan gigi, akurasi tembakan Kholidin tidak kalah dari pemanah nondisabilitas. Pada satu kejuaraan panahan di Bogor, Jawa Barat, Kholidini menyabet peringkat kedua meski harus bersaing dengan atlet-atlet normal.
Bandul kehidupan Kholidin pun beranyun tinggi. Dengan tekad dan semangat pantang menyerah, termasuk berusaha memanah menggunakan gigi dan rahang, bakat terpendam Kholidin semakin berkilau. Ia terpilih untuk mewakili DKI Jakarta di Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas) Papua 2021 dan merebut satu medali emas. Raihan medali inilah yang membuka jalannya untuk mewakili Indonesia di ASEAN Para Games 2022.
Baca Juga: Sapto Yogo dan Karisma Evi Merawat Spirit Paralimpiade
”Ternyata (panahan) yang niat awalnya cuma sunah aja, ikhlas, saya geluti terus, akhirnya dapat bonus dan prestasi. Sebelum insiden belum pernah ikut PON. Sekarang, setelah begini, justru bisa merasakan Peparnas,” ucap Kholidin.
Pelatih tim panahan paralimpiade Indonesia, Denny Decko, menyadari bakat besar Kholidin. Ia menyebut Kholidin layaknya manusia super, yang mampu bersaing dengan pemanah-pemanah beranggota tubuh lengkap. Kemampuannya mengimbangi pemanah normal membuat tim pelatih Indonesia berani memasang target medali emas bagi Kholidin pada nomor beregu putra recurve klasifikasi berdiri, berpasangan dengan Wawan Setiawan.
Selain di nomor beregu putra, Kholidin juga akan turun di nomor individu dan beregu campuran. Kholidin tidak terpaku pada target, tetapi bertekad meraih emas di seluruh nomor yang dia ikuti. Itu karena ASEAN Para Games kali ini merupakan ajang internasional pertama bagi Kholidin. Dari sini, ia berniat menancapkan tonggak sejarah dalam perjalanan kariernya untuk menuju Paralimpiade Paris 2024.
Baca Juga: Medali Perintis Jalan Menuju Paralimpiade Paris
”Dia termasuk atlet kita yang konsisten mencatatkan perolehan poin sesuai target di program latihan. Makanya, kami targetkan Kholidin bisa meraih emas,” ucap Denny.
Kholidin yang lima tahun lalu tergeletak di tanah tak kuasa bergerak, dan kalut akan hidupnya, kini menatap masa depan yang cerah. Dia menunjukkan bahwa manusia memiliki kekuatan untuk bangkit dan mengubah hidupnya menjadi lebih baik ketika musibah menyergap. Berbekal keikhlasan, kerja keras, serta ketekunan, Kholidin mengubah musibah dalam hidupnya menjadi berkah. Dia kini menjadikan ASEAN Para Games sebagai bantalan untuk melentingkan karier atletnya hingga ke level Paralimpiade.